Home / Pendekar / Pendekar Bertongkat Menuju Puncak / Bab 37. Pengujian Tahap Ketiga

Share

Bab 37. Pengujian Tahap Ketiga

Author: Ndaka
last update Last Updated: 2023-12-06 11:08:20

Setelah beberapa saat, akhirnya Wu Shi sadar kembali. Seperti yang sudah diketahui, dirinya kebal terhadap racun. Seluruh efek dari racun yang telah diberikan pun hanya membuat Wu Shi merasakan racun itu saja dan bukan berarti akan berdampak pada tubuhnya.

"Wah, dia tidak jadi ke alam baka nih?" Hao Ling bertanya guna memastikan.

Wu Shi kemudian duduk, dan melirik sinis wanita itu. Saking sengitnya tatapan, aura kebencian itu pun ikut terasa. Hao Ling sadar bahwa Wu Shi marah besar kepadanya.

"Kau menyebalkan sekali! Merenggut sesuatu yang bukan milikmu itu tak seharusnya kau lakukan!" pekik Wu Shi terlampau emosi seraya menggosokkan bibirnya berulang kali dengan punggung tangan.

"Maafkan aku. Aku hanya ingin memastikan saja. Lagi pula semua orang akan terkejut jika orang asing tiba-tiba menyebut namamu sebelum perkenalan bukan?" sahut Hao Ling, perkatannya masuk akal juga.

"Aku tetap tidak bisa menoleransi sikapmu itu!" teriak Wu Shi.

"Haha, baiklah. Anggap saja aku yang salah. L
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 38. Bandit I

    Hao Ling datang bertamu. Wanita ini entah kenapa selalu saja membuat Wu Shi merasa aneh. Seakan ada sesuatu darinya, mungkin saja itu karena hawa keberadaannya. "Hei, Tuan Wu Shi. Sepertinya kau sudah melakukan apa yang diperintahkan buku itu.""Tentu saja. Itu karena kau menyuruhku, Penjaga Hao.""Janganlah kau kaku begitu. Aku sedih jika kau memanggilku begitu sopan, panggil saja aku Ling.""Tidak bisa. Penjaga tetaplah seorang penjaga. Lalu apa yang sebenarnya kau lakukan di tempat seperti ini?" tanya Wu Shi. "Aku hanya memastikan keamanan terhadap semua para calon pewaris. Meskipun kalian sudah dianggap pendekar, tetap saja. Aku tidak bisa membiarkan benih berharga mati.""Oh ya?""Apa kau tahu, Tuan Wu Shi?""Panggil saja namaku, tak perlu sebut tuan..""Ya, Wu Shi. Di Perguruan Tingkat Menara duel di antara murid sudah dimulai. Mereka akan berduel sesuai aturan. Sementara itu kalian bertiga mendapatkan pelatihan langsung dari para penjaga." "Aku tidak begitu tertarik dengan i

    Last Updated : 2023-12-07
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 39. Bandit II

    Lelaki berpakaian serba tertutup dan hitam, warnanya yang begitu gelap hampir menyerupai gelapnya malam dan rerimbun hutan. Lelaki ini adalah bagian dari ujian Wu Shi. Di bagian lembar ketiga, setelah mengambil sebuah batu giok pelindung, terdapat tulisan, "Kalahkan dia." Dan dia yang dimaksud adalah sesosok lelaki ini. "Pada akhirnya apa yang dikhawatirkan oleh kakak Zhu menjadi kenyataan."Dari ciri-ciri terlihat sekilas seperti seorang pembunuh. Tapi Wu Shi merasakan adanya keanehan di sini. "Hei, siapa pun kau! Sebelum mengalahkan dirimu, aku beri pertanyaan dan kau jawablah itu!" pekik Wu Shi. Sayangnya ucapan Wu Shi tidak didengarkan, lelaki itu langsung menerjang usai membuat gubuk menjadi setengah bangunan jadi. Bilah pedang menghantam badan tongkat, rasanya begitu berat sampai Wu Shi harus bertahan dengan kedua tangannya yang bertumpu pada senjata."HAHAHAHAHA!" Kedua mata Wu Shi terbelalak kaget saat mendengarnya tertawa begitu keras. Kini ia mengerti alasan mengapa ia

