Share

Berbagi Hati

Author: Azka Taslimi
last update Last Updated: 2022-01-07 13:46:43

Malam ke empat, Danu dan Permata masih berusaha sebisa mungkin untuk memahami apa yang dimaksud dengan bahasa hati, mendengarkan dan mengucapkan dengan hati.

Dini hari mereka berdua duduk di atas tanah, di atas halaman rumah yang luas itu. Di samping kanan halaman ada sebuah pohon mangga besar yang selalu bergerak-gerak ketika angin menyapanya. Pohon mangga itu pula yang ketika pagi dan menjelang petang menjadi tempat bermainnya burung-burung bersama kawanannya. Kini pohon itu tengah berbunga, mungkin dua bulan lagi akan menjadi buah, dan beberapa minggu kemudian akan menjadi buah yang matang.

Sayup-sayup angin bertiup dari selatan, menggerak-gerakkan pepohonan, mematikan lampu minyak tanah yang sebelumnya masih menyala. Sekarang keadaan benar-benar gelap, tidak ada penerangan kecuali sinar rembulan yang sebentar lagi akan menghilang, juga beberapa bintang yang sinarnya melebih sinar bintang lain.

Beberapa saat kemudian angin bertiup lumayan kencang, hingga bebe

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Jangan Tinggalkan Aku, Danu!

    “Kamu tega, Danu!” kata Permata lirih kepada daun pintu yang menemaninya. Matanya memandang Danu yang tengah berbincang asyik dengan Rumana di halaman rumah luas, memandang kemerlip bintang.Air matanya dibiarkannya mengalir begitu saja, tangannya tidak mampu lagi menghapus luka yang begitu dalam. Permata tidak sanggup lagi melihat itu semua. Lebih baik sekarang aku kembali tidur saja, batin Permata. Dia berbalik arah, tapi tanpa disadarinya tiba-tiba kakinya menendang sebuah pot dari tanah liat.Brak...Suara kegaduhan terdengar. Danu dan Rumana memalingkan kepala, melihat sebuah pot telah pecah menjadi beberapa bagian. Selanjutnya Permata mematikan lampu minyak tanah dengan kekuatannya, suasana menjadi gelap sempurna. Saat itulah dia gunakan waktu untuk segera kembali ke dalam kamar agar tidak ada yang mengetahui bahwa dirinya telah menangis. Samar-samar dia menggunakan kedua tangannya sebagai penunjuk arah.“Mungkin itu kucing!”

    Last Updated : 2022-01-08
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Sapa Santun

    Hai, Teman-teman! Semoga hari-hari kalian bisa dan menjadi lebih berwarna dengan kehadiran novelku ini, ya! Eh, kenapa, yah... teman-teman kok jarang sekali yang komen? Padahal, satu komen kalian tentulah sangat berarti untuk penulis. Komen dong, hihi... Jangan lupa juga untuk memberikan bintang full pada setiap komennya. Atau, jika ada kesalahan langsung bisa saja teman-temannya mengkritiknya dengan cara komen. Intinya, penulis senang sekali jika teman-teman sekalian berkenan untuk komen dan memberikan masukan-masukan. Terima kasih untuk kalian semua yang bersedia menunggu bab demi bab yang aku tulis, semoga alurnya memuaskan dan menghibur. Di luar itu semua, semoga tetap membawa pelajaran yang berarti dalam kehidupan kita. Oke, selamat membaca menikmati alurnya.

    Last Updated : 2022-01-08
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Selamat Jalan

    Malam kelima, dan sepertinya itu adalah malam terakhir untuk Danu juga Permata untuk mengasah kemampuan berbicara kepada alam, mendengar dengan hati, dan berucap dengan bibir hati, bersama Kosala. Malam itu akan menjadi malam terakhir bagi mereka berdua untuk selanjutnya meneruskan perjalanan. Ini memang sebuah hal yang sangat luar biasa, mereka akan melanjutkan petualangan yang lebih menegangkan lagi. Kosala telah memberikan kode kepada mereka berdua untuk segera meneruskan perjalanan. Mungkin menurut Kosala kemampuan membaca alam mereta sudah lebih dari cukup sebagai kata pemula.“Aku rasa kalian sudah memahami dasar-dasar tentang bagaimana cara berbicara dan mendengarkan dengan hati,” ujar Kosala, malam ini suasana mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan datang, angin sayup-sayup basah menggerakkan dedaunan.“Maka tidak ada kepentingan lagi dalam diri kalian untuk terus hidup di rumahku. Dengan sopan besok aku mempersilakan kalian untuk meninggal

