Share

64.Empat Legenda Iblis

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 07:40:40

"Kenapa kau menggigit jariku?" tanya Bima berbisik.

Arimbi tak menjawab. Dia hanya menatap kesal kepada Bima yang menanyakan tentang kegadisannya. Seolah bagi Bima selama ini, dirinya bukanlah seorang gadis.

Bima sendiri tak menyadari kekesalan pada gadis itu. Dia juga tak merasa bersalah dengan pertanyaan yang dia lontarkan pada Arimbi.

Saat mereka tengah asik dengan pikirannya masing-masing, terdengar suara langkah kaki besar yang menggetarkan tanah.

Langkah itu terasa sangat berat berjalan perlahan mendekati bangunan kuno tersebut.

Pangeran Baka dan Abiseka menatap ke arah munculnya suara. Mata mereka menatap tajam satu sosok raksasa setinggi pohon berjalan ke arah mereka.

Tubuhnya sangat besar sehingga saat kakinya melangkah terdengar suara keras.

Dug! Dug! Dug!

Abiseka tersenyum. Dia tahu siapa sosok besar itu.

"Dia adalah siluman batu dari Klan Bolowatu. Setahuku mereka tak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    65.Sang Penjaga

    Siang pun berlalu dan berganti menjadi malam saat matahari sudah terbenam. Hutan Awan Hitam menjadi semakin gelap dan menyeramkan. Di bangunan tua tempat para pendekar dari berbagai rasi berkumpul, terlihat satu cahaya biru terang muncul dari dalam tanah. Semua mata menatap cahaya tersebut tanpa berkedip. Bima dan Arimbi pun sama. Kemunculan Bunga Mahkota Ratu adalah sesuatu yang mendebarkan. Benar saja, dari dalam tanah muncul satu tanaman hijau keluar dari dalam tanah seolah hidup. Pertama muncul di permukaan adalah kuncup bunga tersebut. "Benar... ini adalah Bunga yang di maksud oleh guru! Auranya sangat kuat...!" bisik Bima. Arimbi hanya mengangguk sambil matanya terus menatap ke arah bunga yang keluar dari dalam tanah tersebut. Bunga itu masih kuncup. Semua mata tertuju padanya. Menungu bunga tersebut mekar dan berebut untuk mendapatkannya. "Bersiap Abiseka, ada banyak pasang mata yang telah menantikan kesempatan ini s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    66.Rahasia Dibalik Pedang

    "Terimalah ini Api Pembakar Surga ini!" teriak Abiseka lalu melemparkan bola api raksasa di atas tangannya ke arah empat sosok penjaga Bunga Mahkota Ratu. Bima menatap tak berkedip. Kekuatan bola api yang di lemparkan oleh Abiseka sangat luar biasa panasnya. Saking panasnya membuat Bunga berwarna biru tersebut terlihat layu. "Celaka! Jika di biarkan Bunga itu bisa habis terbakar!" ucap Bima lalu segera berdiri. "Kakang! Mau kemana!?" tanya Arimbi. "Membantu empat penjaga itu! Jika aku diam saja, itu akan jadi masalah..." jawab Bima. Lalu segera saja dia melesat ke arah Bola Api raksasa tersebut. "Pelindung Es...!"Dengan kekuatan Pedang Darah Bima langsung menebas bola api tersebut dengan pedangnya. Woosssshhhh....! Bola api terbelah oleh serangan jarak jauh Bima. Namun sayangnya Api itu tetap melesat ke arah Bunga Mahkota Ratu. Serangan Bima yang membelah bola api itu terus melesat ke arah Abiseka. "Apa ini!?" teriak Abiseka sambil berkelit. Sraaakkkk! Blaaarrrr! Serangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    67.Abiseka

    Delapan pendekar Iblis itu tewas dengan tubuh terpotong rapi. Pangeran Baka terpana melihat kehebatan serangan yang Bima lakukan. Abiseka terlihat marah. Dengan satu lompatan dia telah siap melancarkan tinju ke arah Bima. Namun dengan gesit Bima berkelit ke kiri. Tinju itu lewat di sebelah kirinya. Dengan sikunya Bima menghantam wajah Abiseka dengan keras hingga tubuh Iblis Tanduk Api itu terlempar jauh. Brak! Tubuh Abiseka menghantam bangunan kuno itu hingga hancur berantakan. Bima tersenyum dengan kekuatan yang dia miliki saat ini. "Luar biasa... Bahkan musuh di ranah Keabadian bisa aku lawan dengan tenang," batin Bima. Abiseka berteriak keras. Amarahnya meluap. Tanduk api di kepalanya semakin menyala dengan warna merah kekuningan. "Manusia sialan! Aku akan membunuhmu!" teriak Abiseka dengan amarah yang memuncak. Matanya melotot mengeluarkan sinar merah membara. Bima terkejut dengan kekuatan Abiseka yang menanjak sangat tajam. Apa yang dia lihat sekarang sungguh luar biasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    1.Malam Penuh Darah

    Malam semakin sunyi dan dingin yang semakin menusuk tulang. Rasa dingin membuat orang-orang enggan untuk keluar dari rumahnya. Begitu juga yang terjadi di Perguruan Julang Emas. Sebuah Perguruan tingkat satu di wilayah barat Negara Angin. Semua orang nyaman di balik selimut mereka. Hanya beberapa murid jaga saja yang berpatroli keliling wilayah perguruan. Beberapa lagi berjaga di dua menara pengawas yang ada di gerbang Perguruan. Malam itu di wilayah barat Negara Angin benar-benar terasa sangat dingin tak biasanya. Tanpa di sadari oleh para penjaga, di balik pepohonan terlihat puluhan orang berpakaian hitam mengawasi pergerakan para penjaga itu. Jumlah mereka sangat banyak! Saat empat murid Perguruan Julang Emas melewati pepohonan tersebut, tiba-tiba sebuah belati terbang mengarah salah satu penjaga. Crash! Satu orang tumbang dengan leher menganga. Darah pun mengalir membasahi tanah yang bersalju. Tiga murid yang lain terkejut. Saat salah satu dari mereka akan menembakkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    2.Barata

    Mata Bimasena terbuka perlahan. Apa yang di lihatnya pertama kali adalah sebuah langit-langit yang terbuat dari daun rumbia. Dia masih merasakan punggungnya yang berdenyut sakit. Dengan perlahan dicobanya menggeser tubuhnya agar bisa duduk di atas balai-balai bambu tersebut. Terdengar bunyi berderit dari balai-balai bambu tua itu. Matanya menatap satu cangkir yang terbuat dari bambu berisi entah air apa. Namun air itu masih mengeluarkan uap panas pertanda minuman itu belum lama di seduh. Terdengar suara kayu yang di potong di luar gubuk. Dengan sekuat tenaga sambil menahan sakit, Bima berjalan sambil berpegangan pada dinding gubuk. Wajahnya mengernyit kesakitan. Namun karena penasaran yang tinggi mengalahkan rasa sakitnya, dia tetap berjalan ke arah pintu. Sesampainya di depan pintu, Bima terkejut. Karena gubuk yang dia tempati berada di atas pohon yang tinggi. Matanya menatap ke arah bawah sana, dimana terdengar suara orang yang tengah memotong kayu. Terlihat asap tipis d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    3.Berlatih

    Pendeta Barata tersenyum kepada Bimasena yang sangat berhasrat ingin tahu tentang para penjahat yang membantai satu Perguruan dimana Bima tinggal. "Jika kau tahu, apa yang akan kau perbuat? Kemampuanmu saja sangat lemah. Menghindari lemparan batu kecil saja tidak bisa, apa lagi menahan tebasan Pedang dari pendekar hebat? Sudah tewas kau!" ucap Pendeta Barata membuat wajah Bima memerah karena malu dan kesal. "Lalu, apa yang harus aku lakukan kakek?" tanya Bima. "Kau harus melatih dirimu sendiri. Jika kau mau berlatih padaku, ada tiga tahap yang harus kau lalui untuk menjadi pendekar kelas tengah. Itu saja masih belum cukup untukmu bisa melawan mereka," kata Pendeta Barata sambil mengelus jenggot putihnya yang tidak begitu panjang. "Apakah kakek benar-benar mau mengajariku?" tanya Bima penuh harap. Mata si kakek itu melotot membuat Bima merasa ngeri. "Sudah di tolong, sudah di kasih obat, sudah di beri makan, malah sekarang minta di ajari ilmu! Anak siapa kau cah lanang!? Bisa-bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    4.Warisan Pedang Darah

    Tiga tahun pun berlalu dengan cepat. Bimasena telah menguasai semua jurus dan kekuatan tenaga dalam yang Pendeta Barata ajarkan. Latihan yang Pendeta Barata berikan cukup berat. Namun dia berhasil lulus setelah menyelesaikan latihan tahap akhir,atau tahap ke tiga. Bimasena ingat saat dia awal mulai berlatih . Pendeta Barata menyuruhnya memotong kayu, mengisi air, dan mencari batu mulia. Kata Pendeta Barata, batu mulia tersebut bisa menyalurkan tenaga dalam. Dan harga batu mulia itu sangat mahal. Satu batu berwarna merah bisa menghasilkan ratusan tail emas. Tahap pertama pun dia lalui selama satu tahun, hingga dia bisa memotong seribu potong kayu dengan ukuran yang sama persis. Latihan ini adalah soal keseimbangan. Dan Bima berhasil dengan sempurna. Dia pun mengisi air dengan cepat bahkan sambil berlari.Kegunaan latihan ini adalah untuk memperkuat otot-otot lengan dan otot bahu serta kakinya yang nantinya akan di jadikan kuda-kuda saat bertarung. Semuanya harus kuat. Latihan ini be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    5.Perguruan Katak Merah

    Hari itu juga setelah Pendeta Barata memberikan petunjuk dan warisan pedang, Bimasena pun pamit undur diri kepada gurunya. Tak henti Bima ucapkan terimakasih kepada kakek gurunya tersebut. Orang yang telah menyelamatkan hidupnya dan mengajarkan ilmu kesaktian kepadanya selama tiga tahun belakangan ini. Dalam tiga tahun akhirnya Bimasena berhasil menguasai seluruh jurus dan kesaktian Pendeta Barata yang pernah mendapat julukan sebagai Sang Iblis Gila. Julukan itu bukan tanpa sebab, dulu Pendeta Barata adalah seorang pembunuh yang sangat liar. Itu sebabnya dia mendapatkan julukan tersebut. Mengenai asal-usul orang tua tersebut, Bima belum mengetahui nya. Namun seiring berjalannya waktu, semua orang akan tahu bahwa si Iblis Gila itu mempunyai seorang penerus. Yaitu Bimasena. Dengan pedang yang menggantung di punggung Bima pun meninggalkan tempat dimana dia berlatih dengan perasaan sedih. Pendeta Barata hanya melambaikan tangan saja ke arahnya dengan perasaan yang sedih bercampur bangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27

Bab terbaru

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    67.Abiseka

    Delapan pendekar Iblis itu tewas dengan tubuh terpotong rapi. Pangeran Baka terpana melihat kehebatan serangan yang Bima lakukan. Abiseka terlihat marah. Dengan satu lompatan dia telah siap melancarkan tinju ke arah Bima. Namun dengan gesit Bima berkelit ke kiri. Tinju itu lewat di sebelah kirinya. Dengan sikunya Bima menghantam wajah Abiseka dengan keras hingga tubuh Iblis Tanduk Api itu terlempar jauh. Brak! Tubuh Abiseka menghantam bangunan kuno itu hingga hancur berantakan. Bima tersenyum dengan kekuatan yang dia miliki saat ini. "Luar biasa... Bahkan musuh di ranah Keabadian bisa aku lawan dengan tenang," batin Bima. Abiseka berteriak keras. Amarahnya meluap. Tanduk api di kepalanya semakin menyala dengan warna merah kekuningan. "Manusia sialan! Aku akan membunuhmu!" teriak Abiseka dengan amarah yang memuncak. Matanya melotot mengeluarkan sinar merah membara. Bima terkejut dengan kekuatan Abiseka yang menanjak sangat tajam. Apa yang dia lihat sekarang sungguh luar biasa

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    66.Rahasia Dibalik Pedang

    "Terimalah ini Api Pembakar Surga ini!" teriak Abiseka lalu melemparkan bola api raksasa di atas tangannya ke arah empat sosok penjaga Bunga Mahkota Ratu. Bima menatap tak berkedip. Kekuatan bola api yang di lemparkan oleh Abiseka sangat luar biasa panasnya. Saking panasnya membuat Bunga berwarna biru tersebut terlihat layu. "Celaka! Jika di biarkan Bunga itu bisa habis terbakar!" ucap Bima lalu segera berdiri. "Kakang! Mau kemana!?" tanya Arimbi. "Membantu empat penjaga itu! Jika aku diam saja, itu akan jadi masalah..." jawab Bima. Lalu segera saja dia melesat ke arah Bola Api raksasa tersebut. "Pelindung Es...!"Dengan kekuatan Pedang Darah Bima langsung menebas bola api tersebut dengan pedangnya. Woosssshhhh....! Bola api terbelah oleh serangan jarak jauh Bima. Namun sayangnya Api itu tetap melesat ke arah Bunga Mahkota Ratu. Serangan Bima yang membelah bola api itu terus melesat ke arah Abiseka. "Apa ini!?" teriak Abiseka sambil berkelit. Sraaakkkk! Blaaarrrr! Serangan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    65.Sang Penjaga

    Siang pun berlalu dan berganti menjadi malam saat matahari sudah terbenam. Hutan Awan Hitam menjadi semakin gelap dan menyeramkan. Di bangunan tua tempat para pendekar dari berbagai rasi berkumpul, terlihat satu cahaya biru terang muncul dari dalam tanah. Semua mata menatap cahaya tersebut tanpa berkedip. Bima dan Arimbi pun sama. Kemunculan Bunga Mahkota Ratu adalah sesuatu yang mendebarkan. Benar saja, dari dalam tanah muncul satu tanaman hijau keluar dari dalam tanah seolah hidup. Pertama muncul di permukaan adalah kuncup bunga tersebut. "Benar... ini adalah Bunga yang di maksud oleh guru! Auranya sangat kuat...!" bisik Bima. Arimbi hanya mengangguk sambil matanya terus menatap ke arah bunga yang keluar dari dalam tanah tersebut. Bunga itu masih kuncup. Semua mata tertuju padanya. Menungu bunga tersebut mekar dan berebut untuk mendapatkannya. "Bersiap Abiseka, ada banyak pasang mata yang telah menantikan kesempatan ini s

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    64.Empat Legenda Iblis

    "Kenapa kau menggigit jariku?" tanya Bima berbisik. Arimbi tak menjawab. Dia hanya menatap kesal kepada Bima yang menanyakan tentang kegadisannya. Seolah bagi Bima selama ini, dirinya bukanlah seorang gadis. Bima sendiri tak menyadari kekesalan pada gadis itu. Dia juga tak merasa bersalah dengan pertanyaan yang dia lontarkan pada Arimbi. Saat mereka tengah asik dengan pikirannya masing-masing, terdengar suara langkah kaki besar yang menggetarkan tanah. Langkah itu terasa sangat berat berjalan perlahan mendekati bangunan kuno tersebut. Pangeran Baka dan Abiseka menatap ke arah munculnya suara. Mata mereka menatap tajam satu sosok raksasa setinggi pohon berjalan ke arah mereka. Tubuhnya sangat besar sehingga saat kakinya melangkah terdengar suara keras. Dug! Dug! Dug! Abiseka tersenyum. Dia tahu siapa sosok besar itu. "Dia adalah siluman batu dari Klan Bolowatu. Setahuku mereka tak

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    63.Bunga Mahkota Ratu

    Mendengar pertanyaan Arimbi membuat Bima tersentak kaget. "Aku lupa menanyakan hal itu kepada guru...! Tapi dia sudah memberi tahu ciri-cirinya padaku, kita akan mencarinya," ucap Bima. Arimbi mengangguk. Mereka berjalan perlahan menyusuri hutan yang sangat lebat itu. Tak ada cahaya matahari masuk ke dalam hutan. Sehingga meski saat itu hari masih siang, di dalam Hutan Awan Hitam tak ubahnya seperti malam hari. "Sepertinya ada bjalan setapak, ini aneh, hutan ini kata guru tak ada manusia yang menghuni, kenapa ada jalan setapak?" batin Bima. Dia tetap waspada jika ada sesuatu yang menurutnya mencurigakan. "Apakah ada sebuah desa di hutan ini?" tanya Arimbi. Bima menggeleng. Dia yakin dengan ucapan sang guru. "Jangan lengah, bisa jadi ini adalah jalan yang di lalui para siluman..." kata Bima. Arimbi hanya mengangguk dan tetap waspada. Tak jauh dari tempat Bima dan Arimbi berada, puluhan sosok aneh tengah berjalan dengan busur di tangan. Sosok itu merupakan manusia dengan dua tan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    62.Siluman Penunggu Hutan

