BERSAMBUNG
Ketika mata Boon Me bergeser ke sebuah rak yang terbuat dari batu, matanya terbelalak saat melihat ada tumpukan kitab tersusun rapi di sana.Boon Me aslinya seorang kutu buku, karena dia suka membaca sejak kecil, akhirnya dia pun asyik memilih-milih buku-buku tua tersebut. Sekalgus membaca judul-judul kitab tua itu.Namun matanya tertumbuk ke satu buku yang halaman depannya tertulis Jurus Rajawali, sampul kitab ini berwarna kuning emas.“Apakah ini yang di maksud suhu Ki Durga, Jurus Rajawali,” gumam Boon Me, sambil membolak-balik kitab yang lumayan tebal ini.“Ahh tak salah lagi, inilah kitabnya,”gumam Boon Me dengan wajah sumringah.Dia lalu mundur dua tindak dari kitab ini, lalu seolah murid yang sedang bicara dengan mahagurunya, Boon Me mohon izin untuk mempelajari kitab Jurus Rajawali ini.Boon Me bahkan tak ragu membenturkan dahinya di lantai hingga 3X, sebagai tanda bakti seorang murid untuk siap belajar. Sebuah sikap merendah yang justru bikin dia terbelalak sendiri.Saat membe
Setelah tinggal selama 3 minggu di gua ini, Boon Me iseng-iseng merayap naik melalui lubang yang lumayan besar dan menjorok ke atas.Dalam waktu yang teramat singkat dia sampai di atas dan Boon Me terbelalak menatap sekelilingnya, kalau dia saat ini berada di sebuah bukit yang tinggi dan di keliingi lautan biru yang luas.“Yeeehaaaaa….!” Teriak Boon Me sangat keras, melepaskan rasa di hatinya dengan wajah yang ceria.Ratusan burung-burun kecil langsung berterbangan terkaget-kaget mendengar suara menggelegar dari mulut Boon Me.Selanjutnya Boon Me berlatih seorang diri jurus rajawali yang sangat dahsyat ini, dia sampai tak sadar siang dan malam saking fokusnya.Jurus Mega Halilintar, Jurus Gledek dan Jurus Kilat yang selama ini dia kuasai anehnya sumbernya ternyata sama dengan Jurus Rajawali yang sedang dia pelajari saat ini.Tentu saja ini tak aneh, selama Ki Durga melalang buana hingga ratusan tahun, dia selalu beri petunjuk bagi siapapun yang meminta, tak peduli golongan hitam atau g
Siapapun yang melihat pemuda ini, pasti akan menoleh, berpakaian warna abu-abu bak bangsawan, senyum manis tersungging dari bibirnya.Gayanya elegan dan bersahaja, sepintas, Boon Me mirip seorang pangeran tampan yang sedang melancong seorang diri.Dipinggangnya terlihat sebuah pedang pendek, yang membuat semua orang sudah bisa menebak, pasti pemuda tampan manis ini seorang pendekar berilmu tinggi.Dialah Boon Me, dia kini berada di negeri Thai setelah 4 tahun menyepi di sebuah pantai yang ternyata hanya di tempuh 2 mingguan terbang bersama burung rajawali raksasa sahabat tersebut.Boon Me tak kesulitan ke pulau ini, karena di gua tempatnya berlatih, dia menemukan peta dari sebuah kitab yang menunjukan kepulauan Thai ini berada.Sehingga saat menuju ke sini dia sama sekali tak nyasar, burung rajawali pun seolah paham ke mana Boon Me menuju.Setelah mendarat di kepulauan ini, Boon Me langsung mencari pakaian yang layak dan pastinya bagus dan mewah.Boon Me ternyata terispirasi Prabu Japr
“Awas kamu!” kata salah seorang yang tadi gemetaran dan kini di bopong kawannya yang pingsan tadi, lalu buru-buru keluar dari warung ini dan meninggalkan golok mereka yang berubah jadi ular kobra."Hei babi, jangan lama-lama, panggil segera kelompok 13 monyet itu ke sini," kata Boon Me sengaja mengejek.Ucapan Boon Me ini kontan bikin semua pengunjung warung ini pucat pasi, benar-benar cari mati, pikir mereka.Ampor dan para pengunjung warung ini tentu saja keheranan, kenapa dua orang tadi melempar goloknya ke lantai dan buru-buru pergi.Padahal di mata mereka, golok itu tidak pernah berubah jadi ular, tetap golok tajam biasa saja!Para pengunjung warung ini memang tak terpengaruh dengan sihir yang Boon Me keluarkan. Sehingga masih terheran-heran, kenapa dua orang tersebut malah pergi dengan kaki gemetaran.“Boon Me kamu hati-hati, mereka itu kaki tangannya kelompok sadis yang menamakan diri kelompok 13 Setan!” ceplos Ampor tiba-tiba.Wajah Boon Me kontan berubah mendengar ucapan Ampor
Blasss…blasss…dua tebasan golok yang sangat cepat menerjang Boon Me yang sedang berdiri sempoyongan, menuju ke pintu keluar dari warung ini seolah tak menyadari datangnya serangan tersebut.Ampor dan pengunjung warung lainnya sampai berteriak kaget melihat ini, apalagi melihat lagak Boon Me yang mabuk 'berat' tersebut .Tapi dengan lagak mabuk benaran, Boon Me dengan enteng mampu hindari kedua tebasan golok tajam ini. Gaya menghindarinya pun sempoyongan, tapi anehnya tak ada yang mengenai tubuhnya.Bahkan dengan sentuhan pelan, dia menendang sembarangan saja. Bukk…bukk dua orang ini langsung tersungkur ke lantai.“He-he…jatuh nihh,” ejek Boon Me lalu dengan santuy-nya dia berjalan keluar dari warung ini dan benar-benar menunggu 3 orang ini mendatanginya.Ke 3 pentolan Kelompok 13 setan ini buru-buru mengejar Boon Me yang tetap tenang dan bahkan kini kembali minum araknya dengan cueknya.Ratusan orang yang lalu lalang berhenti dan penasaran sengaja ingin menyaksikan pertarungan maut in
