"Nyonya Eve?" cetus Camille dengan alis indahnya bertaut menatap Eve yang datang ke ruangannya bersama Clea. Solenne duduk di samping Camille di atas brangkar, tangannya membelai serta merapikan rambut putrinya tersebut, bibir Solenne berkata, "Sayang, kamu kehilangan banyak darah dan membutuhkan transfusi semalam. Clea dan Nyonya Eve kebetulan sedang berada di rumah sakit ini, sehingga sukarela mendonorkan darah mereka untukmu." Solenne melirik Eve yang langsung mengangguk membenarkan ucapan Bibi Camille tersebut. "Benar, Camille. Saya sedang ada pemeriksaan rutin di rumah sakit ini ditemani Clea dan sangat bersyukur tubuh saya sehat. Sehingga bisa mendonorkan darah untukmu," imbuh Eve menimpali ucapan Solenne yang mereka melakukan kebohongan tipis untuk menutupi yang sebenarnya. Solenne juga masih merasa curiga pada Clea dan Eve tetapi dia diam saja, tidak mempertanyakannya pada Pierre tentang ucapan pria itu sebelumnya yang sungguh sangat tidak masuk akal baginya. "Persediaan
Luca menarik tangan Martha dan Abraham agar pergi keluar dari ruangan perawatan, meninggalkan Camille berdua dengan Martin. Pun juga Daniel yang telah tiba membawa Dokter dan perawat bersamanya datang ke ruangan Camille, ikut keluar juga mengikuti Luca, Martha dan Abraham. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, ususmu semalam di potong karena pelurunya bersarang dalam usus yang membuatmu pendarahan. Untuk makanan ...belum bisa memakan makanan yang memiliki citarasa tajam ..." Dokter bertutur setelah memeriksa luka jahitan pada perut Camille, lalu mengedarkan tatapannya ke sekeliling pasiennya tersebut dan melihat piring cake serta kulit jeruk di atas meja samping brangkar. "Baik, terima kasih, Dokter," ujar Camille dengan senyum di kulum menatap perawat yang menunduk malu, cur-curi pandang padanya. Perawat yang datang bersama sang Dokter tersebut adalah perawat yang menuruti pesanan Camille akan sarapan bubur dengan daging panggang berbumbu tadi pagi. "Terima kasih, Dokter, ak
Martin tersenyum membelai wajah Camille yang merona merah. Mereka berciuman berkali-kali, mengobrol dan Martin juga menyuapkan cake yang tadi dibawa oleh Martha saat datang ke ruangan Camille. "Bibirmu berdarah lagi," celetuk Camille meraba bibir berlekuk seksi Martin dengan jempolnya. "Maaf!" tambah Camille yang dianggukin kepala dan senyum oleh Martin. "Aku bahkan tidak keberatan jika kamu gigiti seluruh tubuhku, hingga berdarah pun, tak apa," bisik Martin kembali memberikan kecupan bertubi-tubi ke atas permukaan bibir Camille dan menjilat sisa cream cake di atas bibir gadisnya itu.Kemesraan Camille dan Martin menjadi terganggu saat perawat mengetuk pintu ruangan perawatan Camille dan memberikah satu buah amplop besar ke tangan Martin dibawah anggukan kepala Camille. "Apa ini?" tanya Martin pada Camille sembari memutar dan membolak balik amplop di tangannya setelah sang perawat pergi keluar dari ruangan. "Mungkin rincian biaya rumah sakit," sahut Camille santai. Camille ingat
Eve berjalan masuk ke dalam ruangan perawatan Camille, dimana gadis muda itu masih bermanja melingkarkan kedua lengannya ke punggung Solenne. "Dia Mamamu, Sayang. Sapalah Mamamu, hem?" bisik Solenne mengetahui jika Eve telah berada di dalam ruangan, meski sedang membelakanginya. Solenne mencium puncak kepala Camille penuh kasih lalu melepaskan pelukan gadisnya tersebut untuk memberikan kesempatan pada Eve agar bisa mendekati Camille. Camille hendak turun dari brangkar, tapi Eve segera berlari menahannya. "Jangan turun! Camille ...""Nyonya Eve ...M-mama? ..." panggil Camille terbata dan sangat lirih. "Ya, Sayang. Ini Mama," Eve tidak kuasa lagi untuk menahan dirinya agar bisa memeluk tubuh Camille, putrinya yang diculik sejak bayi merah. Tangis penuh haru Eve pecah dan airmatanya berlinang membasahi wajah cantiknya yang juga berkali-kali dia berikan kecupan pada wajah Camille. Martin menyunggingkan senyum menatap Camille yang berpelukan dalam tangis haru dengan Eve juga dia mel
Setelah menjalani perawatan selama satu minggu di rumah sakit, Camille akhirnya diijinkan pulang oleh Dokter dan luka pada perutnya sudah mulai mengering. Sementara itu Jared dan Clea yang juga ditemani oleh Pierre berhasil meyakinkan Ralp, Achilleo dan semua teman-temannya untuk mencabut tuntutan mereka pada David Carle. Karena Clea juga telah memberikan ganti rugi dana sesuai dengan dana mereka yang sebelumnya hilang. "Papamu besok di bebaskan, mau datang bersama Mama dan Clea menjemputnya?" tanya Eve sambil menghenyakkan bokongnya duduk di atas pasir, samping Camille yang menatap lautan luas di depan mereka. Camille menoleh pada Eve, bibirnya tersenyum tipis. Dia sudah diceritakan oleh Eve jika David, Papa kandungnya dijebak oleh temannya sehingga di penjara. Sebenarnya Camille lebih tahu apa yang menjadi penyebab David dipenjara tetapi dia tetap mendengarkan cerita Mama kandungnya tersebut seolah baru mendengarnya. "Sepertinya ...besok saya mulai belajar design dengan Martha.
Eve sudah dijemput oleh Clea dan Jared sejak pagi karena David akan dibebaskan sebelum jam makan siang. "Paman pikir kamu akan ikut pergi ke Roma ..." Camille yang masih menguap sedang berjalan menuju meja makan, langsung mendudukkan bokongnya dengan menaikkan sebelah kakinya ke alas duduknya, menatap malas pada Dylan yang langsung tersenyum melihat putri manjanya. "Bagaimanapun dia adalah Papamu, Cammie ..." tambah Dylan yang mengetahui jika Camille kurang menyukai sosok David. "Mungkin nanti aku akan menemuinya dan berkata padanya 'Hai, Papa! Aku adalah orang yang membobol brangkasmu loh dan menyebabkanmu berada di penjara,' gitu 'kan, Paman?" "Huss ...tidak boleh berkata tidak sopan seperti itu pada Papamu. Seburuk apapun dia, darahnya mengalir dalam tubuhmu dan juga Clea." tegur Solenne sambil memberikan mangkok cream soup ke depan Camille, Dylan dan Abraham yang baru saja datang bergabung setelah mandi pagi. "Kalian berkata seakan ingin mengusirku pergi. Och, aku ingin
"Jangan terlalu banyak gerak, kamu bantu Luca aja di sini dulu," ucap Pierre pada Camille saat gadis itu hendak membawa nampan berisi pesanan ke meja pelanggan. "Satu nampan ini aja, aku rindu ingin menyapa para pelanggan Lemoncello," tukas Camille sambil tertawa renyah. Pierre mengangguk dan matanya tetap mengikuti kemanapun pergerakan Camille. "Semangat berjuang, Bro!" ucap Luca sambil terkekeh ketika Pierre mendelik padanya. "Apa kau tidak tertarik untuk menikahi Martha, Luca?" Meskipun Martha adalah wanita yang pernah Pierre sangat cintai dan kini menjalin hubungan spesial justru dengan sahabat dekatnya, nyatanya Pierre tetap ingin Martha hidup bahagia. "Mungkin setelah pekerjaannya di Roma, kami baru merencanakan pernikahan. Kamu yakin ga apa-apa, siap untuk sakit hati?" "Jika aku tidak ikhlas, apakah kamu bisa mengembalikan Martha padaku?" "Tidak! Bahkan dalam mimpimu sekalipun, tak akan ku ijinkan dia kembali padamu!" sahut Luca sambil tertawa tergelak yang juga ditangga
Luciano melihat mobil yang membawa Camille dan Lili memasuki gerbang kediaman Martin. [Pierre memintaku membuntutimu, apakah kamu tidak apa-apa?] pesan terkirim dari Luciano untuk Camille yang langsung dibaca oleh gadis itu setelah meminta ijin pada Lili sebagai sopan santun. "Aku tidak apa-apa. Kembalilah ke Lemoncello," balas Camille atas pesan Luciano. [Baik! Hubungi aku jika nanti mau aku menjemputmu] "Ya!" Camille tersenyum dan hatinya terasa hangat dengan kepedulian Pierre, Luciano dan Luca padanya. Lili membawa Camille melewati lorong demi lorong yang sebenarnya wanita itu melakukan tour kediaman Martin pada Camille sebelum berakhir di ruangan keluarga, dimana Richard sedang bersantai menonton televisi. "Dimana Papamu?" tanya Lili setelah beradu tatapan dengan Richard beberapa saat. "Di ruang kerja. Sebentar aku panggil," Richard pura-pura polos seakan tidak mengetahui Camille dan sudah bergerak cepat melompat berlari memanggil Gabriel yang sedang berada di dalam ruang