    Last Updated : 2022-01-08
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Kosala Pengkhianat

    “Apakah kau lupa dengan janjimu, Kosala?” salah seorang di antara mereka bertanya dengan nada berteriak.Mereka tidak kurang dari lima belas orang. Datang tanpa diundang, mereka langsung marah-marah kepada Kosala tanpa pembukaan. Lingkaran itu sekarang itu berupa lingkaran lagi, terkalahkan oleh jejak manusia yang mengepung Kosala, Danu, juga Permata.“Janji apa yang kau maksud?” Kosala bertanya dengan nada datar.“Aku rasa kau belum terlalu begitu tua, Kosala! Aku harap kau juga tidak hilang ingatan sehingga dengan sengaja melupakan janji-janji yang kau ucapkan. Apakah kau benar-benar lupa? Baiklah, anak buahku akan memberikan kenangan-kenangan yang akan mengingatkanmu!”Satu orang maju lebih dekat kepada Kosala, menginjak garis yang dibuatnya sehingga sepertinya antara Kosala dan orang itu tidak ada jarak.“Dahulu, kau pernah berkata kepada kami bahwa kau akan memberikan perlindungan kepada kami dan membe

    Last Updated : 2022-01-09
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Rumana Tidak Terima

    Hai, teman-teman, senang sekali malam ini aku bisa update satu episode buat kalian. Semoga bisa menemani malam kalian yang sunyi, yah, hehehe.Kira-kira sejauh ini hikmah apa, sih, yang kalian temukan di dalam perjalanan Danu juga Permata? Komen, dong, hihihi...***Semalaman Danu dan Permata tidak pejamkan mata. Permata bagai ibu yang memangku anaknya, Rumana terbangun ketika hari menjelang pagi.“Maaf, Mbak Permata!” ujar Rumana setelah terjaga dari tidurnya.Belum ada tanda-tanda Kosala akan segera sadarkan diri. Namun syukurlah, wajahnya tidak lagi pucat, pulih seperti sedia kala. Wajahnya memerah, kumisnya tebal, nafasnya teratur. Mungkin ketika matahari benar-benar muncul nanti Kosala akan membangunkan diri. Sekarang tetaplah berdoa yang menjadi satu-satunya usaha mereka.Pagi-pagi benar tabib yang tadi malam mengobati Kosala datang kembali. Di tangannya te

    Last Updated : 2022-01-09
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Rencana Penyerangan

    Dua hari dalam perjalanan tidak ada masalah berarti untuk Danu dan Permata. Kuda mereka membuat langkah lebih cepat dan menghemat waktu, lebih baik pula selanjutnya untuk Diana.Mereka kini tengah melewati sebuah desa yang bias-biasa saja. Pedagang-pedagang menjajakkan dagangannya di pasar bersama dengan hingar-bingarnya pembeli. Orang-orang seperti semut yang mengerubuti ikan asin, pagi itu mereka melewati sebuah pasar desa, akses satu-satunya pula untuk sampai pada lokasi tujuan. Mereka sarapan di sebuah warung tengah pasar, teriakan demi teriakan terdengar memekakkan telinga, tawar-menawar terjadi tanpa ada yang mengalah. Pedagang kain menawarkan harga dan kualitas, di sebelahnya pedagang baju jadi tanpa ampun mengolok-olok pedagang di sebelahnya.“Nasi dua, Ibu!” Setelah duduk Danu langsung memesan sarapan untuk pagi ini.Suara gaung lebah terdengar memenuhi warung, itu adalah suara kebisingan antara orang yang bercerita dan sesekali komentar dar

    Last Updated : 2022-01-11
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Serat Agung Dalam Bahaya