    Last Updated : 2023-12-07
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 40. Kesenangan Dalam Bertarung

    Sebelum kejadian Wu Shi bertemu dengan bandit itu. Zhu Jiancheng bersama penjaganya menginap di tempat sekitar. Mereka terutama Zhu Jiancheng sendiri samgatlah mengkhawatirkan Wu Shi yang saat ini sedang menjalankan sebuah tugas tersendiri. Jujur saja Zhu Jiancheng tidak pernah percaya pada Penjaga Hao Ling, karena apa? Karena ia tahu betul wanita itu memikirkan banyak hal yang tak terduga, pikirannya itu sangat licik sampai membuat Zhu Jiancheng kala menjalani ujian sewaktu itu kewalahan.Zhu Jiancheng menghela napas panjang seraya melihat ke arah luar dari jendela dan berkata, "Aku sangat khawatir padanya.""Tolong jangan mengkhawatirkan calon musuh. Anda tidak perlu repot-repot melakukannya," ucap si penjaga. "Tuan Wu Shi yang ke dan sendiri, itu artinya dia percaya pada kemampuannya. Mari kita tunggu saja sampai beliau selesai," kata Penjaga Jang."Tuan Wu Shi itu 'kan orangnya curigaan. Kenapa dia semudah itu mengikuti omongannya?" tukas An tidak mengerti."Dari interaksi merek

    Last Updated : 2023-12-08
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 41. Beradu dan Bertaruh

    Di garis waktu sebelumnya, masa depan Wu Shi hanya ada kehancuran semata. Saat itu, jangankan mengenggam senjata demi suatu kebaikan, terakhir kali ia justru menyerang banyak orang secara membabi buta dengan sebuah pedang panjang. Wu Shi tidak bisa mengendalikan emosi karena hal itu, dan berujung pada keburukan terhadap diri sendiri ataupun pada orang lain. Namun sekarang, meski kurangnya pengalaman dalam melawan atau bertahan, dengan tongkatnya Wu Shi merasa naluri bertarungnya bangkit kembali. Rasa yang aneh di dada, jantung berdegup cukup kencang tak terduga. Perasaan senang, semangat, memicu adrenalinnya untuk terus bertarung demi kesenangan semata. Seolah-olah Wu Shi kembali ke masa kehancurannya saat itu. Bandit liar yang tangguh, dirinya yang merelakan satu tangan hanya untuk menghajar Wu Shi lagi dan lagi, ia pun cukup bersikukuh. Ia pantang menyerah dan selalu membuat perasaan Wu Shi semakin menjadi."Hahahaha!!" Sekali lagi bandit itu tertawa."Heh, menarik. Lagi! Lagi!"

    Last Updated : 2023-12-08
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 42. Keanehan Pada Tubuhnya

    Wu Shi mengacungkan tongkat ke arah bandit yang telah terbaring tak sadarkan diri di tempat itu. Tongkat yang telah berubah ujungnya, terlihat sekilas itu adalah tombak. Namun, sebuah buku terlempar ke arahnya dan terbuka ke lembar empat. Tertulis, "Tangkap dia hidup-hidup." Wu Shi berdecih lantas mengembalikan ujung tongkat seperti semula, kemudian mengikat tubuh bandit ke pohon. "Sejak kapan buku ini terjatuh dari tubuhku ya?" Wu Shi bertanya pada dirinya sendiri, lantaran ia tidak mengingat buku ini pernah terjatuh. Hao Ling datang menunjukkan diri dan berkata, "Kau menjatuhkan saat bertarung. Ada di dekat gubuk. Tapi kau sendiri tahu gubuk itu sudah jauh dari tempatmu sekarang.""Aku tahu aku berpindah tempat. Tapi sebenarnya kenapa kau melakukan ini?""Melakukan apa?" tanya Hao Ling berpura-pura tidak tahu. "Maksudku, kau menyuruhku melakukan apa yang tertulis di setiap lembar pada buku itu. Tapi kau sendiri pernah bilang sebelumnya kalau aku sudah lolos dari ujian tahap ket

