"Apa yang kamu cari?" tanya Camille pada Martin yang sudah membongkar semua laci pada meja, sedikit mengabaikannya. "Apakah ini?" Camille menunjukkan sebuah cincin berlian besar pada Martin. Wajah Martin langsung mendongak mendengar pertanyaan Camille yang terlihat tegas di dekatnya, bahkan Lili juga terkejut sambil menutup mulut dengan kedua tangannya menatap Camille. "Da-dari mana kamu mendapatkan ini?" Martin meraih cincin warisan di ujung jemari telunjuk dan jempol Camille yang mengacung padanya. "Aku mencurinya!" sahut Camille pendek tanpa menoleh pada Lili ataupun Gabriel yang juga telah muncul di pintu ruang kerja Martin. "Maaf, aku harus kembali bekerja, permisi!" tambah Camille seraya melangkah pergi meninggalkan Martin yang terdiam termangu menatap cincin di tangannya. Martin mengetahui jika Camille adalah salah satu anggota dari kelompok pencuri ulung, tapi dia hanya tidak bisa berpikir apalagi menduga jika gadisnya itu akan mengambil sesuatu dari dalam laci kerjanya
Camille sedang asyik berenang di laut dimana Pierre menurunkan jangkar kapalnya pada pantai tersembunyi yang aman juga tenang dengan ombak kecil. Sudah dua hari Pierre membawa Camille berlayar yang mereka selalu berhenti di pantai-pantai indah untuk berenang atau sekedar memancing ikan untuk di masak oleh Pierre. Camille sama sekali belum mengetahui jika dirinya telah membuat heboh Sorrento dan Italia serta negara tetangga. Wajah Camille menghiasi berita nasional, lokal dan juga sosial media yang menyebutnya sebagai gadis pencuri pembobol brangkas. Belum lagi pada situs-situs pembunuh bayaran yang sangat rahasia, mereka para pemburu hadiah mencari keberadaan Camille dimana-mana. Hadiah seratus ribu dollar memang sangat menggiurkan siapa saja, termasuk Donna dan Carla yang berusaha mengajak penjaga penjara berbicara untuk membocorkan identitas Camille. Alhasilnya, Luciano yang tetap membuka cafe Lemoncello beroperasi seperti biasa tidak henti-hentinya didatangi oleh personel polis
Gabriel yang sebelumnya menyebutkan jika putrinya David Carle tidak cocok untuk Martin, tiba-tiba merubah keputusannya begitu dia bertemu dengan Camille. Meskipun Daniel menolak mengatakan siapa Camille pada Gabriel, tetapi Papa Martin tersebut langsung mengenali Camille sebagai putri Eve dan David. Putri yang pernah diculik oleh Alberto namun kemudian hilang oleh asistennya tersebut adalah Camille. Karena betapa miripnya wajah Camille dengan Eve saat wanita itu masih muda. Gabriel memang sudah berteman dan berhubungan dengan David sejak mereka masih suka bersenang-senang mendatangi banyak wanita saat mereka muda, belum terikat pernikahan. Ketika David menikahi Eve yang Gabriel sangat tahu jika wanita keturunan Indonesia tersebut adalah seorang putri dari pengusaha kaya yang bahkan pemerintah Italia memberikan jaminan perlindungan bagi bisnis keluarganya. Gabriel berusaha membujuk David agar mau bekerjasama dengannya yang tentu saja tujuannya adalah menjadikan David sebagai bawaha
Pierre benar-benar tersedak gurita di dalam tenggorokannya dan minuman ringan yang dia bawa sebelumnya telah habis dia tenggak, tetapi tenggorokannya masih tersumbat gurita. Camille berlari ke luar kamar untuk mengambil air mineral yang segera dia berikan pada Pierre. "Maaf, aku mengagetkanmu," cicit Camille sembari memukul pelan punggung Pierre agar membantu menghilangkan tersedaknya pria tampan yang baru saja dia ajak menikah tersebut. "Kamu memang sangat nakal, Cammie!" gemas Pierre menarik lengan dan bahu Camille untuk dia gulingkan ke atas ranjang, setelah tenggorokannya merasa lega. "Katakan, apakah dirimu begitu mengasihani aku atau memang aku benar-benar seperti pria bodoh untuk menjadi pelampiasan kenakalanmu?" Pierre bertumpu pada satu lengannya yang dia lipat di atas ranjang, berbaring miring sambil menatap Camille yang juga berbaring di sampingnya. "Tidak. Aku sedang tidak mengasihanimu. Aku pikir dengan kita bersama, kita bisa saling mengerti. Aku tidak keberatan men
