Share

Persiapan Pemberontakan

Penulis: Ken Matahari
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-20 14:34:58

Di sisi lain ....

Pada siang hari, kesibukan tengah terjadi di sebuah tempat rahasia di Gunung Batu. Daerah yang terletak agak jauh dari Minanga Tamwan itu tampak menggeliat dalam beberapa hari terakhir. Ratusan laki-laki hilir mudik membawa tombak dan pedang. Tanah lapang di tengah perkampungan prajurit ramai oleh prajurit yang berlatih.

"Trang...! Trang...!" Suara tombak dan pedang yang beradu, makin membuat hari semakin panas. Semua prajurit tampak tak mengenakan pakaian bagian atas. Memamerkan otot-otot yang kekar dan menonjol keluar. Peluh mengalir deras di dada dan punggung mereka. Berkilau-kilau tertimpa sinar matahari.

Tidak hanya berlatih silat, mereka juga berlatih membentuk formasi tempur. Formasi bertahan atau menyerang. Formasi tempur yang terus menerus mereka latih dengan disiplin adalah cakrabyuha.

Cakrabyuha merupakan salah satu bentuk formasi tempur yang berasal dari formasi tempur India kuno. Cakrabyuha bermakna formasi lingkaran dan pertama kali dipelajari dari K
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Gerombolan Bandit

    Persiapan pemberontakan Rajaputra Aruna sudah disusun sejak jauh hari. Itu terbukti oleh kekuatan tempur yang dibangun. Hidup Rajaputra Aruna yang terbiasa melanglang buana membuatnya memiliki banyak teman dan jaringan. Apalagi dengan status sebagai anak Datu Sriwijaya, Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Semua orang dari berbagai lapisan sudah tentu ingin dekat dengan anak Selir Laksita itu. Sayangnya, kesempatan luas itu malah membuat Rajaputra Aruna keliru menempuh jalan hidup. Jalan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Budha. Perilaku tak senonoh Rajaputra Aruna makin menjadi. Ditambah dengan rasa iri terhadap Putra Mahkota Sriwijaya, Pangeran Indrawarman. Rasa iri Rajaputra Aruna terhadap Pangeran Indrawarman, melahirkan sikap antipati terhadap ayah dan saudara laki-lakinya itu. Sampai suatu saat, Rajaputra Aruna berniat merebut kekuasaan dari Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Niat jahat yang mendorong Rajaputra Aruna membangun kekuatan militer dan menghimpun pendekar-pendekar al

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Pangeran Indrawarman

    Keheningan menjalari suasana Kutaraja Minanga Tamwan malam itu. Hanya regu-regu prajurit jaga yang terlihat berjalan hilir mudik di jalan-jalannya. Di kejauhan, sesekali lolongan anjing hutan terdengar parau.Waktu sudah merambat ke tengah malam. Dari sudut kutaraja yang gelap, sesosok bayangan manusia berjalan cepat. Ia terlihat mengendap menghindari mata regu-regu prajurit jaga. Dari langkah kakinya yang ringan, terlihat bahwa ia bukan penduduk kebanyakan.Sosok manusia itu dengan cepat bisa mencapai jantung Kutaraja Minanga Tamwan. Ia langsung menuju Istana Kedatuan Sriwijaya. Sampai di depan gerbang istana, ia bersembunyi. Lalu masuk dengan cepat saat regu prajurit jaga lengah. Istana utama, tempat tinggal Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang ditujunya.Belum lagi sosok manusia misterius itu tiba di depan pintu istana utama, suara seorang laki-laki telah menegurnya dari dalam."Kaukah itu Pada?""Amba Pangeran.""Lekas masuk Pada. Tak boleh ada seorangpun yang melihatmu masuk.""Am