    Last Updated : 2023-12-09
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 43. Sosok Raja Pengembara yang Hebat

    Beberapa bulan, sebelum Wu Shi kembali ke kampung halaman. "Angkat pedangmu lebih baik, fokus pada apa yang di depanmu tapi jangan sampai kau memberi celah di setiap sisimu. Ingat itu."Peringatan kecil berupa saran atau nasihat dari seorang pria buta. Dikenal sebagai Raja Pengembara yang bernama Asyura Ayah. Orang itu sendiri yang bilang pada Wu Shi. Semasa pelatihan itu, Raja Pengembara terus meningkatkan cara bertarung Wu Shi saat menggunakan pedang bukan tongkat. Saat itu Wu Shi sudah memiliki pemikiran untuk tidak menggunakan pedang kecuali jika ia terdesak nantinya. Di satu sisi ia juga tidak berniat akan mengatakan senjata apa yang akan dipakai olehnya nanti pada orang itu. "Wu Shi, aku harap kau menjadi ahli pendekar yang hebat. Siapa tahu kau akan langsung bekerja di bawah perintah kaisar," tukas Raja Pengembara sembari terkekeh seolah mengejek."Kenapa kau tertawa, guru? Apa yang lucu?""Ah, tidak. Melihat tatapanmu aku jadi teringat dengan Kaisar Wang. Kalian berdua seki

    Last Updated : 2023-12-09
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 44. Kesombongan Bandit

    Raja Pengembara ternyata memiliki masa lalu yang cukup menarik. Walau dikatakan itu semua rumor, tetapi tidak aneh bila itu benar. Terlebih beliau adalah penyelamat negeri ini bersama dengan para pendekar yang berada di ketujuh sekte itu. Membuat Wu Shi memiliki perasaan senang dan bangga tersendiri kepadanya. Malam telah semakin larut, rupanya mereka bercerita tanpa mengenal waktu. Hingga akhirnya keduanya tertidur cukup pulas. Sementara si bandit yang sudah sadarkan diri justru berpura-pura seakan ia masih belum sadarkan diri. Ia menunggu mereka berdua tertidur. Dan ketika itu terjadi, ia mulai menjalankan sebuah rencana."Hehe, dasar. Dikira aku akan menurut setelah dikalahkan begini untuk yang kali kedua ya? Jangan remehkan aku dasar pendekar. Pada akhirnya baik kau atau wanita itu, atau bahkan lelaki yang sempat mengalahkan aku itu sama saja." Ia menyombongkan dirinya, bandit merasa percaya diri bahwa ia bisa meloloskan diri ketika keduanya tengah tertidur lelap. Ya, sebagai ba

    Last Updated : 2023-12-10
  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 45. Diskriminasi

    Di pagi yang cerah ini, tidak ada tanda-tanda hujan akan datang. Sepertinya ini hari keberuntungan mereka yang mendapatkan ikan di sungai. Namun secerah apa pun cuacanya, perasaan bandit itu justru kacau sesaat setelah Wu Shi sengaja menyinggung masa lalu serta alasan yang ia miliki menjadi seperti ini. "Berkatmu aku jadi mengingat hal buruk," ucap si bandit seraya menggigit separuh bagian dari daging ikan itu."Oh ya? Maaf," sahut Wu Shi cengar-cengir. Suasananya jadi berubah drastis. Cuaca cerah pun takkan mendukung mereka berdua yang sedang makan bersama. Kala itu, air sungai cukup tenang. Adapun perbukitan di belakang sungai memiliki rerumputan hijau yang segar, melihat pemandangan di depan mata merasa Wu Shi sangat bersyukur karena masih hidup saat ini. "Di waktu itu, sepanjang hari aku hanya berlatih. Tapi bukannya semakin kuat, fisikku jadi melemah lebih cepat," gumam Wu Shi yang teringat akan kejadian yang seharusnya terjadi, namun di masa ini hampir semuanya berubah. Pert