Camille membawa selimut menggelung tubuhnya, duduk di atas geladak kapal, menghangatkan dirinya dengan sinar matahari pagi.Pierre datang menghampiri Camille, membawa soup hangat ke geladak. Lalu duduk di belakang gadis kesayangannya tersebut, membingkai hangat tubuh Camille.“Minum dulu soupmu.” bisik Pierre karena Camille masih menggenggam mangkuk soup dengan kedua tangannya agar merasakan hangatnya dari soup ke tangannya.“Uhm, terima kasih, Pierre.”Camille menyingkirkan sendok dan langsung meminum soup dari tepian mangkoknya perlahan-lahan juga membaginya dengan Pierre, sampai soup hangat tersebut tandas.“Ini enak, terima kasih, Pierre!” ulang Camille berterima kasih sambil menoleh ke samping dan memberikan kecupan lembut pada pipi Pierre.Pierre mengambil mangkok soup dari tangan Camille dan meletakkannya ke sampingnya. Lalu tangannya semakin mengeratkan pelukannya pada Camille yang juga merasa nyaman berada dalam pelukan Pierre.Camille meraih satu tangan Pierre, membawanya ma
Martin sudah menduga jika Pierre lah yang telah membawa Camille pergi hingga sulit di lacak oleh Daniel sebelumnya. Namun, mendengar nama pria itu yang sedang bersama Camille keluar dari mulut Solenne, tetap saja membuat hati Martin berdentam-dentam cemburu. Bagaimanapun, Martin belum lupa jika sebelumnya saat Abraham dirawat di rumah sakit, Camille menyebut Pierre dengan sebutan bos tampan. Tanpa bertemu dengan Solenne dan yang lainnya, Martin segera pergi meninggalkan rumah pantai yang menjadi tempat tinggal baru bagi keluarga Camille tersebut. Sementara itu di Roma, David mendatangi Eve di ruangan kerja istrinya tersebut di perusahaan. “Kamu menghindariku? Apakah karena aku telah berada di penjara sebelumnya, sekarang aku sudah kotor dan tidak menarik lagi bagimu? Atau ada hubungan manis telah terjadi antara dirimu dengan Jared, sehingga kamu mengabaikanku, Eve?” David bertanya sembari mendudukkan bokongnya di atas meja, samping Eve sedang duduk pada kursi di depannya. Eve ter
"Bibi ...!" pekik Camille sudah berlari-lari kecil yang kakinya berkali-kali pula tersaruk masuk terperosok ke dalam pasir lembut juga basah, memanggil Solenne yang sedang mengantarkan minuman ringan ke meja salah satu pelanggan di teras rumah bar yang mereka tempati. "Oh, Gadisku!"Solenne balas menyongsong Camille yang gadis itu langsung menubruk memeluk dan menyusupkan kepala ke dada Solenne. "Apakah kamu baik-baik aja?"Solenne merenggangkan pelukannya sedikit untuk memindai wajah Camille yang meskipun terlihat ceria namun sedikit terlihat pucat dan letih. "Wajahmu sedikit pucat, Sayang ...""Aku baik-baik aja. Aku pikir, Bibi akan berkata jika kulit wajahku menghitam!" Camille menyahut cepat sambil tertawa cengengesan lalu memberikan kecupan berdecak ke pipi montok Solenne. "Aku sedang datang bulan. Padahal asyik dan seru banget, terjun berenang di pantai tersembunyi gitu, Bibi. Ikan-ikannya sangat ramah juga tampan!" tambah Camille antusias dengan bola matanya bersinar cerah
Malam semakin menggelap turun. Pengunjung pantai Barcelona yang sangat ramai datang berbondong-bondong ke bar cafe lantai bawah rumah tempat Camille dan keluarganya tinggal. Pierre sedang sibuk meramu minuman di balik meja bartender yang kembali berfungsi. Sementara Clea bertugas membantu di bagian kasir. Sedangkan Solenne, Dylan dan Christopher berjibaku membuat camilan serta pesanan makanan di bagian dapur sehingga Camille dan Abraham yang melayani pelanggan datang, mengarahkan mereka tempat duduk dan menawarkan pesanan. Camille tidak menduga Martin berada di belakang rombongan orang yang sedang mengantri dan baru saja dia arahkan tempat duduk pada teras rumahnya, setelah pelanggan sebelumnya selesai menikmati makanan dan meninggalkan teras. "Kau?! Bagaimana kau bisa di sini?" tanya Camille terdengar ketus dan wajah datar dengan tatapan menyipit menatap Martin. Tempat Martin berdiri memang sedikit gelap, jauh dari pencahayaan lampu teras, tertutupi beberapa tamu yang sedang b