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Permaisuri Sobakencana

    "Ananda Pangeran Indrawarman, yang dikatakan Bhiksu Dharmapala itu benar adanya. Ananda adalah tumpuan harapan seluruh penduduk Kutaraja Minanga Tamwan dan Sriwijaya saat ini," pemilik suara itu melanjutkan kalimatnya. Ia ternyata Permaisuri Sobakencana.Melihat kedatangan Permaisuri Sobakencana, Pangeran Indrawarman dan Bhiksu Dharmapala langsung duduk di lantai dan menyembah padanya."Bangunlah kalian berdua," ujar Permaisuri Sobakencana pada keduanya. Perempuan paruh baya itu lalu duduk di kursi kosong yang terletak di sebelah kiri kursi Pangeran Indrawarman.Pangeran Indrawarman lalu menyambut kedatangan Permaisuri Sobakencana."Ibu Ratu, kenapa Ibu Ratu belum tidur di malam selarut ini?", tanya Pangeran Indrawarman pada Permaisuri Sobakencana, ibunya yang biasa ia panggil Ibu Ratu. Ia heran, karena tak seperti biasa, Permaisuri Sobakencana belum masuk ke kamar tidur. Padahal malam sudah cukup larut. Permaisuri Sobakencana cepat menjawab pertanyaan Pangeran Indrawarman. Ia maklum a

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Pendekar Golok Melasa Kepappang

    Suasana pelabuhan Mukha Upang cukup tenang sore itu. Sesekali kesibukan terlihat dari bongkar muat di dermaga yang dilakukan oleh kapal-kapal dagang. Baik kapal dagang milik pedagang lokal ataupun asing.Tenangnya aktivitas pelabuhan Mukha Upang, sama sekali tak menunjukkan jika beberapa hari lalu telah terjadi pertempuran besar antara pasukan Srwijaya melawan pasukan Mukha Upang. Di bandar yang kelak tercatat dalam sejarah sebagai Kutaraja Kedatuan Sriwijaya itu, semua berlangsung normal.Menjelang hari gelap, sebuah kapal kayu berukuran sedang mendarat di dermaga pelabuhan Mukha Upang. Kesebelas penumpangnya terlihat lelah. Terlihat jelas mereka semua mengantuk. Tapi semua lelah dan kantuk itu seperti tak dirasakan oleh mereka. Kesebelas orang tersebut adalah Pada dan sepuluh orang prajurit Sriwijaya yang ditugaskan mengawal Pada oleh Pangeran Indrawarman.Setelah berkemas, mereka semua lalu menemui syahbandar pelabuhan. Lalu bergegas menuju ke perkembangan Sang Dapunta Hyang Sri Ja

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Lima Ratus Prajurit Pilihan

    Pada sudah keluar dari tenda Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Ia langsung menyusul Senapati Utama Sadnya. Tak lama kemudian, senapati madya yang baru saja mendapat gelar Pendekar Golok Melasa Kepappang itu berhasil ia dapatkan.Saat itu Sadnya tengah bercakap-cakap dengan seorang laki-laki paruh baya yang berwajah seram dengan rajah yang memenuhi tubuhnya. Laki-laki itu adalah Rampog. Teman baru Sadnya.Mereka berdua tampak sedang melakukan obrolan serius. Pada belum berani menegur keduanya."Rampog! Bisa tak bisa kau harus kumpulkan sisa anak buahmu yang ada malam ini juga!""Alangkah mendadaknya Senapati!""Aku hanya jalankan perintah Sang Dapunta Hyang Sri Jayanasa Rampog!""Ah...penguasa selalu saja sesuka hati kalo beri perintah!" rutuk Rampog."Rampog! Setidaknya kau bantu aku!""Ya...ya... Senapati! Baiklah! Kalau bukan karena kau, tak akan aku patuhi perintah siapapun!""Sudahlah jangan mengomel terus! Segeralah pergi kumpulkan anak buahmu! Aku perlu seratus lima puluh orang m