    Last Updated : 2023-12-10

Latest chapter

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bagian Penutup

    Tiada akhir dalam suatu kejadian bilamana kejadian itu tidak dianggap ada. Berbagai kata mutiara pun tak sanggup diungkapkan, lantaran orang-orang di sana saja lah yang turut merasakan kejadian itu benar-benar ada. Sosok pria berusia matang, memiliki satu-satunya istri cantik dan pemberani—Chang Juan. Kini ia menjadi seorang pemimpin di sebuah kultus putih, salah satu kultus besar di negeri. Berjalan pelan dengan tongkat yang ia genggam sepanjang hari hingga tangannya mengapal, sesaat memori di mana ia masih masa kanak-kanak terbayang kembali dalam benaknya yang tengah merasa bosan itu. "Nian, kemarilah." Ayahnya yang berparas tergolong biasa saja itu memanggil putranya dengan manja. Sosok anak lelaki yang tidak lain adalah Wu Shi pun mendekat dan bertanya ada urusan apa sehingga sang Ayah memanggil. Ternyata Wu Chen sedang mengasah bilah di balik tongkatnya yang berat. "Itu ... milik siapa Ayah?" tanya Wu Shi penasaran.Lantas sang Ayah pun menjawab dengan ekspresi senang, "Kela

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 122. Puncak Di Atas

    Teknik terlarang adalah hal tabu bagi seorang pendekar yang mencoreng pedang itu sendiri. Lan San yang merupakan pria bertopeng adalah pengguna teknik terlarang pertama dan ia membuat sebagian besar murid menjadi pengguna teknik terlarang begitu pula dengan Ayah Wu Shi, Wu Chen yang selama ini tidak pernah membicarakan tentang penyakitnya. Lalu di tengah pertarungan dalam badai salju yang juga menerbangkan hujan darah itu, terlihat Chang Juan yang merupakan calon istri Wu Shi datang menghampiri dengan tubuh yang hampir terlahap inti teknik terlarang. Selang beberapa detik usai Lan San membesarkan api yang entah dari mana ia dapatkan, Chang Juan tumbang di tempat. Tahu bahwa teknik terlarang mereka saling terhubung yang mana itu berarti sama saja seperti mengirim nyawa Chang Juan sebagai bahan bakar energi dalam pada Lan San, Wu Shi dilahap oleh amarah besar. Sebuah emosi yang tak memikirkan siapa musuh dan rekan, beruntungnya hanya Lan San seorang yang berada dekat dengannya sehing

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 121. Wajah Di Balik Topeng

    Perang yang tidak diharapakan telah terjadi, tak sedikit memakan korban, sejumlah orang diibaratkan mengidap penyakit saat teknik terlarang yang merupakan hal tabu ada pada tubuh mereka. Seakan telah menjamur, hal tersebut membuat jatuh sakit orang-orang itu namun berkat kemampuan Wu Shi yang tak terduga, ia dapat menyerap inti teknik terlarang itu. Sekalipun itu juga akan merugikan bagi dirinya sendiri. Perang kini sudah melebihi batas sewajarnya, adapun seorang pria bertopeng bersikukuh ingin menghabisi Wu Shi di tangan para anak buahnya namun karena hal itu sulit dilakukan, hingga akhirnya ia sengaja menunjukkan diri. Keduanya pun saling beradu senjata, bilah senjata yang terlihat sama namun milik Wu Shi jauh lebih kuat dari milik pria bertopeng. Sementara itu Hao Yun terlihat setengah sadar dengan rambut acak-acakan, ia memiliki napas berat seraya setengah terbaring di tempat sambil memegang pedangnya. Di sekelilingnya tidak ada lagi pendekar yang tersisa, kecuali ia seorang. L

