Bima bertahan dari ledakan api yang sangat kuat itu dengan tameng es yang baru dia ciptakan. Tameng itu meleleh perlahan. Namun untungnya tak berapa lama kobaran api itu mereda. Dan yang terlihat di depan mata cukup mengerikan. Lima tombak di depan Bima terdapat lobang besar sedalam beberapa tombak. Lubang itu adalah bekas ledakan Abiseka. Bima tidak tahu jika Abiseka telah menyelamatkan diri dengan melemparkan sembilan bola api pecahan jiwanya. Bima menoleh ke arah Bunga Mahkota Ratu. Dia segera mendatangi nya. Dengan lembut Bima membelai mahkota bunga itu. "Sebenarnya ini bunga apa?" tanya Bima kepada Iblis Es. "Itu adalah pecahan kekuatan milikku. Ada lebih dari ratusan pecahan yang terjadi saat aku melepaskan kekuatan. Dan bunga ini adalah salah satunya. Dulu di hutan ini juga, gurumu si Barata itu mengambil pecahan tersebut setelah membunuh banyak siluman. Pecahan itu yang dua tanam di pedang Darah. Dan sekarang berada di dalam tubuhmu," kata Iblis Es. "Maksudnya kamu?" ta
Bima setuju dengan perjanjian itu. Dia akan menyalurkan sebagian besar roh Abiseka kepada Pangeran Baka. "Karena dia berhianat, maka kau boleh mengambil kekuatannya, tapi sesuai perjanjian, dan kau harus tepati itu. Jika tidak, aku bisa membantai seluruh Iblis Tanduk Api, apa kau mengerti?" tanya Bima. Pangeran Baka mengangguk. "Meski aku Iblis, tapi aku selalu menepati janji, jadi pendekar tenang saja," kata Pangeran Baka. Bima mengangguk. Lalu dengan cepat dia tempelkan telapak tangan nya ke dada Pangeran Baka. Aura kuning membara keluar dari tubuh Bima dan berpindah masuk ke dalam tubuh Pangeran Baka. Cukup lama Bima menyalurkan kekuatan milik Abiseka yang telah dia serap. Apa yang Bima lakukan adalah karena dia merasa Pangeran Baka bukanlah Iblis yang sombong dan banyak tingkah. Bima melihat, Pangeran Baka masih polos, karena belum tahu apa-apa tentang dunia luar. Setelah semua kekuatan Abiseka selesai Bima salurkan, Pangeran Baka terkejut melihat tubuhnya yang bercahaya ku
Kabar kepulangan Pangeran Baka bersama dua manusia pun merebak ke seluruh Klan Iblis Tanduk Api. Mereka penasaran mendengar kabar yang bagi mereka sangat memalukan. "Benar-benar, Baka sangat tidak layak memimpin Klan ini, membawa makhluk rendah ke Klan kita, bahkan menjadikannya tamu kehormatan!" umpat salah satu tetua yang berpihak pada Abiseka. "Aku juga heran, kenapa tuan Abiseka tak pulang bersama Pangeran?" tanya tetua yang lain. Belum sempat mereka meneruskan pembicaraan, Pangeran Baka masuk ke dalam ruangan dengan wajah tidak bersahabat. Semua mata para Iblis itu menatap sosok Pangeran Baka dengan tatapan penuh keheranan. Mereka heran dengan tanduk Pangeran yang panjang dan api yang berkobar. "Hari ini aku ingin kalian tahu! Bahwa Abiseka telah berhianat dan ingin membunuhku! Aku tahu ada di antara kalian yang menginginkan posisi pemimpin, tidak masalah, tapi tak harus dengan cara licik. Siapa pun yang menginginkan posisi ini, silahkan adu tanding melawan ku di arena kemat
Bima terpaku dengan apa yang Arimbi lakukan. Namun bibir mereka telah bertemu dan Arimbi telah memulai ciumannya. Bima tak bisa berbuat apa pun, tubuhnya terasa bergetar saat dia merasakan lembutnya bibir Arimbi yang melumat bibirnya. Napas mereka terdengar memburu dan ciuman mereka semakin basah. Darah terasa mengalir begitu cepat di seluruh tubuh Bima. Baru kali ini dia merasakan nikmatnya berciuman dengan seorang gadis. Merasakan lembutnya bibir Arimbi. Setelah cukup lama mereka saling mencium, akhirnya mereka saling melepaskan dan saling bertatap mata. Arimbi tersenyum penuh arti lalu merebahkan kepalanya di dada Bimasena. Arimbi merasakan detak jantung Bima yang berdebar-debar. Perlahan tangan Bima bergerak ke arah rambut panjang nanti wangi itu. Dengan lembut Bima membelai rambut Arimbi. "Kakang..." desis Arimbi merasakan kelembutan belaian tangan Bima. Wajah cantik itu terasa begitu dekat. Dengan lembut Bima menyentuh pipi Arimbi. Betapa halusnya kulit putih itu. Membua
Mendengar ucapan Pangeran Baka yang kasar membuat ketua itu langsung melompat ke arena. Pangeran Baka bersiap memasang kuda-kuda. "Sengkapura, aku sebenarnya salut dengan kesetiaan mu pada Klan, tapi aku tak menyangka kau akan menjadi salah satu dari para penghianat karena Abiseka siapan itu!" kata Pangeran Baka. "Dimana Abiseka dan dua belas pendekar lainnya!?" tanya Sengkapura. "Mereka sudah tewas, kemungkinan Abiseka masih hidup, namun dia butuh seumur hidupnya mengembalikan kekuatan nya yang hilang, jika itu terjadi, mungkin aku sudah berada di puncak kedigdayaan," jawab Pangeran Baka. Sengkapura terlihat tak percaya dengan ucapan Pangeran Baka. Dia tetap menduga bahwa Pangeran telah menyiasati Abiseka dan lbali ke Klan untuk mencari dukungan. Itu yang ada di dalam benak Sengkapura. Sengkapura adalah orang terkuat setelah Abiseka. Dia menjabat sebagai salah satu ketua. Perhitungan nya yang cermat sangat berguna bagi Klan. Pikiran nya yang membuat Klan Iblis yang lain tak ber
Sengkapura mengeluarkan belati dari dalam telepak tangannya. Dia benar-benar ingin merobek mulut Pangeran Baka. Arimbi yang melihat hal itu merasa terpanggil untuk membantu. Namun Bima meremas tangannya. "Kamu tak perlu khawatir, ini masih belum apa-apa, kau akan terkejut saat melihat kekuatan Pangeran Baka," kata Bima dengan wajah serius. Arimbi menatap sejenak wajah Bima. Tak ada tanda bercanda dari wajah kekasihnya itu. "Apa maksud kakang?" tanya Arimbi. Bima tersenyum dan menatap ke arah Arena. "Ada kekuatan khusus miliknya yang akan bangkit saat nyawanya benar-benar dalam keadaan terancam, aku melihatnya sendiri saat melatihnya kemarin, dia aku hajar habis-habisan hingga sekarat, dan anehnya saat aku benar-benar akan membunuhnya, dia justru menjadi gila! Dia menghantam apa saja dengan liar dan brutal. Untungnya aku segera pergi dan bersembunyi di balik batu. Jika kami bertempur, salah satu dari kami sudah pasti akan mati," kata Bima. "Kekuatan seperti apa yang di miliki di
Setelah kekalahan Sengkapura, tak ada lagi satu Iblis pun yang berani melawan Pangeran Baka. Mereka berlutut dan menjura kepada Raja baru mereka. Bima bertepuk tangan. Dia mendatangi Pangeran Baka yang masih berdiri tegap. Melihat kedatangan Bima, Pangeran Baka tersenyum senang. "Akhirnya, aku bisa tunjukkan kepada mereka, siapa diriku pendekar..." ucap Pangeran Baka dengan mata berkaca-kaca. "Simpan rasa terharumu, mulai sekarang jangan pernah tunjukkan sisi lemahmu, kau adalah Iblis terkuat di Klan ini," ucap Bima sambil menepuk bahu Pangeran. "Ini berkat pengajaran darimu Pendekar, harusnya aku memanggilmu guru..." kata Pangeran Baka. Bima tertawa. Dia merasa lucu dengan panggilan tersebut. "Aku tak pantas kau panggil guru, panggil saja aku saudara, bukankah Iblis Neraka dan Iblis Es bersaudara?" tanya Bima sambil tertawa. Pangeran Baka tersentak, lalu sesaat kemudian dia tertawa. Arimbi tersenyum melihat keakraban mereka berdua. Sedangkan para Iblis hanya terheran-heran mel