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Kejutan Tandrun Luah

    Gunung Batu lepas senja. Puluhan burung rangkong berkaok-kaok terbang berpasang-pasangan pulang ke sarangnya. Sayap mereka beradu cepat dengan gelap yang mulai menyergap.Di perkampungan pasukan Rajaputra Aruna di Gunung Batu, ribuan prajurit mulai berkemas. Sekali pukulan canang lagi rombongan pertama mereka segera berangkat menuju Kutaraja Minanga Tamwan.Dalam pertemuan terakhir yang dipimpin Rajaputra Aruna dan melibatkan Senapati Madya Sarpa dan para pendekar aliran hitam, diputuskan keberangkatan pasukan Rajaputra Aruna dalam tiga gelombang. Dari tiga ribu prajurit Rajaputra Aruna, dua ribu lima ratus berangkat menyerang Kutaraja Minanga Tamwan. Sementara lima ratus lainnya tetap di Gunung Batu, bersiaga menjaganya.Gelombang pertama pasukan Rajaputra Aruna berjumlah seribu orang prajurit. Mereka sudah bersiap di lapangan yang biasa dijadikan tempat latihan. Tugas pasukan gelombang pertama adalah menghancurkan benteng pertahanan terdepan pasukan Kedatuan Sriwijaya. Mereka dipimp

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Pos Pasukan Penjaga Sriwijaya Terdepan

    Malam gelap pekat. Lima perahu berisi manusia kira-kira seratus orang itu makin mendekat ke pos penjagaan pasukan Sriwijaya yang terbuat dari rakit bambu yang terletak di kanan kiri Sungai Komering. Jika tak jeli benar, maka pos penjagaan Sriwijaya itu tak akan terlihat. Tak satupun obor dinyalakan oleh prajurit penjaga.Salah seorang yang naik lima perahu asing itu berteriak. Membuat seluruh prajurit jaga Sriwijaya bersiaga."Siagaaaa...! Siagaaaa...!" orang itu ternyata Tandrun Luah. Bersama seratus orang lainnya, ia berhasil melarikan diri dari perkampungan prajurit Rajaputra Aruna.Pos penjagaan pasukan Sriwijaya ini terletak cukup jauh dari Kutaraja Minanga Tamwan. Pos ini merupakan pos penjagaan terluar. Apabila Rajaputra Aruna hendak menaklukkan Kutaraja Minanga Tamwan, maka ia terlebih dahulu harus menghancurkan tiga lapis pertahanan yang dibangun oleh Senapati Madya Arsa.Pos rakit penjagaan prajurit Sriwijaya seketika siaga penuh. Obor-obor dinyalakan. Puluhan prajurit tampa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-28
  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Keputusan Emosional Rajaputra Aruna

    "Benar-benar bedebah kau Tandrun Luah!" Rajaputra Aruna belum usai memaki Tandrun Luah. Ia masih tak percaya semua strategi pemberontakan yang telah disusun matang jadi berantakan dalam sekejap oleh Tandrun Luah.Pendekar Pisau Terbang yang dari tadi hanya mendengarkan amarah Rajaputra Aruna, kini mulai bicara."Anak Raja! Sudahlah. Percuma kau memaki Tandrun Luah! Batang hidungnya saja sudaj tak tampak lagi!""Aih...kau Pisau Terbang! Kau malah membela pengkhianat itu!" sungut Rajaputra Aruna."Bukan aku membela Tandrun Luah Anak Raja! Sampai kiamat kau marahpun Tandrun Luah tak akan bisa kau dapatkan! Dengan marah-marah begini, kau malah merusak mentalmu dan seluruh pasukan yang kau pimpin!"Rajaputra Aruna diam mendengar sanggahan Pendekar Pisau Terbang. Memang ucapan Pendekar Pisau Terbang ada benarnya."Hhhhhhh...kau benar Pisau Terbang. Lalu apa yang harus kulakukan? Semua rencana matangku hancur oleh keparat itu! Bertahun-tahun aku menyiapkannya! Semua hancur dalam sekejap!" uj