    Langkah Bima terhenti di perbatasan hutan Awan Hitam tersebut. Arimbi pun ikut menghentikan langkah nya. "Ada apa kakang?" tanya Arimbi. "Aku merasakan hawa iblis, sesaat tadi lewat di arah depan kita... Berhati-hatilah Arimbi, jangan jauh-jauh diriku," jawab Bima. Gadis itu mengangguk. Pedang di tangan kirinya siap untuk di cabut kapanpun. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka. Saat pertama kaki mereka melangkah ke dalam Hutan Awan Hitam, mereka merasakan perubahan tekanan yang sangat lain. Hawa di dalam hutan itu lembab dan dingin. Bahkan semua tumbuhan berembun padahal itu siang hari. Suasana pun semakin gelap saat mereka semakin masuk ke dalam. "Hampir tak ada suara binatang sama sekali," bisik Arimbi sambil memegangi pakaian Bima. Dia takut dirinya terpisah. Belum lama mereka berjalan, mereka di kejutkan sesuatu yang cepat di depan sana. Sesosok makhluk cepat yang melompat dari pohon satu ke pohon yang lain. Mata makhluk itu menyorot merah. "Siluman... kita ber

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    61.Hutan Awan Hitam

    Bima bangkit berdiri. Dengan canggung dia naik ke atas balai-balai bambu tersebut. Terdengar suara berderit. Balai-balai yang ngepas itu membuat tubuh mereka berdua saling bersentuhan. Arimbi memejamkan matanya merasakan detak jantungnya yang bertambah kencang. Bima bingung dan canggung dengan posisi dia merebahkan diri. Mereka berdua saling membelakangi. Punggung mereka saling menempel satu sama lain membuat mereka merasakan kehangatan yang mendebarkan. Tak ada suara, hanya terdengar nafas halus dari keduanya yang sama-sama gelisah. "Tempatnya sempit ya," ucap Bima memecah kesunyian. Arimbi membuka matanya. Dia menarik nafas panjang untuk menenangkan hatinya yang berbunga-bunga. "Iya kakang..." jawab gadis itu. Kembali kesunyian menyelimuti mereka berdua. Keduanya sama-sama canggung untuk berbicara lebih dulu. "Besok, kita akan berangkat pagi atau siang kakang?" tanya Arimbi akhirnya mencari bahan pembicaraan. "Pagi selesai sarapan, tempat itu cukup jauh, jadi paling tidak si

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    60.Asmara Terpendam

    "Ranah Cakrawala Tahap Akhir!? Aku belum pernah melihat seperti apa kekuatan itu Guru!" seru Bima. Arimbi pun ikut terkejut mendengar ranah kekuatan yang belum pernah di dengar olehnya. Pendeta Barata tersenyum. "Itu adalah Ranah di atas Ranah Tulang Dewa, dan Dibawah Ranah Batara. Untuk mencapai ranah itu sangatlah sulit, bahkan kau harus menghabiskan banyak waktumu berkeliling dunia, jika hanya berada di negara Angin ini, maka kau hanya akan sampai di itu-itu saja...""Ranah Cakrawala, Ranah Batara, aku baru mendengarnya Guru! Apakah, ada orang yang benar-benar berada di ranah itu guru?" tanya Bima. Pendeta Barata menggeleng. "Aku hanya sampai pada Tulang Dewa tahap akhir hingga saat ini, selama aku hidup dan berkeliling negara ini, aku hanya menemui satu orang sakti yang bisa mencapai Ranah Cakrawala... Sedangkan untuk ranah Batara, aku tidak yakin ada orang sehebat itu di negara Angin ini..." ucap Pendeta Barata. "Siapa itu Guru?" tanya Bima penuh semangat. "Dia adalah mend

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    59.Guru Dan Murid

    "Lalu, apa yang harus aku lakukan setelah mendapatkan Bunga Mahkota Ratu itu guru?" tanya Bima. "Kau bawa pulang ke sini saat itu juga, jangan tunggu malam habis, aku akan mengolahnya menjadi ramuan, dan kau bisa meminumnya," jawab Pendeta Barata. Bima menatap Arimbi. "Apakah kamu akan di sini atau ikut?" tanya Bima. "Aku? Tentu saja ikut kamu kang," jawab Arimbi. Pendeta Barata tertawa terkekeh. "Untuk apa dia di sini? Nanti kau curiga padaku hikhikhik,"Bima tersenyum tersipu. "Baiklah, kita akan berangkat besok pagi, aku paham hutan Awan Hitam meski belum pernah masuk ke dalam sana terlalu jauh," kata Bima. "Banyak siluman kuat yang akan kau hadapi di sana, jadi berhati-hati lah," ucap Pendeta Barata. Bima mengangguk. Dia menatap gurunya. "Guru, berapa hari aku tak sadarkan diri?" tanyanya. Pendeta Barata tak langsung menjawab. Dia mengambil nasi bakar buatan Arimbi dan menaruhnya di atas meja. "Tanyakan saja pada kekasihmu," jawab Pendeta Barata datar. Tapi hal itu me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status