Kabar kepulangan Pangeran Baka bersama dua manusia pun merebak ke seluruh Klan Iblis Tanduk Api. Mereka penasaran mendengar kabar yang bagi mereka sangat memalukan. "Benar-benar, Baka sangat tidak layak memimpin Klan ini, membawa makhluk rendah ke Klan kita, bahkan menjadikannya tamu kehormatan!" umpat salah satu tetua yang berpihak pada Abiseka. "Aku juga heran, kenapa tuan Abiseka tak pulang bersama Pangeran?" tanya tetua yang lain. Belum sempat mereka meneruskan pembicaraan, Pangeran Baka masuk ke dalam ruangan dengan wajah tidak bersahabat. Semua mata para Iblis itu menatap sosok Pangeran Baka dengan tatapan penuh keheranan. Mereka heran dengan tanduk Pangeran yang panjang dan api yang berkobar. "Hari ini aku ingin kalian tahu! Bahwa Abiseka telah berhianat dan ingin membunuhku! Aku tahu ada di antara kalian yang menginginkan posisi pemimpin, tidak masalah, tapi tak harus dengan cara licik. Siapa pun yang menginginkan posisi ini, silahkan adu tanding melawan ku di arena kemat
Bima terpaku dengan apa yang Arimbi lakukan. Namun bibir mereka telah bertemu dan Arimbi telah memulai ciumannya. Bima tak bisa berbuat apa pun, tubuhnya terasa bergetar saat dia merasakan lembutnya bibir Arimbi yang melumat bibirnya. Napas mereka terdengar memburu dan ciuman mereka semakin basah. Darah terasa mengalir begitu cepat di seluruh tubuh Bima. Baru kali ini dia merasakan nikmatnya berciuman dengan seorang gadis. Merasakan lembutnya bibir Arimbi. Setelah cukup lama mereka saling mencium, akhirnya mereka saling melepaskan dan saling bertatap mata. Arimbi tersenyum penuh arti lalu merebahkan kepalanya di dada Bimasena. Arimbi merasakan detak jantung Bima yang berdebar-debar. Perlahan tangan Bima bergerak ke arah rambut panjang nanti wangi itu. Dengan lembut Bima membelai rambut Arimbi. "Kakang..." desis Arimbi merasakan kelembutan belaian tangan Bima. Wajah cantik itu terasa begitu dekat. Dengan lembut Bima menyentuh pipi Arimbi. Betapa halusnya kulit putih itu. Membua
Mendengar ucapan Pangeran Baka yang kasar membuat ketua itu langsung melompat ke arena. Pangeran Baka bersiap memasang kuda-kuda. "Sengkapura, aku sebenarnya salut dengan kesetiaan mu pada Klan, tapi aku tak menyangka kau akan menjadi salah satu dari para penghianat karena Abiseka siapan itu!" kata Pangeran Baka. "Dimana Abiseka dan dua belas pendekar lainnya!?" tanya Sengkapura. "Mereka sudah tewas, kemungkinan Abiseka masih hidup, namun dia butuh seumur hidupnya mengembalikan kekuatan nya yang hilang, jika itu terjadi, mungkin aku sudah berada di puncak kedigdayaan," jawab Pangeran Baka. Sengkapura terlihat tak percaya dengan ucapan Pangeran Baka. Dia tetap menduga bahwa Pangeran telah menyiasati Abiseka dan lbali ke Klan untuk mencari dukungan. Itu yang ada di dalam benak Sengkapura. Sengkapura adalah orang terkuat setelah Abiseka. Dia menjabat sebagai salah satu ketua. Perhitungan nya yang cermat sangat berguna bagi Klan. Pikiran nya yang membuat Klan Iblis yang lain tak ber
Sengkapura mengeluarkan belati dari dalam telepak tangannya. Dia benar-benar ingin merobek mulut Pangeran Baka. Arimbi yang melihat hal itu merasa terpanggil untuk membantu. Namun Bima meremas tangannya. "Kamu tak perlu khawatir, ini masih belum apa-apa, kau akan terkejut saat melihat kekuatan Pangeran Baka," kata Bima dengan wajah serius. Arimbi menatap sejenak wajah Bima. Tak ada tanda bercanda dari wajah kekasihnya itu. "Apa maksud kakang?" tanya Arimbi. Bima tersenyum dan menatap ke arah Arena. "Ada kekuatan khusus miliknya yang akan bangkit saat nyawanya benar-benar dalam keadaan terancam, aku melihatnya sendiri saat melatihnya kemarin, dia aku hajar habis-habisan hingga sekarat, dan anehnya saat aku benar-benar akan membunuhnya, dia justru menjadi gila! Dia menghantam apa saja dengan liar dan brutal. Untungnya aku segera pergi dan bersembunyi di balik batu. Jika kami bertempur, salah satu dari kami sudah pasti akan mati," kata Bima. "Kekuatan seperti apa yang di miliki di
Setelah kekalahan Sengkapura, tak ada lagi satu Iblis pun yang berani melawan Pangeran Baka. Mereka berlutut dan menjura kepada Raja baru mereka. Bima bertepuk tangan. Dia mendatangi Pangeran Baka yang masih berdiri tegap. Melihat kedatangan Bima, Pangeran Baka tersenyum senang. "Akhirnya, aku bisa tunjukkan kepada mereka, siapa diriku pendekar..." ucap Pangeran Baka dengan mata berkaca-kaca. "Simpan rasa terharumu, mulai sekarang jangan pernah tunjukkan sisi lemahmu, kau adalah Iblis terkuat di Klan ini," ucap Bima sambil menepuk bahu Pangeran. "Ini berkat pengajaran darimu Pendekar, harusnya aku memanggilmu guru..." kata Pangeran Baka. Bima tertawa. Dia merasa lucu dengan panggilan tersebut. "Aku tak pantas kau panggil guru, panggil saja aku saudara, bukankah Iblis Neraka dan Iblis Es bersaudara?" tanya Bima sambil tertawa. Pangeran Baka tersentak, lalu sesaat kemudian dia tertawa. Arimbi tersenyum melihat keakraban mereka berdua. Sedangkan para Iblis hanya terheran-heran mel
Dharmasraya merasa Bima hanya bermain-main saja dengannya. Dia merasa jika pemuda itu belum mengeluarkan keliatan aslinya. "Manusia! Aku tahu kamu menahan kekuatanku! Kamu sangat mempermalukanku jika kamu tidak serius di pertarungan ini!" kata Dharmasraya marah. Bima tersenyum. Dia melompat mundur. "Aku ingin membuat perjanjian denganmu, jika kau mau, maka akan ku tunjukkan kekuatan ku padamu, bagaimana?" tanya Bima. "Apa yang ingin kau sepakati?" tanya Dharmasraya. Bima tersenyum dan menoleh ke arah Raja Baka. "Jika aku bisa mengalahkanmu, maka kamu harus berjanji untuk melayani Raja Baka sampai mati! Apakah itu cukup?"Dharmasraya tertegun. Begitu pun semua Iblis. Raja Baka tak kalah kagetnya. Dia tak menyangka Bima akan membuat perjanjian seperti itu. "Saudaraku ternyata sedang mengetes Dharmasraya..." batin Raja Baka terharu. Dharmasraya menatap ke arah Bima. "Baiklah, aku akan sepakat dengan perjanjian ini, jika kau kalah, aku akan memakan gadis itu," tunjuk Dharmasraya
Raja Baka duduk di singgasana pemimpin. Tempat duduk ayahnya dulu. Kini dia secara resmi dan di akui oleh seluruh anggota Klan, bahwa dia adalah Raja yang syah dan wajib di ikuti. Raja Baka mengumumkan kepada para tetua tentang warisan leluhur yang selama ini terkunci. Hampir tak ada satu orang pun yang mampu membuka gerbang itu.Gerbang itu berada di balik gunung yang ada di belakang Klan Iblis Tanduk Api. "Tapi untuk ke sana bukankah tidak adak mudah Raja?" tanya Dharmasraya. Raja Baka menoleh ke arah Bima. "Benar, Saudaraku, sejauh ini belum ada orang yang mampu membuka gerbang itu. Perjalanan ke sana juga banyak sekali hambatan. Ada binatang mistis yang kami takuti," kata Raja Baka. Mata Bima memicing mendengar kalimat binatang mistis. Rasa penasarannya pun muncul. "Maksudmu para siluman binatang?" tanya Bima. "Benar! Banyak sekali siluman binatang yang sangat berbahaya. Banyak dari mereka yang berkelompok menyerang orang yang akan mendatangi gerbang tersebut!" jelas Dharma