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-29

Bab terbaru

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Momentum

    "Nadir adalah penyusup itu!" semua yang hadir seperti tersambar petir di siang bolong mendengar nama Nadir disebut Candra sebagai telik sandi Sriwijaya yang berhasil menyusup ke dalam tubuh gerakan kemerdekaan Melayu. Wak Baidil menjerit histeris."Apa? Nadir? Aku tak salah dengar Candra?""Tidak Wak! Nadir memang penyusup itu!""Demi Buddha! Nadir...! Tak kusangka anakku itu ternyata seorang musuhku sendiri...," ucap Wak Baidil lemas. Tubuhnya seperti kehilangan tulang penyangga tubuh. Ia duduk lemas tanpa daya. Ia benar-benar tak menyangka, anak angkat yang sangat ia kasihi itu ternyata seorang mata-mata Sriwijaya. Dengan suara parau, Wak Baidil berkata, "Alangkah sial hidupku ini. Setelah seumur hidup tak punya keturunan, saat punya anak angkat ternyata ia adalah musuhku!"Mata Wak Baidil berkaca-kaca. Orang tua itu setengah mati berusaha menahan tangis. Tapi ia gagal melakukannya kali ini. Air mata Wak Baidil menderas. Sekuat mungkin ia menahan ledakan tangis yang bisa merusak su

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Siapa Penyusup Itu?

    Pertemuan yang dipimpin Wak Baidil terus berlanjut. Setelah membahas tentang Persatuan Melayu, kini pertemuan mulai membahas soal isu-isu dan peristiwa terkini yang terjadi di Lubuk Ruso dan Melayu. Berbeda dengan materi sebelumnya yang cenderung kaku. Sekarang suasana berubah jadi lebih cair.Situasi di kota Melayu yang menjadi pokok bahasan pertama. Dalam bahasan Melayu ini, Wak Baidil minta Pak Cik dibantu Candra untuk menjelaskannya.Pak Cik berkesempatan menjelaskan situasi Melayu lebih dulu. Dengan penuh semangat ia lalu menceritakan kondisi Melayu. Mulai dari proses perembesan prajurit masuk ke Melayu hingga konflik yang terjadi antara Tara dan Senapati Madya Danar.Dalam kesempatan itu juga, Pak Cik menjelaskan tentang peta kekuatan pasukan Sriwijaya di Melayu. Baik kekuatan pasukan reguler, pasukan khusus, dan telik sandi milik Sriwijaya.Koh Bai yang jadi orang pertama bertanya pada Pak Cik. "Apa kabar sahabat lama? Senang bisa bertemu denganmu hari ini Cik. Apalagi aku mas

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Pertemuan Lubuk Ruso dan Melayu

    Hari belum lagi dini hari. Kokok ayam jantan pertama baru terdengar ketika rombongan Wak Baidil sampai di tepi Melayu. Sebelum meneruskan perjalanan masuk ke kota Melayu, Aditya menugaskan Muri dan Yoga untuk lebih dahulu masuk kota untuk memantau situasi dan memberitahu Pak Cik soal kedatangan mereka. Kehadiran mereka tak boleh diendus siapapun.Setelah menunggu cukup lama, Muri dan Yoga sudah kembali. Dari laporan mereka, situasi cukup aman bagi rombongan untuk dengan cepat mengendap dan langsung menuju kedai Pak Cik.Tanpa membuang waktu, seluruh rombongan bergerak senyap. Tak boleh ada suara ringkikan kuda yang terdengar. Tak ada satupun penduduk Melayu yang harus terbangun karena mendengar langkah kaki mereka.Jelang dini hari, rombongan Lubuk Ruso sudah sampai di rumah Pak Cik. Tak ada kendala selama perjalanan mereka dari pinggir kota hingga ke tujuan.Muri dan Yoga adalah orang yang terakhir masuk. Keduanya punya tugas tambahan menghapus seluruh jejak kaki mereka. Terutama je