    Kuda berlari kencang setelah meninggalkan pasar yang ramai, kini melintasi pedesaan yang tampak sepi. Dalam keadaan seperti itu, Danu dan Permata bebas mengendalikan kuda dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Tidak akan ada yang merasa tersinggung dengan kecepatan mereka. Beberapa saat berlalu, sepertinya mereka telah memasuki area yang dekat dengan kerajaan.Tampak antrean panjang di jalanan sebelum memasuki perkotaan, lokasi kerajaan. Pedagang-pedagang tidak ada yang luput dari pemeriksaan, tidak ada sama sekali pendatang yang bebas dari pemeriksaan. Ini benar-benar sebuah rencana yang sangat matang untuk melakukan penyerangan, pihak kerajaan tidak memberikan kesempatan kepada penyusup untuk masuk wilayah kerajaan, para penjahat lokal juga begitu.Tujuan utama pihak kerajaan melakukan pemeriksaan sebenarnya sangat bagus, yaitu untuk mengurangi potensi adanya penjahat yang memasuki kerajaan. Tapi tidak semua prajurit yang mendapatkan tugas untuk memeriksa mempun

    Last Updated : 2022-01-12
  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Gadis Cantik Itu Permata

    “Dari mana kalian berasal?” tanya seorang prajurit kepada Danu.“Aku dari desa Banjar Rejo!” jarab Danu.Permata tidak paham dengan apa yang ada dalam pikiran Danu. Tadi pagi ketika ada yang bertanya dari mana dia berasal Danu menjawab dari Lereng Gunung Tiga Maut, sekarang dengan pertanyaan yang sama ia menjawab dari Banjar Rejo. Manakah yang benar? Permata bingung sendiri.“Jauh sekali. Untuk keperluan apa kau melintasi wilayah kerajaan?” Seorang prajurit dengan nada mengancam bertanya, dan Danu sangat tidak menyukainya.“Aku mempunyai seorang saudara yang berada di desa Sambijajar, dan aku akan mengunjunginya dengan adikku ini!” Danu menunjuk Permata dengan jari telunjuknya. Permata tersenyum, sebuah senyum yang ia paksakan karena kaget.“Apakah kalian tidak membawa barang-barang yang bisa membahayakan orang lain?” tanya prajurit itu lagi, matanya menjelajah dari ujung kaki sampai rambu

    Last Updated : 2022-01-12

Latest chapter

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Titihan Putri Anjasmara

    Dalam hati ada sebuah rasa kagum terhadap Anjasmara yang baru saja Danu melihatnya. Dia tidak banyak bicara, selalu tersenyum, dan selalu menundukkan kepala ketika tidak diperlukan memandang. Danu dan Anjasmara berjalan-jalan di area luar kerajaan, masih di dalam kerajaan namun sepi dari keramaian, sedang tiga orang lainnya masih meneruskan perbincangan di dalam ruang tamu kerajaan dengan raja. “Apakah namamu hanya Anjasmara?” tanya Danu, sedari tadi mereka hanya saling diam menatap rumput-rumput di atas batu-batu, kadang air mancur menjadi penghias, sedang di bawahnya hidup bahagia ikan-ikan emas. “Tidak,” sahut Anjasmara dengan senyumnya. “Nama lengkapku Titihan Putri Anjasmara!” “Indah namamu!” Danu memuju tulus, Anjasmara menyambutnya dengan senyuman hangat. “Apa keahlianmu?” tanya Danu lagi, dia benar-benar kehabisan tema pembicaraan. Sebenarnya banyak hal yang ingin dia tanyakan, namun saat ini belumlah waktu yang tepat. “Aku suk

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Putri Anjasmara

    Perjalanan hidup antara Permata dan Danu berjalan sampai beberapa bulan kemudian, sampai Danu benar-benar siap menjadi seorang raja dan Sekte Timur menemukan sebuah kerajaan yang tepat. Danu sangat sibuk, bahkan untuk sekadar menikmati sinar matahari dan udara pagi. Bangun dari tidur ia langsung bersiap-siap untuk menjalani berbagai aktivitas yang menunggu, tidak jarang dia bertemu dengan orang-orang penting, yang nantinya akan mendukung dirinya menjadi raja. Benar, Danu sangat sibuk untuk mengangkat diri.“Hari ini kita akan bertemu dengan seorang raja, Danu!” ucap Ketua Sekte kepada Danu, mereka tengah sarapan pagi bersama.Danu tidak perlu bertanya kepada Ketua Sekte tentang apa yang menjadi tujuan mereka. Sekarang sudah jelas, bahwa setiap langkah yang mereka jalani adalah dalam rangka untuk menjadikan Danu seorang raja, kemudian menjadi penguasa dunia.Beberapa saat kemudian Danu diajak ke dalam kamar rias, Danu mendapatkan riasan dari para peri