Bima melepaskan ciumannya lalu menatap Arimbi. Keduanya saling bertatap mata dan tersenyum. "Apakah sekarang sudah tenang?" tanya Bima. Arimbi menggeleng dengan wajah yang membuat Bima sangat gemas. "Kenapa? Aku akan kembali dengan selamat, apakah kamu tidak bisa menunggu?" tanya Bima lagi. Arimbi menghela napas panjang. "Aku tak mau sendirian di tempat ini sama kakang, itu saja...Kakang tidak tahu perasaan ku, bagaimana rasanya di tinggal jauh saat kita baru saja menjalin kasih..." ungkap gadis itu. Bima tertawa kecil lalu mencubit hidung gadis itu. Di kecupnya kening Arimbi. "Jangan kuatir Arimbi, aku akan selalu mencintaimu meski kita berjauhan, aku akan segera selesaikan dan kembali lagi... Kamu bersabarlah dan tunggulah kakangmu ini," ucap Bima sambil membelai wajah mulus Arimbi. Gadis jelita itu tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia sandarkan kepalanya di dada pemuda itu untuk menghilangkan rasa gelisah. Jari jemari Bima menyisir lembut rambut panjang Arimbi dengan lembut.
(Di bab ini banyak adegan dewasa, jika pembaca tak berkenan, pembaca bisa skip saja ke bab selanjutnya, terimakasih.) Setelah pertempuran melawan Gadis Tengkorak, Bima dan Arimbi memutuskan untuk menginap sehari lagi di penginapan Iblis. Sehingga sesuai aturan, bahwa mereka harus menginap tiga hari di penginapan tersebut. Malam itu, mereka berdua bercumbu layaknya sepasang kekasih. Kali ini Bima yang sudah mendapat sedikit pengalaman dari Dara, memulai permainan dengan mahir. Arimbi cukup terkejut malam itu merasakan sentuhan dan kecupan Bima yang lebih hangat dari biasanya. Dia pun hanya mengikuti apa yang Bima lakukan dengan desahan dan napasnya yang memburu. Perlahan Bima lepas pakaian atas Arimbi. Terlihat lah bahu mulus bersih gadis itu berkilau terkena cahaya obos yang temaram. Dengan lembut Bima kecup bahu Arimbi membuat gadis itu mendongak menahan perasaan yang belum pernah di rasakan. Melihat bibir Arimbi yang merekah merah membuat Bima tak tahan untuk menciumnya. Mere
Brakk! Tubuh Bimasena menghantam pohon dengan keras hingga pohon itu hancur. Bima mengerang kesakitan. Siluman serigala itu semakin liar dengan serangannya. Dengan sedikit kesulitan Bima bangkit berdiri. "Jiwamu belum menyatu dengan Rantai Tulang Iblis ini, jadi kekuatan terkuat nya belum bisa kita gunakan," ucap Iblis Bayangan. "Sial... apa yang harus kita lakukan? Mereka sangat liar dan kuat..." kata Bima sambil menatap ke arah Arimbi yang bertarung mati-matian. "Terus berusaha, Rantai Tulang itu akan terbiasa dengan kekuatan milikmu!" sahut Iblis Bayangan. Bima mengulurkan tangan kanannya yang hitam legam. Rantai Tulang Iblis itu perlahan keluar dan melata di atas tanah bagaikan ular. "Sekarang kita akan mencobanya," kata Bima lalu menggerakkan tangan kanannya seperti melecut cambuk. Seeettt! Rantai Tulang Iblis itu melesat ke arah siluman serigala yang tengah mengeroyok Arimbi. Jleeb! Satu serigala tertancap ujung Rantai yang berbentuk ujung pedang yang lancip. Setelah
"Lelaki semuanya sama, silau dengan kemolekan tubuh wanita. Bagai kerbau di cocok hidungnya, mereka akan menurut kalau sudah terpesona," kata Suari sambil melempar senyuman manis ke arah Bima. Dari cara dia berjalan sudah membuat mata pria mana pun akan terpaku, di tambah dengan pakaian tipis yang hanya satu helai membuatnya nyaris seperti tidak menggunakan pakaian. Siapa yang tidak kelojotoan dengan pemandangan tersebut. Tiba-tiba terdengar ledakan dari dalam rumah penginapan. Lalu melesat satu sosok berpakaian putih ke arah Suari. Gerakannya sangat ringan. Dengan satu serangan cepat dia telah berada di depan wanita Iblis tersebut. "Berani menggoda kekasih orang! Apakah kau sudah tidak ingin hidup!?" teriak sosok berpakaian putih yang tak lain adalah Arimbi. Suari terkejut dengan serangan mendadak tersebut. Namun dia telat, karena telapak tangan kanan Arimbi telah menghantam dadanya dengan telak hingga tubuhnya terpental jauh. Siluman Gadis Tengkorak terkejut melihat Arimbi yan
Bima mendobrak dua pintu lainnya. Namun tak berhasil. Dua pintu itu adalah pintu kamar Iblis Neraka dan Iblis Tanduk Api. Jelas Bima tak mungkin bisa membukanya karena dia tak mempunyai kekuatan dua Iblis tersebut. "Sial... Kemana aku harus mencarinya...?" batin Bima. "Aku merasakan ada hawa siluman, waspada!" kata Iblis Bayangan mengingatkan. Bima menghunus pedangnya. Dia pun mempertajam penglihatan dan pendengarannya. Siluman Gadis Tengkorak itu bergerak nyaris tanpa suara. Namun ada satu yang tidak hilang dari siluman itu, yaitu aura siluman nya. Meski sangat tipis, namun Bima bisa merasakannya. "Benar... dia mengintai kita," batin Bima. "Tak masalah, siluman adalah makanan pedang Darah milikmu, senjata Rantai Tulang Iblis juga bisa berguna saat pertarungan, jadi manfaatkan dua senjata itu untuk menjadi pembunuh yang hebat!" kata Iblis Bayangan. "Hei, Iblis Bayangan..." panggil Bima. "Apa?" tanya Iblis Bayangan. "Kau lebih cerewet dari Iblis Es, hahahaha!" ujar Jaka lalu t
Pedang Darah di tangan Bima menusuk leher Gadis Tengkorak. Namun saat pedang itu menembus lehernya, wujud makhluk menyeramkan itu berubah menjadi asap hitam. Asap hitam itu melayang keluar dari rumah penginapan. Dengan cepat Bima segera mengikutinya. Namun sesampainya di luar, Bima kehilangan jejak. Dia segera kembali masuk ke dalam dan mencari Arimbi. Setiap kamar dia dobrak. Namun tak ada satu pintu pun yang jebol. Padahal itu hanyalah pintu kayu. "Kenapa pintu ini sangat kuat!?" batin Bima. "Pintu ini mengandung aura milikku, sepertinya aku pernah masuk ke dalam sini, coba kau pakai kekuatan milikku anak muda," usul Iblis Bayangan. Bima segera mengerahkan kekuatan Iblis Bayangan. Ternyata hanya dengan mendorong perlahan saja pintu itu telah terbuka. Benar saja apa yang di katakan Iblis Bayangan. Namun di dalam kamar itu kosong tak ada apa pun. Ketika Bima akan memutar tubuhnya, Iblis Bayangan menahannya. "Tunggu sebentar Bima! Coba kau masuk ke dalam dan cari tahu, aku meras
Bima akhirnya selesai makan. Dia merasa sangat kenyang meski dia tak merasa enak sama sekali terhadap makanan itu. "Kemana Arimbi?" batin Bima. Dia merasa khawatir mengingat gadis itu adalah manusia murni di dunia Iblis tersebut. Bima segera keluar dari kamarnya kemudian berjalan menuju kolam kecil yang ada di sebelah rumah tersebut. Di dekat kolam, Bima melihat Arimbi tengah duduk sambil meminum teh. "Aku kira kau kemana, ternyata di tempat ini," ucap Bima sambil duduk di sebelah Arimbi. Arimbi menuang teh kedalam cangkir dan menyodorkan nya kepada Bima. "Kakang tidak mual makan daging binatang menjijikan itu?" tanya Arimbi. Bima mengambil cangkir lalu meminum teh itu sekali tenggak. "Jika mau jujur, aku juga tidak suka," jawab Bima. Arimbi mendekatkan wajahnya membuat wajah mereka berdua menjadi sangat dekat. Bima terkejut dengan Arimbi yang tiba-tiba mendekat. Namun hatinya berdebar juga melihat wajah cantik itu dalam jarak yang sangat dekat. "Ada apa?" tanya Bima. Mata
Dara menyambut datangnya sesosok Iblis yang tak lain adalah Raja Baka. "Selamat datang Raja..." ucap Dara sambil tersenyum. Namun karena wajah tengkorak nya membuat Raja Baka muak dengan senyum itu. "Siapa kau!? Apakah kau yang berjuluk Gadis Tengkorak!?" tanya Raja Baka dengan tatapan tajam."Benar Raja, akulah siluman Gadis Tengkorak, hikhikhik! Ternyata aku terkenal juga...""Lepaskan...! Lepaskan kaumku dari kutukan menjijikkan itu! Kau perbudakan mereka semua! Apa urusanmu berasa di wilayah Klan kami!?" bentak Raja Baka marah. "Luar biasa... Gertakkan seorang Raja membuat jantungku berdetak kencang... hikhikhik!""Makhluk sialan! Cepat katakan!" teriak Raja Baka. "Sebelumnya ada orang datang dengan niat yang bagus, dia pun berhasil mengalahkan Raja sebelum kamu, apakah kamu siap mengalahkan orang ini?" tanya Dara sambil tertawa cekikikan. Raja Baka terdiam. "Apakah itu saudara Bima?" batin Raja Baka. "Selesaikan ujian ilusi ini maka kau akan bertemu dengannya, hikhikhik...
Keesokan harinya Bima membuka mata. Dia masih memeluk Arimbi. Saat Bima menatap ke arah wajah gadis itu, ternyata Arimbi sudah membuka mata. Semua racun panas yang ada di tubuh gadis itu telah hilang. Mereka berdua saling bertatap mata. Bima bisa merasakan dengan jelas, dada gadis itu yang menempel lembut di tubuhnya. "Terimakasih kakang..." bisik Arimbi lalu mengecup pipi Bima dengan lembut. Bima menelan ludahnya sendiri saat dia merasakan tubuh gadis itu menekan tubuhnya. "Kamu sudah menyelamatkan hidupku berulang kali... Aku tak tahu harus membayar hutang ini padamu dengan cara apa kakang," kata Arimbi. Bima tersenyum. Dia belai pipi gadis itu dengan penuh perasaan. "Melihatmu baik-baik saja aku sudah sangat senang, Arimbi..." sahut Bima. Arimbi tersenyum manis lalu menyandarkan kepalanya di dada pemuda itu. Dia memeluk Bima dengan erat sehingga Bima bisa merasakan semua tubuh Arimbi yang menekan tubuhnya. "Aku sangat bahagia kakang..." bisik Arimbi. Bima tersenyum dan menc
Bima dan Arimbi melangkah masuk ke sebuah halaman rumah yang cukup luas. Suasana yang gelap dan tanpa ada suara apa pun membuat tempat itu terlihat seram. Bima menoleh ke arah Dara yang tadi di belakangnya. Namun dia tak melihat wanita itu. "Dia bisa menghilang dan datang kapan pun, benar-benar siluman..." batin Bima. Arimbi terlihat semakin lemah. Wajahnya mulai menghitam. Dengan segera Bima menggendeong tubuh gadis itu lalu masuk ke dalam rumah penginapan. "Selamat datang..." sambut suara seorang wanita di balik pintu. Bima terkejut melihat Dara yang sudah berdiri di sana. "Kamar pendekar ada di kamar nomer tiga, semua sudah kami persiapkan," kata Dara dengan anggun. Bima tak peduli dengan ucapan wanita itu. Dia segera membawa Arimbi ke dalam kamar yang di sebutkan. Dara tersenyum kesal karena tidak di perhatikan. Setelah masuk ke dalam kamar, Bima segera mengunci pintu kayu tersebut. Kemudian dengan terburu-buru Bima merebahkan tubuh Arimbi di atas ranjang dengan kasur empu