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Tugas Awang

    Pagi ini Tara melakukan dinas militer seperti biasa. Seolah tak ada ketegangan yang sedang terjadi antaranya dengan Senapati Madya Danar dan Ishra. Setidaknya begitu dihadapan para prajurit bawahan.Setelah apel pagi, Tara langsung masuk ke dalam ruangan. Sementara prajurit peserta apel lain masih bergerombol dan mengobrol di lapangan. Di antara mereka terlihat Senapati Madya Danar, Ishra, dan Awang.Sejak peristiwa amukannya terhadap Senapati Madya Danar, Tara lebih banyak memilih diam di ruang kerjanya ketimbang harus berbaur dengan prajurit lain. Ia terlalu muak dan khawatir tak mampu mengontrol emosi jika melihat Senapati Madya Danar dan Ishra.Saat Tara berjalan menuju ruang kerjanya, di kejauhan Senapati Madya Danar melihat sinis pada perwira cantik itu. Tak perduli ia sedang berada di tengah orang ramai, ia dengan terbuka menunjukkan rasa permusuhannya."Ishra, kau tengoklah Tara bangsat itu! Gaya jalannya sudah macam Datu Sriwijaya pula? Congkak!" desis Senapati Madya Danar ny

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Rencana Menjebak Tara

    "Kau benar Ishra. Emosi hampir membuatku terjebak dalam kebodohan. Memang, sudah selayaknya aku dapat keuntungan dari matinya iblis perempuan bernama Tara itu!" ucap Senapati Madya Danar yang mulai tersadar dari amarahnya. Ia telah kembali ke watak aslinya yang culas dan licin. "Bagaimana Ishra? Kini kita mulai susun skenario untuk membunuh Tara?""Siap Senapati! Makin cepat, makin baik!" jawab Ishra tak kalah licik.Keduanya kembali tenggelam dalam siasat untuk membunuh Tara. Tak lupa tentu keuntungan-keuntungan yang harus mereka dapat dari kematian Tara.Malam makin larut, obrolan Senapati Madya Danar dan Ishra makin serius. Seperti tak ada hari esok bagi keduanya. Menjelang fajar barulah obrolan kedua manusia culas itu selesai. Begitu semua rencana mereka dirasa matang, dengan cepat Ishra kembali ke baraknya. Tak boleh seorangpun yang melihat pertemuan mereka.Saat Ishra baru menutup pintu barak, sebuah bayangan manusia berkelebat di keremangan fajar. Ia menyelinap cepat di balik t

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Hasutan Ishra

    Istana Kedatuan Melayu malam hari. Tak ada aktivitas berarti di dalamnya. Gelap malam dan suasana sepi makin menambah muram istana yang pernah bersinar dan dikenal hingga ke negeri jauh itu.Istana Kedatuan Melayu terletak cukup jauh dari tepi Sungai Batanghari. Posisinya sendiri berada di antara bukit-bukit kecil. Pendahulu Sang Mahadatu Melayu memang sengaja memilih lokasi istana jauh dari Batanghari dengan pertimbangan pertahanan dan keamanan. Tapi setelah invasi Sriwijaya ke Melayu, pertimbangan tersebut terbukti rapuh[1].Jika menilik luas area yang dijadikan kawasan kompleks istana, maka kita tak akan mendapatkan jawaban pasti. Ada yang mengatakan luasnya lima hektar, ada yang menyebut lebih dari lima hektar, dan ragam pendapat lain.Di dalam area tersebut berdiri kompleks istana yang terdiri atas beberapa bangunan, bangunan utama dan beberapa bangunan pendukung.Bangunan utama dalam komplek Istana Kesatuan Melayu adalah istana yang kini didiami oleh Sang Mahadatu Melayu Muda da