“Kamu mau kemana cantik, ayoo temani aku di sini!” tegur Boon Me lembut. Saat melihat Ampor ingin setelah mengantarnya sampai di depan pintu kamar penginapan.Ampor yang awalnya ingin pergi, langsung tertunduk malu-malu, Boon Me dengan gaya flamboyan menarik tubuh denok Ampor ke dalam kamar yang lumayan luas dan bersih ini.“Ta-tapi tu-tuan b-bagaimana dengan 13 Setan itu, aku takut?” kata Ampor lagi, dia masih gemetaran kalau ingat perbuatan berani Boon Me tadi.“Tenang saja, sebentar lagi mereka semua akan jadi 13 setan yang akan gentayangan di kota ini,” sahut Boon Me enteng. “Hahhhh..!” mulut Ampor langsung mangap, saking kagetnya.Setelahnya dia makin terperanjat, saat mulutnya di sumpal Boon Me dengan mulutnya, sampai berbunyi kericupan. Ampor yang tadinya ketakutan, lambat laun ikut hanyut dengan permainan cinta pendekar tampan ini.Ampor yang pada dasarnya sudah kagum dan suka sejak pandangan pertama dengan Boon Me, mandah saja saat tubuh denoknya di bopong Boon Me lalu di reb
Boon Me keluar dari penginapan ini tanpa rasa takut, dia kini sudah rapi kembali. Matahari mulai bersinar terang, tanda subuh sudah terlewat dan sudah ini pagi jelang siang.Kemunculan Boon Me di pintu penginapan terbaik di kota ini langsung jadi pusat perhatian semua orang yang menginap di sini.Tapi mereka hanya berani mengintip dari balik jendela kamar penginapan masing-masing, tanpa ada yang berani keluar.Apalagi tahu Kelompok 13 Setan lah yang berteriak saat ini menantang Boon Me. Kelompok jahat yang sangat di takuti.“Bangsat, kamukah yang berjuluk Pendekar Mabuk dan buntungi 3 anak buahku dan 2 orang kaki tanganku,” bentak si pimpinan 13 Setan ini.Kelompok ini hanya tinggal 10 orang, tapi Boon Me melihat ada dua orang yang agaknya sengaja mereka bawa, pakaian keduanya terlihat perlente seakan dari kalangan bangsawan saja.Rupanya si ketua kelompok ini gentar juga dengan si Pendekar Mabuk, sehingga dia minta bantuan dua sahabatnya ini, untuk menhadapi dan kalau perlu mengeroyo
Saat bersamaan si kepala 13 Setan bergerak cepat, dia mengeluarkan goloknya dan berdesing nyaring saat golok berat dan panjang ini menuju ke kepala Boon Me, di iringi teriakan keras dari mulutnya. Tapi kali ini Boon Me benar-benar tak mau beri ampun, begitu serangan ini datang. Dengan mata tajamnya, Boon Me menatap mata si kepala 13 Setan ini.“Penggal kepala dua temanmu ini, karena mereka musuhmu!” terdengar bentakan Boon Me, hingga sesaat gerakan si Ketua pentolan 13 Setan ini melambat.Dan terjadilah ke anehan yang bikin 9 orang anak buahnya melongo!Berkali-kali mereka kejap-kejapkan mata melihat pemandangan yang aneh bin ajaib.Secara cepat dan antep, tebasan golok tajam ini tiba-tiba berubah arahnya, mulanya menebas ke sebelah kanan,lalu berpindah ke sebelah kiri.Bukk…bukkk….menggelindinglah dua kepala di dekat si ketua kelompok 13 Setan ini, dua orang yang sebenarnya sangat tinggi ilmu kanuragannya ini.Tak bisa mengelak dari tebasan golok tersebut, karena sedang konsentrasi d
"Dia belum sembuh, masa main serobot aja! Sabar dulu, sadarkan dia terlebi dahulu. Luka dalamnya sudah kita sembuhin tadi dengan tenaga halilintar, tapi masih belum sembuh benerr tauu!” tegur Jinari, melihat Jamari sudah mulai leleran melihat si tampan ini.“Aihh udah basyaahhh aku kelessss, kapan lagi dapat pangeran setampan ini, setelah Pangeran Daha di ambil hantu di hutan itu,” sungut Jamari, lalu rapikan lagi gaunnya.Mereka pun kini mulai sadarkan Pangeran Akmal, lalu akan di jejali racun bunga mawar, agar jadi mainan mereka.Saat asyik sadarkan Pangeran Akmal ini, konsentrasi hanya fokus ke tubuh gagah dan kokoh ini, tanpa sadar, si ‘kakek pincang’ tadi sudah berada dan mengintip di dinding pondok tersebut.Tiba-tiba menyambarlah angin yang sangat dingin dan seketika Jinari dan Jamari pingsan.Si kakek yang merupakan penyamaran si Putul ini terdiam sesaat, bingung kemana akan menyembunyikan Pangeran Akmal ini.Setelah menyingkirkan tubuh kedua wanita binal ini, Pendekar Putul
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”