Dharmasraya merasa Bima hanya bermain-main saja dengannya. Dia merasa jika pemuda itu belum mengeluarkan keliatan aslinya. "Manusia! Aku tahu kamu menahan kekuatanku! Kamu sangat mempermalukanku jika kamu tidak serius di pertarungan ini!" kata Dharmasraya marah. Bima tersenyum. Dia melompat mundur. "Aku ingin membuat perjanjian denganmu, jika kau mau, maka akan ku tunjukkan kekuatan ku padamu, bagaimana?" tanya Bima. "Apa yang ingin kau sepakati?" tanya Dharmasraya. Bima tersenyum dan menoleh ke arah Raja Baka. "Jika aku bisa mengalahkanmu, maka kamu harus berjanji untuk melayani Raja Baka sampai mati! Apakah itu cukup?"Dharmasraya tertegun. Begitu pun semua Iblis. Raja Baka tak kalah kagetnya. Dia tak menyangka Bima akan membuat perjanjian seperti itu. "Saudaraku ternyata sedang mengetes Dharmasraya..." batin Raja Baka terharu. Dharmasraya menatap ke arah Bima. "Baiklah, aku akan sepakat dengan perjanjian ini, jika kau kalah, aku akan memakan gadis itu," tunjuk Dharmasraya
Bima seperti baru tersadar dari mimpinya. Dia menatap ke depan. Pedang Darah milik Bima telah menempel di lehernya sendiri. "Kamu kalah, pendekar..." ucap Ratu Agung sambil tersenyum. Bima menatap Ratu itu dengan tatapan tajam. "Ssjak kapan dia merebut pedang ku? Apakah tadi hanya ilusi...?" batin Bima. Ratu Agung memasukkan kembali pedang Darah itu ke sarungnya lalu melemparkan nya ke arah Bima. "Jangan khawatir, aku bukanlah Ratu yang ingkar janji. Semua yang kamu alami tadi adalah nyata, dan hanya aku dan kamu yang tahu apa yang kita bicarakan tadi," kata Ratu sambil berjalan ke dalam istananya. "Pelayan, siapkan kamar tamu kehormatan untuk dua orang ini, sekarang mereka telah menjadi tamu di Klan kita. Jangan ada yang berani menyentuh mereka, tanpa seijinku!" kata Ratu Agung sambil masuk ke dalam istana. Para siluman Elang membungkuk hormat. Ratu Azalea menatap ke arah Ratu Agung tanpa berkedip. "Pertarungan tadi, sepertinya aku merasa ada yang aneh. Tatapan mata Kakang B
Bima telah berpindah tempat dengan belati petir miliknya. Sasaran yang dia tuju adalah belakang tubuh Ratu Agung yang terbuka. Sementara Ratu Agung sibuk menahan Seribu Duri Es milik Bima, pemuda itu telah menghilang dari tempatnya dan berada di belakang tubuh Ratu Agung. "Mati kau..." batin Bima yang dengan yakin langsung menusuk tubuh Ratu Agung dengan pedang Darah miliknya. Jleb! Pedang Darah menancap di punggung Ratu Agung. Bima menatap dengan aneh karena Ratu Agung tidak berteriak kesakitan atau pun terdorong ke depan oleh tekanan pedang darah miliknya. "Apa yang terjadi...?" batin Bima yang merasa sangat aneh pada sosok Ratu Agung di depannya itu. "Kamu sedang apa?" bertanya satu suara dari atas kepala Bima. Bima segera mendongak ke atas dengan tatapan terkejut. "Sayap Perak!?" seru Bima yang sangat terkejut melihat sayap di belakang tubuh Ratu Agung. "Benar, sayap Perak, sayap milik kekasihmu Arimbi yang telah kamu tinggalkan... Aku merasa sayang dengan kekuatan sejati
Bima berteriak keras. Aura biru di dalam tubuhnya semakin banyak yang keluar membuat gelombang kekuatan yang dahsyat. Semua orang menatap dengan takjub. Bima telah menembus Ranah Tulang Dewa karena amarahnya yang melebihi batas. Mendengar perkataan Ratu Agung sebelumnya membuat Bima menduga Arimbi telah di jatuhi hukuman mati dia bulan yang lalu. Hal itu membuat Bima merasa sangat bersalah karena tidak paham maksud dari Pedang Shang Widi yang ditancapkan di depan goa. "Ternyata begitu... Seandainya aku datang waktu itu, dia bisa selamat... Bodohnya aku malah justru berlatih sayap es dan membiarkan nya mati..." batin Bima dengan tinju terkepal. Namun berkat amarah murni dan rasa bersalahnya, Bima justru melakukan terobosan yang tidak dia sangka sama sekali. Dia naik ke Ranah Tulang Dewa tahap Awal. Sungguh di luar dugaan. "Secara tak langsung, Ratu itu justru membantu dirinya naik Ranah, sungguh satu hal yang jarang terjadi," Kata Iblis Es. "Bakat Bima memang luar biasa, aku sem
Bima dan Ratu Azalea melangkah keluar goa. Long dan Canglong mengantar mereka hingga di mulut goa. "Berhati-hatilah anak muda, setahuku Ratu Agung bukan pendekar biasa, sejauh ini kekuatannya belum pernah muncul. Namun jika yang mengantar pedang itu adalah dia, itu artinya dia adalah pendekar yang sangat kuat," kata Long. Bima mengangguk. "Bisa sampai di pulau ini tanpa di ketahui oleh indra ku saja sudah hebat, itu sudah cukup membuatku harus memperhitungkan kekuatan nya." kata Bima menyahut. "Bagus, kamu juga sudah meningkat pesat dalam beberapa bulan ini, aku yakin pada kekuatan milikmu," Ucap Long sambil tersenyum. Bima mengulurkan tangannya. Jemari lembut Ratu menerimanya. Ratu cantik itu memeluk tubuh Bima. "Pegangan yang erat," kata Bima. Ratu Azalea mengangguk. Mata Bima pun menyala biru. Sayap es dari punggungnya keluar dengan cahaya warna biru indah. Sesaat Bima menoleh kearah Long dan Canglong. "Jaga diri kalian baik-baik, kita akan berjumpa lagi di lain waktu," ka
Bima mendarat di depan goa dan melihat Ratu Azalea yang tengah menatapnya. "Ada apa Ratu? Kamu tidak tidur?" tanya Bima sambil mendekati Ratu. Sayap tulang es miliknya masuk kembali kedalam tubuhnya. Ratu tersenyum manis. Bima tak pernah bosan melihat senyuman itu. Hatinya terasa damai seketika. "Aku sedang melihat kakang berlatih, sekarang kakang sudah mempunyai tulang es, sungguh pencapaian yang luar biasa," puji Ratu. Bima mendekat di depan Ratu Azalea. Diraihnya tangan wanita itu. "Aku ingin kuat dan bisa melindungi dirimu dengan kekuatan ku. Itu adalah janjiku pada guru Tanduk Api," ucap Bima sambil menatap mata Ratu Azalea. Ratu tersipu malu. Selama beberapa bulan ini baru kali ini Bima mendekatinya lagi. Pemuda itu sangat keras berlatih hingga tak peduli waktu sama sekali. Berada di dekat pemuda itu secara langsung membuat Ratu kembali merasakan debaran yang belum pernah dia rasakan. "Aku senang, tapi... Kamu berlatih terlalu keras sehingga tidak menoleh kearahku sama s
Bima bangkit berdiri. Sayap nya bergerak beberapa kali. Dia menatap sayap es miliknya dan terkagum-kagum. "Iblis Es, aku berhasil..." kata Bima girang. "Hmhm,kamu adalah seorang yang jenius. Dalam sejarah dunia ini dan para Iblis, hanya kamu seorang yang berhasil mengganti tulang milikmu dengan tulang es." kata Iblis Es. "Apa!? Hanya aku seorang katamu!?" tanya Bima. "Benar, mereka kebanyakan takut mengambil tindakan. Terlalu berpikir pada akibat dan kegagalan. Mereka tidak mempunyai ketangguhan jiwa sehebat dirimu. Kamu, sama seperti aku, tanpa rasa takut," kata Iblis Es. "Luar biasa jika benar demikian, aku sudah merasakan aura tenaga dalamku semakin meningkat. Sepertinya aku akan naik ke ranah berikutnya," kata Bima. "Hoo? Itu sangat bagus, sekarang cobalah kamu terbang untuk pertama kali. Seharusnya itu mudah bagimu, meski sedikit kesulitan mengendalikan tulang es milikmu untuk pertama kalinya." kata Iblis Es. Bima mengangguk. Dia segera mengepakkan sayap es miliknya. Perla