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Aku Cinta Padamu Vidya

    Beberapa hari ke muka, halaman depan gubuk Wak Baidil terlihat ramai. Di keramaian terlihat Wak Baidil, Aditya, Nadir, Koh Bai, dan seluruh penduduk Lubuk Ruso. Tampak juga Umak dan beberapa perempuan lainnya. Tapi tak tampak Vidya di antara mereka.Keberangkatan Wak Baidil dan rombongan baru dilakukan setelah Muri terlebih dahulu pulang dari Melayu. Dengan begitu, setelah mendengar informasi perkembangan Melayu dari Muri, semua gerakan bisa disusun dan dilakukan dengan baik.Pagi ini, sesuai dengan hasil pertemuan yang dilakukan para tetua Lubuk Ruso beberapa hari sebelumnya, maka Wak Baidil bersama rombongan akan melakukan long march menyusuri seluruh bumi Melayu. Terutama dusun dan negeri yang berada di sepanjang aliran Sungai Batanghari melalui jalur darat. Jalur darat dipilih karena jauh lebih aman dari intaian pasukan Sriwijaya.Ikut dalam rombongan Wak Baidil adalah Aditya dan Koh Bai. Mereka berdua sengaja diminta langsung oleh Wak Baidil karena keduanya memiliki pengetahuan y

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Jalan Panjang Kebangsaan Melayu

    Ketiga anak beranak itu benar-benar tenggelam dalam obrolan panjang. Sampai matahari tenggelam, mereka masih tak beranjak dari tempat duduk masing-masing. Obrolan mereka hanya terpotong ketika Umak memaksa mereka untuk makan malam. Setelah itu, obrolan mereka kembali dilanjutkan.Saat sedang asyik mengobrol, dari gerbang pintu rumah, tampak Koh Bai menghampiri mereka."Wah...obrolan Wak Baidil dan dua pemuda tampan ini tampaknya asyik juga. Apakah kehadiranku ini mengganggu kalian?" tanya Koh Bai setibanya di teras gubuk Wak Baidil."Eh...Koh Bai. Kebetulan kau datang. Ayo sini bergabung," ajak Wak Baidil pada Koh Bai. "Nadir kau ambilkan kursi satu lagi di dalam. Biar Koh Bai bisa ikut ngobrol bersama kita."Nadir langsung bangkit dari duduk dan mengerjakan perintah Wak Baidil. Kini mereka berempat mulai terlibat obrolan yang lebih panjang."Kalau aku boleh tahu, apa sebenarnya yang dengan kalian bertiga obrolkan Wak?" tanya Koh Baidil membuka pembicaraan."Naaaah...kalau pertanyaanm

  • Pendekar Golok Melasa Kepappang    Rasa Kebangsaan

    Lubuk Ruso di waktu yang sama. Di beranda gubuk Wak Baidil, Aditya, Nadir, dan Wak Baidil seperti biasa, tampak bercengkrama. Santai tapi serius.Tema obrolan mereka kali lumayan berat. Tentang Persatuan Melayu."Aditya, Nadir, sejak obrolan kita terakhir soal Persatuan Melayu, aku benar-benar terganggu. Sulit aku tidur memikirkannya," Wak Baidil mengungkap kegelisahannya pada Aditya dan Nadir."Bak, sudahlah! Bak jangan berpikir yang berat-berat. Ingat. Bak sudah tua. Kalau Bak sakit, yang merasakan juga Bak sendiri!" omel Nadir pada Wak Baidil.Bukannya menuruti omongan Nadir, Wak Baidil malah menyanggah Nadir dengan omelan khas orang tua."Tahu apa kau Nadir! Justru di masa tua ini aku harus makin giat memikirkan negeriku, Melayu! Kau yang muda justru harus malu padaku! Kalian mestinya harus lebih giat memikirkan dan bekerja untuk Melayu!"Hampir saja Nadir mendebat Wak Baidil. Untungnya Aditya segera menengahi debat antara bapak dan anak tersebut agar tak memanjang."Sudah! Sudah!

DMCA.com Protection Status