"Jangan terlalu banyak gerak, kamu bantu Luca aja di sini dulu," ucap Pierre pada Camille saat gadis itu hendak membawa nampan berisi pesanan ke meja pelanggan. "Satu nampan ini aja, aku rindu ingin menyapa para pelanggan Lemoncello," tukas Camille sambil tertawa renyah. Pierre mengangguk dan matanya tetap mengikuti kemanapun pergerakan Camille. "Semangat berjuang, Bro!" ucap Luca sambil terkekeh ketika Pierre mendelik padanya. "Apa kau tidak tertarik untuk menikahi Martha, Luca?" Meskipun Martha adalah wanita yang pernah Pierre sangat cintai dan kini menjalin hubungan spesial justru dengan sahabat dekatnya, nyatanya Pierre tetap ingin Martha hidup bahagia. "Mungkin setelah pekerjaannya di Roma, kami baru merencanakan pernikahan. Kamu yakin ga apa-apa, siap untuk sakit hati?" "Jika aku tidak ikhlas, apakah kamu bisa mengembalikan Martha padaku?" "Tidak! Bahkan dalam mimpimu sekalipun, tak akan ku ijinkan dia kembali padamu!" sahut Luca sambil tertawa tergelak yang juga ditangga
Luciano melihat mobil yang membawa Camille dan Lili memasuki gerbang kediaman Martin. [Pierre memintaku membuntutimu, apakah kamu tidak apa-apa?] pesan terkirim dari Luciano untuk Camille yang langsung dibaca oleh gadis itu setelah meminta ijin pada Lili sebagai sopan santun. "Aku tidak apa-apa. Kembalilah ke Lemoncello," balas Camille atas pesan Luciano. [Baik! Hubungi aku jika nanti mau aku menjemputmu] "Ya!" Camille tersenyum dan hatinya terasa hangat dengan kepedulian Pierre, Luciano dan Luca padanya. Lili membawa Camille melewati lorong demi lorong yang sebenarnya wanita itu melakukan tour kediaman Martin pada Camille sebelum berakhir di ruangan keluarga, dimana Richard sedang bersantai menonton televisi. "Dimana Papamu?" tanya Lili setelah beradu tatapan dengan Richard beberapa saat. "Di ruang kerja. Sebentar aku panggil," Richard pura-pura polos seakan tidak mengetahui Camille dan sudah bergerak cepat melompat berlari memanggil Gabriel yang sedang berada di dalam ruang
"Apa yang kamu cari?" tanya Camille pada Martin yang sudah membongkar semua laci pada meja, sedikit mengabaikannya. "Apakah ini?" Camille menunjukkan sebuah cincin berlian besar pada Martin. Wajah Martin langsung mendongak mendengar pertanyaan Camille yang terlihat tegas di dekatnya, bahkan Lili juga terkejut sambil menutup mulut dengan kedua tangannya menatap Camille. "Da-dari mana kamu mendapatkan ini?" Martin meraih cincin warisan di ujung jemari telunjuk dan jempol Camille yang mengacung padanya. "Aku mencurinya!" sahut Camille pendek tanpa menoleh pada Lili ataupun Gabriel yang juga telah muncul di pintu ruang kerja Martin. "Maaf, aku harus kembali bekerja, permisi!" tambah Camille seraya melangkah pergi meninggalkan Martin yang terdiam termangu menatap cincin di tangannya. Martin mengetahui jika Camille adalah salah satu anggota dari kelompok pencuri ulung, tapi dia hanya tidak bisa berpikir apalagi menduga jika gadisnya itu akan mengambil sesuatu dari dalam laci kerjanya
Camille sedang asyik berenang di laut dimana Pierre menurunkan jangkar kapalnya pada pantai tersembunyi yang aman juga tenang dengan ombak kecil. Sudah dua hari Pierre membawa Camille berlayar yang mereka selalu berhenti di pantai-pantai indah untuk berenang atau sekedar memancing ikan untuk di masak oleh Pierre. Camille sama sekali belum mengetahui jika dirinya telah membuat heboh Sorrento dan Italia serta negara tetangga. Wajah Camille menghiasi berita nasional, lokal dan juga sosial media yang menyebutnya sebagai gadis pencuri pembobol brangkas. Belum lagi pada situs-situs pembunuh bayaran yang sangat rahasia, mereka para pemburu hadiah mencari keberadaan Camille dimana-mana. Hadiah seratus ribu dollar memang sangat menggiurkan siapa saja, termasuk Donna dan Carla yang berusaha mengajak penjaga penjara berbicara untuk membocorkan identitas Camille. Alhasilnya, Luciano yang tetap membuka cafe Lemoncello beroperasi seperti biasa tidak henti-hentinya didatangi oleh personel polis
Gabriel yang sebelumnya menyebutkan jika putrinya David Carle tidak cocok untuk Martin, tiba-tiba merubah keputusannya begitu dia bertemu dengan Camille. Meskipun Daniel menolak mengatakan siapa Camille pada Gabriel, tetapi Papa Martin tersebut langsung mengenali Camille sebagai putri Eve dan David. Putri yang pernah diculik oleh Alberto namun kemudian hilang oleh asistennya tersebut adalah Camille. Karena betapa miripnya wajah Camille dengan Eve saat wanita itu masih muda. Gabriel memang sudah berteman dan berhubungan dengan David sejak mereka masih suka bersenang-senang mendatangi banyak wanita saat mereka muda, belum terikat pernikahan. Ketika David menikahi Eve yang Gabriel sangat tahu jika wanita keturunan Indonesia tersebut adalah seorang putri dari pengusaha kaya yang bahkan pemerintah Italia memberikan jaminan perlindungan bagi bisnis keluarganya. Gabriel berusaha membujuk David agar mau bekerjasama dengannya yang tentu saja tujuannya adalah menjadikan David sebagai bawaha