Bima mulai memasukkan elemen es ke dalam tulang nya secara perlahan. Wajahnya terlihat sangat pucat dengan raut wajah kesakitan. "Aku harus bertahan... Aku tidak boleh gagal!" batin Bima. "Lakukan secara perlahan dan berkesinambungan, jangan berhenti, kamu akan gagal dan bisa mengakibatkan cacat permanen pada tulang!" kata Iblis Es. Ratu Azalea menatap dari dalam goa. Dia melihat apa yang sedang Bima lakukan. "Penyatuan elemen dan tulang? Di Ranah Keabadian Tahap Akhir seharusnya belum bisa melakukannya, bagaimana kakang bisa mengetahui teknik itu?" batin Ratu Azalea. Bima berteriak keras saat elemen es mulai mengalir di seluruh tulang yang ada pada tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya berteriak setinggi langit. Ratu Azalea hanya bisa melihat sambil menutup matanya. "Aku yang sudah berada di ranah Cakrawala saja tidak pernah berani menyatukan elemen dengan tulang, bagaimana bisa pemuda yang masih berada di Ranah Keabadian ini berani mengambil tindakan senekat ini? Ap
Bima terpaku melihat pedang yang menancap di atas tanah. Pedang yang sangat tidak asing baginya. "Pedang Shang Widi...!?" dengan cepat Bima mendekati pedang tersebut. Bima mencabut pedang itu dan melihat bercak darah di pinggiran pedang. "Darah ini masih baru, mungkin belum jauh dari sini, siapa orang yang membawa pedang ini, apa maksudnya dia menancapkan pedang ini di sini!" Bima menatap tembok pedang es raksasa. "Aku terlalu sering menggunakan kekuatan Iblis Tanduk Api. Hanya dua kali saja sudah membuat beberapa tubuh bagian dalamku sakit, apa yang harus aku lakukan?" batin Bima. Ratu Azalea keluar dari dalam goa bersama Long. Mereka melihat Bima yang terlihat gelisah sambil membawa pedang. "Ada apa kakang?" tanya Ratu Azalea sambil memegang lengan Bima dengan lembut. "Pedang ini adalah pedang yang selalu dibawa Arimbi. Aku meminjamkannya saat kami berpetualang bersama ke Hutan Awan Hitam. Dan setelah pedang ini hilang bersama Arimbi, tiba-tiba dia sudah ada di sini," kata Bi
Bima dan Long masuk ke dalam goa. Sekarang mereka telah aman dari ancaman Klan Elang Dewa. "Mengenai telur naga itu, apakah kamu masih ingin memberikannya padaku?" tanya Bima. Long menoleh lalu tersenyum. "Setelah melihatmu bertarung dengan kekuatan sehebat itu, aku menjadi lega telah menitipkan nya padamu, kelak, Qinglong akan menjadi pendekar yang hebat juga di bawah bimbingan mu," kata Long. Bima menepuk jidatnya. Dia pikir setelah masalah Klan Elang Dewa selesai, maka telur itu juga aman berada di pulau itu. "Setelah Canglong lahir, aku juga akan mendidiknya dan mengenalkan tentang dirimu padanya," kata Long lagi. "Yah, terserah apa yang kamu mau saja," sahut Bima. Ratu Azalea keluar dari dalam goa. Long terpaku setelah melihat sosok Ratu Azalea. "Kau... Bukankah kau yang menolong diriku dan Yin Long seratus tahun yang lalu?" tanya Long dengan bibir bergetar. Ratu Azalea memejamka