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 120. Beradu Di Badai Salju

    Serangan yang dimiliki oleh pria bertopeng benar-benar tak terukur. Sekalipun keduanya saling melancarkan serangan telak di awal, pria itu nyaris bukan tandingan Wu Shi. Tetapi roh leluhur yang berada dalam pedang di pinggangnya saat itu mengatakan sesuatu bahwasanya Wu Shi bisa melampaui orang itu. "Jangan takut. Kelemahanmu itu hanya terlalu ketakutan. Sebenarnya apa yang membuatmu ketakutan?" Roh leluhur bertanya-tanya. "Aku juga tidak tahu."Setiap manusia mempunyai kelemahan masing-masing. Tak terkecuali dengan Wu Shi ataupun pria bertopeng itu.Setelah sabetan pedang bagaikan sabit bulan terpancar, Wu Shi yang berada di bawah kaki pegunungan kini hanya berbaring sembari mengatur napasnya kembali. Tongkat masih berada dalam genggaman lengan kanannya namun ia sedang gemetar. "Apa aku sedang takut? Atau kedinginan?" Wu Shi sendiri saja bingung perkara tubuhnya sendiri."Bangun, Wu Shi!" "Baiklah, aku mengerti." Baru saja ia bangkit dari tumpukan salju, badai yang belum juga be

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 119. Li Menjadi Musuh

    Menghadapai musuh tak terduga adalah sebuah bencana. Itulah yang dirasakan oleh Hao Yun si ahli racun. Pedang akan segera berkarat bila angin bersalju terus berhembus seperti ini. Sekujur tubuh Hao Yun bergetar, sedikit demi sedikit ia melangkah mundur dengan ragu. Berpikir, "Kenapa Guru Li bisa menjadi seperti ini? Yang aku tahu dia menghilang tapi begitu bertemu malah jadi musuh." Hao Yun tidak begitu memahami kejadian kali ini. Guru Li yang ada di hadapan adalah musuhnya, seharusnya ia langsung menyerang namun Hao Yun ragu. "Jika Wu Shi melihat ini, maka mungkin dia akan menjadi tak terkendali lagi. Obat yang aku berikan juga hanya bisa menahannya sebentar," tutur Hao Yun. "Lindungi Tuan Hao Yun!" seru para pendekar yang mendukungnya, mereka menyerang secara serentak dan membiarkan Hao Yun tetap berdiri dalam perlindungan mereka. "Jangan gegabah! Orang itu Guru Li! Pendekar Tongkat Menara yang hilang!" jerit Hao Yun. ***Di suatu tempat, bangunan utama kultus putih di puncak

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 118. Pihak Sekutu II

    Berkumpul di sebuah paviliun yang sudah lama tidak digunakan, tiba- tiba serangan datang tak terduga dari atas. Langit-langit paviliun terbuka lebar, badai salju langsung menghantam semua yang ada di sana. "Astaga, apa yang sebenarnya terjadi?" "Serangan musuh! Semuanya mawas diri!" Tak pernah disangka musuh akan datang begitu heboh. Sesosok lekaki muncul di antara mereka dengan wajah tak terlihat. Wajahnya tertutup rambut panjang pria itu sendiri. Entah siapa namun gaya berpedangnya sungguh luar biasa dan tak masuk akal. Seketika semua murid-murid di sana terbangun, mereka lekas beranjak dari ranjang masing-masing dan segera menyingkir dari pria itu. Shi Zhuang mengamankannya dan segera menggiring para murid tuk turun ke bawah. "Bertahanlah dalam badai salju! Turun dan cepat cari perlindungan!" teriak Shi Zhuang. Mereka semua lekas berbondong-bondong turun ke bawah. Beruntungnya pria itu tidak mengingat mereka, justru mengincar salah seorang pendekar yang merupakan keturunan ta