Pierre benar-benar tersedak gurita di dalam tenggorokannya dan minuman ringan yang dia bawa sebelumnya telah habis dia tenggak, tetapi tenggorokannya masih tersumbat gurita. Camille berlari ke luar kamar untuk mengambil air mineral yang segera dia berikan pada Pierre. "Maaf, aku mengagetkanmu," cicit Camille sembari memukul pelan punggung Pierre agar membantu menghilangkan tersedaknya pria tampan yang baru saja dia ajak menikah tersebut. "Kamu memang sangat nakal, Cammie!" gemas Pierre menarik lengan dan bahu Camille untuk dia gulingkan ke atas ranjang, setelah tenggorokannya merasa lega. "Katakan, apakah dirimu begitu mengasihani aku atau memang aku benar-benar seperti pria bodoh untuk menjadi pelampiasan kenakalanmu?" Pierre bertumpu pada satu lengannya yang dia lipat di atas ranjang, berbaring miring sambil menatap Camille yang juga berbaring di sampingnya. "Tidak. Aku sedang tidak mengasihanimu. Aku pikir dengan kita bersama, kita bisa saling mengerti. Aku tidak keberatan men
Camille membawa selimut menggelung tubuhnya, duduk di atas geladak kapal, menghangatkan dirinya dengan sinar matahari pagi.Pierre datang menghampiri Camille, membawa soup hangat ke geladak. Lalu duduk di belakang gadis kesayangannya tersebut, membingkai hangat tubuh Camille.“Minum dulu soupmu.” bisik Pierre karena Camille masih menggenggam mangkuk soup dengan kedua tangannya agar merasakan hangatnya dari soup ke tangannya.“Uhm, terima kasih, Pierre.”Camille menyingkirkan sendok dan langsung meminum soup dari tepian mangkoknya perlahan-lahan juga membaginya dengan Pierre, sampai soup hangat tersebut tandas.“Ini enak, terima kasih, Pierre!” ulang Camille berterima kasih sambil menoleh ke samping dan memberikan kecupan lembut pada pipi Pierre.Pierre mengambil mangkok soup dari tangan Camille dan meletakkannya ke sampingnya. Lalu tangannya semakin mengeratkan pelukannya pada Camille yang juga merasa nyaman berada dalam pelukan Pierre.Camille meraih satu tangan Pierre, membawanya ma
Martin sudah menduga jika Pierre lah yang telah membawa Camille pergi hingga sulit di lacak oleh Daniel sebelumnya. Namun, mendengar nama pria itu yang sedang bersama Camille keluar dari mulut Solenne, tetap saja membuat hati Martin berdentam-dentam cemburu. Bagaimanapun, Martin belum lupa jika sebelumnya saat Abraham dirawat di rumah sakit, Camille menyebut Pierre dengan sebutan bos tampan. Tanpa bertemu dengan Solenne dan yang lainnya, Martin segera pergi meninggalkan rumah pantai yang menjadi tempat tinggal baru bagi keluarga Camille tersebut. Sementara itu di Roma, David mendatangi Eve di ruangan kerja istrinya tersebut di perusahaan. “Kamu menghindariku? Apakah karena aku telah berada di penjara sebelumnya, sekarang aku sudah kotor dan tidak menarik lagi bagimu? Atau ada hubungan manis telah terjadi antara dirimu dengan Jared, sehingga kamu mengabaikanku, Eve?” David bertanya sembari mendudukkan bokongnya di atas meja, samping Eve sedang duduk pada kursi di depannya. Eve ter
Acara makan perayaan ulangtahun Richie berjalan hangat kekeluargaan. Meskipun Eve dan Jared belum sempat datang karena kesibukan pekerjaan, anak lelaki itu tetap terlihat ceria melakukan panggilan video di pelukan Pierre yang membingkainya penuh kasih. "Tidak apa-apa, Granty. Selesaikan pekerjaan Granty dulu, nanti segera datang kalau adik Richie lahir." "Tentu, Sayang. Granty pasti datang ke sana. Nanti hadiahnya Granty kirimkan, oke?" Eve menjawab dan menatap lembut cucu lelakinya yang terlihat semakin 'dewasa' karena sebentar lagi akan memiliki adik. "Terima kasih, Granty. I love you!" Jared yang datang ke ruangan Eve, turut memberikan kecupan jauh untuk Richie bersama Eve melambaikan tangan dan panggilan video dimatikan oleh Richie. "Apakah sekarang kamu sudah senang? Granty-mu tidak bisa datang karena sibuk. Tapi segera mereka akan ada di sini begitu pekerjaan bisa ditangani untuk di pantau secara online." Clea berjalan membawa dua gelas minuman di tangannya ke arah Richie d
Pierre sudah dalam perjalanan ke rumah pantai Barcelona ketika ponselnya di atas dasbor bergetar mendapat panggilan telpon yang tersambung ke earphone pada telinganya. "Paman ..." terdengar suara anak lelaki memanggil Pierre. "Paman sudah dalam perjalanan ke sini? Sudah di mobil?" Sudut bibir Pierre refleks merekahkan senyuman manis hingga matanya menyipit. "Ya. Paman sudah di dalam mobil, Tiga puluh menit lagi sampai di rumah. Richie ingin dibelikan sesuatu? Paman akan melewati tempat jajanan kue-kue lezat ..." "Tidak! