“Nah para babi, dua sahabatku mengaso dulu, kalian kini hadapi aku, eh yang benjol jidatnya, mending sono mandi di lumpur, biar sembuh otaknya dan balik jadi manusia!” kembali Japra mengejek, hingga si kepala genk ini murka bukan kepalang.
“Bangsat, darimana monyet hitam ini muncul,” bentaknya marah.
Japra memang sudah kembali ke jati dirinya, dia memakai baju kesukaannya yang berwarna hitam, tetap perlente dan tentu saja makin membuatnya gagah perkasa.
Japra hanya tertawa kecil, diapun bersilat bak monyet mabuk, saat ke 10 orang ini menyerbunya sekaligus.
“Eit luput, deeeh badannya, dasar bau babi, mau muntah ajee akiuuu…!” ejek Japra sambil menendang sembarangan, tapi tendangan ini bukan sembarang tendangan.
Begitu kakinya bergerak, 3 orang langsung terguling-guling, lalu tersungkur di sebuah lumpur basah, wajah mereka pun berlepotan lumpur hitam.
“Ha-ha-ha, persis babi,” ejek Ja
Sesaat Ki Ulai dan Ki Usu saling pandang. “Silahkan Japra,” Ki Ulai langsung buka bajunya dan mempersilahkan Japra mengobatinya, dengan menyodorkan punggungnya.Ki Usu yang dulu ngotot ingin musnahkan kekuatan Japra, hanya menatap saja, dia masih ragu dan rada-rada curiga dengan Japra.Beda dengan Ki Ulai, yang gayanya mirip Ki Samonang, selalu tenang dan penuh perhitungan saat bertindak.Japra mulai salurkan tenaga dalamnya yang murni dan bebas racun, dia sengaja gunakan jurus yang sama, yang kali ini tidak beracun.Ki Ulai percaya, sebagai mantan murid Ki Birawa, Japra lah yang bisa keluarkan racun jahat ini dari tubuhnya.Walaupun sudah diobatinya, bahkan dengan bantuan pendekar lainnnya. Tapi pukulan halilintar yang beracun ini harus gunakan tenaga dalam yang sama untuk dikeluarkan dan dibersihkan.Asap tipis berwarna gelap mulai keluar dari ubun-ubun Ki Ulai, saat Japra terus meningkatkan tenaga dalamnya ini.Dahi Jap
Kini tanpa di minta Ki Ulai pun mulai bercerita, kadang diselingi Ki Usu…!Ki Palung yang terkenal sebagai perampok ganas di lereng bukit meratus, entah tahu dari mana. Suatu hari nekat menghadang rombongan Maharaja Kanji yang saat itu masih berstatus Pangeran dan hanya di kawal 5 orang.“Ki Palung menyerbu bersama 50 orang anak buahnya, dan dia berhasil merampas peta itu, sekaligus membunuh istri Pangeran Kanji, yang kala itu sedang hamil tua. Sayangnya kami saat itu terlambat datang membantu.”Ki Ulai lanjutkan kisahnya, berminggu-minggu 3 Pendekar Golok Putih ini mencari pentolan perampok itu dan akhirnya bertemu juga.Terjadilah pertarungan seru, 50 anak buah Ki Palung berhasil ditewaskan, termasuk Ki Palung yang kabur dengan luka-luka parah di tubuhnya.Japra termenung mendengarnya, kini makin terbuka matanya, betapa jahatnya Ki Palung, istri pangeran Kanji yang hamil saja di bunuh.Kini dia tak lagi salahkan 3 Pendek
Japra menatap Lusia dan Wulani yang ngotot ingin membantunya. “Jangan Lusia, Wulani, di sana sangat berbahaya, kalian di sini saja dulu,” tolak Japra halus.Kedua gadis cantik itu ingin menemani Japra masuk ke markas kaum pemberontak!“Betul Lusia, Wulani, kamu berdua di sini saja, tenaga kalian lebih dibutuhkan di sini. Kita harus waspada, pasukan pemberontak tiba-tiba datang menyerbu!”Ki Usu ikut mencegah kedua murid ‘ponakannya’ ini ikut Japra. Lusia dan Wulani ternyata bagian dari pasukan pelopor yang sangat di andalkan Panglima Uray.Sebagai orang yang sudah pengalaman, Ki Usu apalagi Ki Ulai paham, Lusia dan Wulani sebenarnya diam-diam menyukai Japra.Walaupun Japra tak tunjukan gaya pecicilannya. Walaupun kedua gadis cantik ini sebenarnya sudah buka ‘pintu’.Itu karena Japra menghormati kedua gadis remaja yang sangat bersahaja ini…dan dia mendengar keduanya sudah punya tunangan!