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 117. Pihak Sekutu I

    Pertarungan sekelompok kecil menyerbu ketiga saudara dalam ruang sempit, tiap permukaan lantai yang beku membuat goresan tiap goresan dari langkah kaki yang berat. Sabetan pedang diarahkan, serangan demi serangan dilayangkan pada ketiga saudara yang kalah jumlah itu. Trang!!!Hingga ketika salah seorang telah beradu senjata dengan Wu Shi. Orang itu sempat mengatakan sesuatu padanya."Tuan, saya harap dapat mengerti. Maafkan saya," ucap pendekar yang ada di depan mata. Karena mendengar ucapannya membuat Wu Shi sedikit lengah, ia terdorong beberapa langkah ke samping dan orang itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang secara vertikal. Terlihat sekilas pria itu memutar gagang pedang, membalikkan ujung menjadi punggung pedang yang digunakan tuk menyerang Wu Shi. "Maaf." Sekali lagi ia berucap. "Apa yang—!"Tepat di atas luka yang sama, hal tersebut membuat Wu Shi kehilangan keseimbangan hingga menghantam dinding yang terasa semakin tipis hingga rusak kemudian. "Aku akan terhempas

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 116. Boneka Kayu

    Amarah dan ujaran kebencian dilontarkan terang-terangan. Wu Shi yang berusaha sekuat tenaga justru dipermainkan hingga jadi sekonyol ini. Musuh belum ia habisi dengan tangan sendiri, dan sekarang justru terluka di bagian pinggang yang cukup fatal baginya. "Ugh, dia mengincar pinggangku. Pasti dia berniat melumpuhkan diriku," pikir Wu Shi. "Memang aneh. Padahal kau adalah musuhnya, tapi mengapa dia tidak berniat membunuhmu?" Roh leluhur pendekar pun berpikiran hal sama. "Mungkinkah dia menginginkan sesuatu ..."Hening sesaat setelah salah seorang lainnya menyerang, tak terlihat kedua orang berjubah itu akan menyerang namun hanya menatapnya dari kejauhan. Ruang pertemuan sepenuhnya dirusak, banyak barang-barang yang tergores akibat sabetan pedang. "Tidak ada jawaban?""Dia mungkin hanya memantau." "Untuk apa pula?""Mana aku tahu. Dia memiliki sifat berbeda dari musuhku di masa lampau." Dak!Berat pada tongkat menghantam ke arah bawah, sempat berdengung sesaat, getaran pada tomba

  • Pendekar Bertongkat Menuju Puncak   Bab 115. Tertipu

    Hao Yun mengaku dirinya sedang tersesat sehingga tak sadar sudah jalan sampai ke bagian depan kultus. Sepanjang perjalanan ini, tiada keanehan apa pun lagi selain yang bearusan dilawan oleh Wu Shi. "Kakak Zhu belum kemari?""Aku tidak tahu soal itu."Lukisan yang terpajang tepat di dinding bagian dalam, di mana lukisan itu akan terlihat jelas di depan mata saat memasuki kultus ini, terlihat seolah sedang menyambut mereka. Lukisan mahluk berkaki empat kecil dengan sisik dan berkepala besar, yakni seekor naga kembar. Sekilas terasa menyeramkan."Apa karena barusan bertemu dengan bayangannya dia saja ya?" pikir Wu Shi yang merasa aneh sendiri. "Dari tadi kau sedang apa?" tanya Hao Yun yang melihat Wu Shi menundukkan kepala kebingungan."Tidak. Tidak ada. Aku hanya bingung, kenapa di bagian depan sangat sepi padahal di bagian belakang kau disambut oleh banyak orang.""Ah, benar juga. Itu adalah hal yang paling tidak masuk akal bagiku. Tak kusangka kau juga kepikiran.""Tentu saja. Begit

DMCA.com Protection Status