Home / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 74: Kemesraan Terus Lanjut

Share

Bab 74: Kemesraan Terus Lanjut

Author: mrd_bb
last update Last Updated: 2024-07-26 08:02:46

Kali ini mereka saling melumat dalam kondisi sama-sama sadar dan tidak terpengaruh buah merah.

Keduanya lalu kembali mengulang kemesraan ini di semak-semak berumput tebal. Lalu mandi polos berdua di telaga ini dan seolah sedang bulan madu, tak ada puas-puasnya mereguk nafsu berahi di telaga sepi ini.

Tanpa keduanya sadari, tempat ini sebenarnya tak jauh dari pondok, di mana Nyai Rombeng tengah beristirahat.

Karena sedang di mabuk nafsu, keduanya tak sadar, kalau Nyai Rombeng yang sudah hampir sembuh ini hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ulah kedua orang muda yang di mabuk berahi dan asmara ini.

Kewaspadaan Japra apalagi Dehea berkurang, dan tak sadar kalau kelakuan mereka membuat Nyai Rombeng melengus dan balik ke pondoknya.

Setelah 10 hari 10 malam di sana. Selain bercinta siang malam, Japra juga tak lupa beritahu kelemahan-kelemahan jurus-jurus yang Dehea miliki.

Sehingga dalam waktu 10 harian ini keduanya berlatih sekaligus bercinta tiada bosan. Imbasnya, jurus kanuragan Dehe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 75: Berpetualang ke Negeri Tetangga

    Ratu Reswari juga menerapkan aturan yang keras dan kejam, sehingga tak ada yang berani dengan perintahnya. Selain kesaktiannya yang luar biasa dan membuat semua pembantunya tunduk dengannya.Bahkan Ratu Reswari mulai kurangi peran para pendekar golongan hitam dan digantikannya dengan pejabat yang lebih cakap.Tapi Ratu Reswari ini tidak membuang begitu saja, dia berikan mereka hadiah dan daerah tertentu, yang membuat mereka tak bakal bikin repot kelak.“Kalian adalah pejuang pelopor, kami tetap akan butuh bantuan kalian kelak, untuk serbu musuh, atau pertahankan diri dari serbuan kerajaan lain. Saatnya kita nikmati apa yang sudah kita perjuangkan selama ini,” titah Ratu Reswari cerdik, hingga para pendekar golongan hitam ini tak ada yang protes.Ki Birawa pun sampai angkat topi dengan murid sekaligus kemenakan misannya ini. “Tak heran dulu Raja Daha begitu mencintainya, sayangnya saat itu dia belum se cerdik ini, hanya mikirin nafsu semata.” pikir Ki Birawa kagum,Diapun kini juga dap

    Last Updated : 2024-07-26
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 76: Pangeran Kifaya dan Pasukannya

    Gara-gara mendengar pembicaraan inilah, Japra jadi tertarik. “Jangan-jangan mereka itu 3 Pendekar Hewan. Hmm…cukup jauh juga mereka berkeliaran di kerajaan ini?” batin Japra penasaran.Pendekar ini sebenarnya sangat penasaran dengan 3 pendekar hebat itu, Pakoi sang kepala suku yang dia tolong warganya dulu, ngaku tak kenal darimana ke 3 tokoh jahat itu berasal.“Yang pasti mereka itu sangat jahat, andai tuan pendekar lambat mengusir mereka, bisa jadi seluruh wanita yang ada di sini habis di culik mereka,”cerita Pakoi.Inilah yang membuat Japra jadi tertarik dan ingin tahu, siapa mereka itu sebenarnya, sehingga dia lupakan dulu persoalannya sendiri.Japra lalu lanjutkan perjalanan ke arah Kotaraja Barito, yang dikatakan sedang di kepung kaum pemberontak yang di pimpin Pangeran Kifaya.Dari cerita warga yang dia temui, Pangeran Kifaya sebenarnya putra mahkota asli, sedangkan yang berkuasa saat ini adalah paman tirinya, yang secara curang merebut tahtanya 10 tahunan yang lalu, saat Pange

    Last Updated : 2024-07-27
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 77: Pangeran Kifaya Tahu Siapa Japra