Padahal itu semua ulah Japra, yang secara lihai gunakan totokannya yang dahsyat melalui jentikan, sehingga membuat si prajurit pongah ini tak bisa bergerak lagi.Japra meneruskan makan buahnya sampai selesai, dia senyum-senyum tengil saja melihat ulah prajurit ini.Japra lalu berdiri dan setelah membayar dan minta kembaliannya buat si pelayan, dengan santuynya ia berlenggang kangkung keluar dari rumah makan ini.Terjadilah kehebohan, si prajurit ini terjengkang ke lantai, kursi tadi bahkan nemplok ke wajahnya, hingga hidungnya patah dan berdarah-darah.Kawan-kawannya pun ribut dan mulai mencari-cari Japra, tapi pemuda ini ngilang dan kini sudah enak-enakan beristirahat di sebuah penginapan.Namun, Japra terpaksa mangkel sendiri, saat mendengar ada keributan di luar, rupanya para rekan prajurit tadi mengetahui dia nginap di sini. Gara-gara kuda hitamnya ‘parkir’ di depan.Semenjak kuda hitamnya menghilang setelah dia di tawan Ki B
“Kamu…a-apakah Japra…!” Aura malah tak menggubris ucapan Sawon, dia kini sama kagetnya saat menatap Japra.“Apa kamu bilang Aura, dia ini si jongos Japra…!” kini Sawon menatap tajam wajah pemuda perlente ini.Tentu saja Sawon pangling, tak menyangka pemuda tampan ini adalah Japra. Seingatnya Japra dulu anak kecil yang kurus dan berpakaian seadanya dan selalu di ejeknya sebaga jongos di padepokan mereka.“Apa kabar Aura…Sawon, lama tak berjumpa, kalian ternyata makin cantik dan gagah saja!” tegur Japra duluan, memuji sekedar basa-basi, terutama ke Sawon.“Ihh benaran…kamu Japra, kok kamu berubah mirip…bangsawan!” ceplos Aura dan buru-buru turun dari kudanya lalu menghampiri Japra.Japra tentu saja terpesona, begitu dekat begini, Aura kini sudah menjelma menjadi gadis cantik jelita, lesung pipitnya pun makin menambah manisnya si cantik ini.Padahal Aura p
Japra telah mempergunakan Elang Mematuk Mangsa yang makin sempurna, setelah dia latih lagi, berkat petunjuk Ki Durga, yang langsung berikan latihan hebat untuk makin sempurnakan jurus pusaka bukit meratus milik Japra. Serangan didahului angin keras hingga terasa hawa amat dinginnya. Sawon yang tak mengira ini menjadi terkejut dan cepat-cepat dia pun mengelak sambil melompat ke kanan.Tapi terlambat, serangan Japra sangat cepat. Plakkk…kembali wajah Sawon kena tabok, saking kerasnya wajah Sawon langsung membiru.Tubuhnya bak berada di kolam es yang luar biasa dinginnya. Padahal jurus itu hanya seperempat saja Japra keluarkan, andai 100 persen, pasti Sawon mati membeku.Kali ini tubuh Sawon tak bergerak lagi, tubuhnya menggigil, giginya sampai mengemelutuk menahan hawa dingin tersebut.Sawon yang terkenal sombong dan sangat angkuh, karena menjadi anak kepala padepokan Ula Hitam dan kini jadi murid Ki Birawa hari ini kena batunya.
“Wajar saja Ki Samonang keok, yang mengeroyok sakti semua,” batin Japra, sekaligus gemas sekali dengan sifat pengecut Ki Birawa Cs.“Oh ya Japra, aku mau balik ke markas dulu yaah, kapan-kapan jalan donk ke sana, biar kita kaya dulu lagi, bisa berlatih bersama!” bujuk Aura, lagi-lagi lemparkan senyum manisnta buat pendekar sakti ini.“Hmm….iya, tentu teman-teman seperguruan kita dulu itu sudah kayak kita saat ini ya…! Eeh bentar, kalau aku ke sana, aku nggak tahu bagaimana situasi markas itu?” akal cerdik Japra pun jalan.Lagi-lagi tanpa curiga Aura pun jelaskan situasi markas tersebut, bahkan tanpa ragu dia sebutkan di mana letaknya Ki Samonang di tahan.Kini Aura pun pamit dan kembali menaiki kudanya. Makin naik berlipat-lipatlah kecantikan Aura di mata Japra.“Kamu…cantik sekali naik kuda putih itu Aura,” puji Japra, hingga wajah Aura bersemu merah.“Ihh ganjen kam
Serangan gelap berhenti, Japra hanya bisa terpaku di tempatnya, karena Ki Birawa, Ki Boka, Ki Anom, Pendekar Codet, termasuk Temanggung Odol dan Jendera Bugi, tak ketinggalan Dua Kembar Setan, sudah berdiri tak jauh dari tempatnya saat ini.Mereka bergerak tanpa keluarkan suara, ini membuktikan musuh-musuh besar Japra juga alami kemajuan hebat ilmu kanuragannya.Japra kini sadar, aksinya sudah ketahuan musuh-musuh besarnya, tapi dia tak gentar. Dia sudah terlanjur masuk ke sarang macan!“Ki Samonang, duluanlah pergi, biar aku yang menahan ke 8 orang ini. Cepatlah sebelum ribuan pasukan pemberontak berdatangan,” bisik Japra.“Kamu…hati-hatilah, aku percaya kamu mampu tahan Ki Birawa cs, aku pergi dulu!”Setelah berkata begitu, Ki Samonang yang sudah agak baikan, melompat cepat dan menghilang di kegelapan malam.Japra pun lega. Kini dia pun bisa tenang menghadapi musuh-musuh besarnya.Melihat Ki Samo