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Perhatian Yang Hilang

    Sudah dua hari Permata tidak melihat Danu, rasanya semakin ada jarak yang memisahkan antara dirinya dan Danu. Permata sibuk dengan melatih para generasi, sedang Danu sibuk dengan urusan-urusan yang Permata tidak mengerti. Benar, dua hari ini Permata tidak melihat Danu sama sekali. Suatu waktu Permata pernah berpikir untuk meninggalkan tempat itu, namun ia kembali berpikir panjang tentang perjuangannya selama ini menuju hutan ini, dan sekarang tentulah harus sesuai dengan rencana. Selama itu pula, Permata belum melihat atau mendengar keberadaan Diana sama sekali. Memang, Danu sengaja tidak memberitahukan kepada Permata bahwa ia telah mengetahui keberadaan Diana. Ia mempunyai rencana sendiri yang dianggapnya lebih matang dan akan berhasil.Permata hari ini tidak enak badan, hampir seharian ia tidak keluar kamar. Ia menitip pesan kepada seorang pelayan, menitip pesan untuk remaja yang diajarnya, bahwa dua hari ke depan mereka akan belajar mandiri. Permata benar-benar kelelahan,

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Sebuah Keharusan

    Semua berubah menjadi hal yang tidak menyenangkan. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada mengembara di dalam hutan dan hanya ada dua manusia saling berkata. Permata merasakan itu semua siksaan, meskipun ia belum mengerti bagaimana langkah hidup selanjutnya. Yang dia mengerti saat ini adalah hari-hari yang menyebalkan dan serba tidak membahagiakan. Memang Permata makan setiap hari dengan makanan yang terjamin, setiap pagi, siang, malam, ada yang mengantarkakn. Namun kini untuk melihat senyum Danu barang sejenak, ia agaknya berkurang waktu. Danu sekarang mulai berubah sedikit demi sedikit. Danu dipenuhi dengan kemauan dan target yang selalu membuatnya tidak tenang.Malam ini Permata tidur sendirian di dalam kamarnya, tidak ada yang menemani. Di luar sana tampak sepi, namun Permata dapat menebak pastilah Danu sedang memikirkan sebuah rencana. Permata akhir-akhir ini merasa tidak sejalan dengan Danu. Memang, Danu saat ini berambisi untuk menjadi seorang raja, setelah menden

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Maukah Kau Menjadi Raja?

    Pagi benar Danu bangun, bahkan ketika matahari belum benar-benar menampakkan diri. Udara dingin, Danu membasuh muka dan menimum air putih di atas meja. Beberapa saat kemudian ada suara orang mengetuk pintu, ia membuka, dan itu ternyata adalah seorang pelayan yang mengantarkan sarapan dan minuman hangat. Danu sangat bersyukur sekali mendapatkan pelayanan yang demikian baiknya, sangat berbeda dengan perkiraan awal yang mereka bayangkan.Tiba-tiba Danu kepikiran Permata, apakah dia sudah bangun? Tanya dia dalam hati. Danu belum menyentuh makanan atau minuman yang dibawakan oleh seorang perempuan muda yang menjadi pelayan tadi, ia berjalan ke luar kamar menuju kamar Permata. Pelan-palan Danu berjalan, bahkan langkah kakinya tidak menimbulkan suara sama sekali. Di jalan ia berpapasan dengan beberapa anggota Sekte Timur yang tengah berjalan pula dengan kepentingan berbeda, kadang mereka menyapa Danu terlebih dahulu, kadang juga sebaliknya.“Permata, apakah kamu sudah b