    “Baiklah paduka, hamba permisi dulu, terima kasih atas peringatan paduka, hamba akan taati,” Japra lalu bersiap melangkah mundur, untuk keluar dari tenda ini.“Tunggu Japra!” tahan Pangeran Kifaya, hingga Japra pun batalkan niatnya pergi.“Maaf paduka, ada apa…?” Japra bertanya keheranan. Makin heran lagi saat masuk seorang yang agaknya pengawal pribadi Pangeran Kifaya dan berbisik ke telinga pangeran ini.Pangeran ini lalu menatap wajah Japra, kini wajahnya malah tersenyum.“Kamu sudah berada di sini, aku ingin kamu bantu aku taklukan kotaraja ini. Kurasa dengan bantuanmu, juga julukanmu sebagai Pendekar Bukit Meratus, tentu makin memudahkan aku kembali rebut kerajaan ini,” ceplos Pangeran Kifaya, hingga Japra kaget, karena julukannya sudah diketahui pangeran ini.“Tuan Japra, aku Ki Bino, panglima pasukan ini, aku kenal baik dengan 3 Pendekar Golok Putih, kakak seperguruan kamu. Asal kamu tahu, aku dan paduka juga murid-murid Ki Durga. Mengingat hubungan baik ini, ku harap kamu jan

    Last Updated : 2024-07-27
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 78: 3 Pendekar Hewan Berbalik Melawan Pasukan Pangeran Kifaya

    Japra kaget bukan main saat melihat 3 Pendekar Hewan membabati pasukan Pangeran Kifaya.“Bangsat, bagaimana ceritanya 3 manusia setan ini malah berbalik dan berkhianat dengan pasukan Pangeran Kifaya?” batin Japra marah tak ketulungan.Sambl masih melompati kepala pasukan yang tengah bertempur, Japra lalu kerahkan seluruh kekuatannya, untuk hajar 3 Pedekar Hewan, dan yang paling dekat si Muka Kuda.Suara angin berciutan yang sangat dingin langsung tertuju ke arah muka kuda yang tengah aseek membabati pasukan Pangeran Kifaya.Blarrr…si muka kuda secepat kilat menangkis serangan ini, hingga terjadilah ledakan dahsyat.Si muka kuda terlempar hingga 10 meteran lebih, dadanya langsung sesak dan matanya menggereng marah luar biasa, saat melihat orang yang menyerangnya.“Bangsat, kamu lagi ganggu kesenanganku,” bentak si Muka Kuda.“Kalianlah yang bangsat, bukankah kalian berada di pihak pasukan Pangeran Kifaya, kenapa malah membabati pasukan ini,” seru Japra sambil balas membentak.“Bukan ur

    Last Updated : 2024-07-28
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 79: Rahasia Jatidiri Akhirnya Terkuak

    “Mereka tewas terkena pukulan dari 3 Pendekar Muka Hewan,” kata Japra saat melihat kondisi jasad paman tiri Pangeran Kifaya, sekaligus makin heran dengan kelakuan 3 pendekar aneh itu.Bingung berada di pihak mana ke 3 orang jahat itu, tapi memiliki kesaktian yang luar biasa.“Benar-benar tokoh sesat yang sukar di pegang ekornya, awalnya ikut kita, eh malah bantai pasukan kita. Kini malah bantai keluarga paman tiriku. Entah apa tujuan mereka…bahaya sekali!” kata Pangeran Kifaya kebingungan sendiri, sambil geleng-geleng kepala.Tapi Pangean Kifaya bersyukur, Japra bisa hentikan kekejaman ke 3 orang itu, bahkan salah satunya tewas.Andai Pangeran Kifaya maju melawan, walaupun dibantu puluhan pendekar lainnya yang membantunya. Belum tentu bisa mengalahkan ke 3 pendekar jahat yang sangat sakti itu.Setelah semua mayat disingkirkan, untuk di kubur massal dengan ribuan prajurit yang tewas, pasukan Pangeran Kifaya lalu bersihkan Istana ini dan hari ini sahihlah Pangeran Kifaya menjadi Mahara

    Last Updated : 2024-07-28
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 80: Berubah Jadi Pangeran