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Mendapatkan Pembenaran

    Malamya Danu dan Permata menginap di salah satu bangunan megah itu, selepas makan-makan besar yang dilakukan oleh Sekte Timur di Pasanggrahan. Danu dan Permata tidak menjadi satu kamar, mereka terpisahkan oleh sebuah lorong panjang, terang, penuh dengan ornamen keindahan berwarna merah menyala. Besok pagi Danu dan Permata mendapatkan undangan kehormatan sekaligus penawaran dari ketua Sekte Timur, itu mereka dengar dari salah satu orang yang berjalan bersama mereka tadi siang.“Beliau ingin mengundang kalian dan itu adalah sebuah kehormatan besar, sekalian memberikan penawaran kerja sama,” ujar orang itu kepada Danu dan Permata sebelum berpisah.Bukan undangan itu yang membuat Danu tidak bisa tidur malam ini, melainkan sebuah bayangan rembulan yang terligat dari jendela kamarnya menginap. Dari bayangan itu keluarah wajah Diana yang tidak akan pernah bisa tergantikan, Diana, selalu ada dan sepertinya malam ini akan tidur bersama dalam naungan cahaya rembulan.

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Berjumpa Dengan Diana

    Perjalanan menuju markas Sekte Timur kurang lebih membutuhkan waktu dua puluh menit (andai waktu itu ada jam). Mereka berjalan kaki, entah kenapa tidak memakai kuda sebagai kendaraan. Danu dan Permata berada di barisan paling belakang di antara semua orang Sekte Timur.Sepertinya gapura di depan sana menandakan bahwa mereka telah memasuki wilayah Sekte Timur. Sebuah plang besar bertuliskan huruf China, pun hiasan-hiasan yang ada juga khas bangsa China. Warna merah, gambar naga menjadi penghias. Ini bukan khas masyarakat sekitar, tapi lebih mengarah pada bangsa China. Benarkah para perampok itu adalah keturunan China yang merantau dan beranak-pinak? (Hai, aku tidak menyinggung bangsa Indonesia ini, yah... Ini asli karangan dalam cerita aku saja).Danu dan Permata dibuat kagum dengan ornamen-ornamen bangunan yang ada, ini hampir mirip dengan kerajaan. Bangunan-bangunan lebih mirip dengan penginapan orang-orang kaya, setiap rumah mempunyai kolam masing-masing di depan rum

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Kesempatan Terbesar

    Malam itu Danu dan Permata bermalam tidak jauh dari empat mayat yang mereka bunuh. Ketika angin berhembus, maka bau amis darah tercium, tersampaikan kepada hidung mereka. Danu dan Permata dengan hati was-was dan waspada bergantian berjaga malam itu. Ketika Danu tidur Permata dibangunkan, ketika Permata tidur Danu dibangunkan, begitu seterusnya hingga pagi menjelang.Pagi datang, sinarnya menerobos dedaunan yang hijau. Mayat-mayat itu tampak dikerubung oleh semut, kucing, bahkan ada beberapa anjing yang datang dari kejauhan. Satu di antara empat mayat itu yang paling mengenaskan, ialah mayat yang mengenakan baju berwarna biru tua, wajahnya tercabik-cabik cakar anjing, ususnya keluar semua, bahkan matanya kini telah tiada. Mereka ngeri sendiri menyaksikan pemandangan itu, hampir saja Permata muntah dibuatnya.“Ayo kita segera pergi, Danu!” ajak Permata setelah benar-benar tidak kuat.“Ayo!” sahut Danu.Mereka melanjutkan perjalanan,

  • Pendekar Gunung Tiga Maut   Pertarungan Tengah Malam

    Malam hari Permata terbangun ketika mendengar langkah kaki yang berat berjalan mendekat. Permata dengan segera membangunkan Danu. Danu bangun dan segera menyadari apa yang terjadi, ia menangkan Permata. Pandangan Danu jelas lebih tajam dari pada Permata meskipun dalam hal pendengaran sebaliknya. Itu adalah dua kemampuan yang mereka asah ketika mendatangi rumah Kosala, bapak dari Rumana.“Siapa yang datang, Danu?” tanya Permata, matanya berusaha memandang siapa yang tengah berjalan mendekat, namun percuma, pandangannya tidak setajam Danu. Ia hanya bisa mendengar langkah kaki yang kian mendekat itu.“Aku melihatnya, tapi hanya sosok hitam yang berdiri di bawah gelap malam. Malam ini benar-benar gelap, Permata,” ujar Danu. Ia melanjutkan sembari tidak melepas bayangan di kejauhan sana. “Yang bisa aku pastikan sekarang ini bahwa dia tidak satu orang, ada tiga orang atau empat!”“Apa yang harus kita lakukan?” Permata se

DMCA.com Protection Status