    “J-jadi…?” Japra tak bisa meneruskan kalimatnya, fakta yang baru disampaikan Mahapatih Bino membuatnya benar-benar kaget, syok dan hampir tak percaya.Artinya…Japra bukan keturunan orang sembarangan, tapi dua raja sekaligus. Ayahnya Maharaja Kanji dan ibunya, putri dari Maharaja Barito.Dan otomatis pria yang ada di depannya ini adalah pamannya sendiri, atau adik se ayah dari mendiang ibundanya.Mengetahui fakta ini, dengan tubuh bergetar, Japra pun bersujud di depan Prabu Kifaya, karena otomatis inilah keluarga terdekatnya.“Mohon maaf beribu maaf Paduka…paman-da, kalau Japra selama ini kurang ajar pada paduka!”Prabu Kifaya sampai turun dari peraduannya dan menarik tubuh Japra, lalu memeluknya dengan erat.“Tak apa Japra, aku malah bangga, punya ponakan yang luar biasa saktinya. Jangankan kamu, aku pun kaget setelah tahu informasi ini dari Mahapatih Bino, asal kamu tahu Japra Mahapatih Bino ini pun bukan orang lain bagi kamu, beliau adik ayahku, otomatis beliau ini kakek pamanmu se

    Last Updated : 2024-07-29
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 81: Padepokan Dikuasai Orang Jahat

    Japra pun sampai di desa yang berada di kaki lembah tempat padepokan Ular Hitam ini berada. Dia teringat saat masih bocah berada di desa ini dan di hadang Agur dan Icok, dua anak buah Ki Boka.Desa ini terlihat tak banyak perubahan, malah makin sunyi dari dulu, hingga Japra heran sendiri.Hanya ada satu dua orang yang lalu lalang di desa ini. “Pada kemana mereka, kenapa sunyi begini, bukankah ini belum terlalu sore,” batin Japra heran sendiri.“Kisanak perlahan dulu,” Japra turun dari kudanya dan mendekati seorang setengah tua yang terlihat aneh memandangnya.“Iya ada apa? Kisanak siapa yaa, kok bisa nongol di sini?” tanya balik orang setengah tua ini.“Aku Japra…dulu aku murid padepokan ini,” kata Japra, orang ini terlihat kaget dan lalu menghela nafas panjang, mulai ingat sosok pemuda tampan perlente ini.“Sekarang situasi berubah total Japra, setelah Ki Boka dikalahkan, padepokan itu justru makin jahat saja. Padahal Ki Boka setelah diberi hadiah-hadiah besar dari Ratu Reswari di K

    Last Updated : 2024-07-29
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 82: Bertemu Musuh Pesolek

    30 an orang ini langsung gentar, melihat kesaktian Japra, salah seorang terlihat berlari dan Japra paham, pasti orang itu akan panggil bos mereka, inilah yang di tunggu Japra.Japra kini di kurung 50 an orang, dari tampang mereka, Japra melihat hanya ada segelintir orang yang pernah jadi anak buah Ki Boka, sisanya dia tak kenal lagi.Artinya orang-orang ini anak buah si penguasa padepokan ini, yang dikatakan Ki Unu berhasilkan kalah guru pertama Japra. Japra juga melihat Agur dan Icok yang dia lihat kini ikut mengurungnya."Rupanya keduanya jadi anak buah orang itu-" pikir Japra kurang senang.Japra pun menatap keduanya tak pedulikan tatapan yang lainnya, yang seolah ingin menerkamnya, setelah di hajar Japra barusan.“Agur, Icok, kenapa kalian malah mau bersekutu dengan orang yang hancurkan padepokan kalian sendiri. Walaupun kalian ini golongan hitam, alangkah rendahnya kalian mau diperbudak orang pendatang!” tegur Japra sambil memandang kedua orang ini.Keduanya terlihat saling pand

    Last Updated : 2024-07-30

Latest chapter

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 424: Ikut Selidiki Padepokan Ular Hitam

    “Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 423: Penolong Pangeran Daha Ternyata..?

    Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 422: Pangeran Dari Kerajaan Loksana

    Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 421: Serang Pemuda Asing

    “Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 420: Bertemu Putri Dao

    Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 419: Jadi Tawanan Murid Pendekar Gledek

    Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 418: Dua Kembar Rubah Binal

    Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 417: Ke Anehan Sang Temanggung

    “Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 416: Serangan Gelap

    Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia

DMCA.com Protection Status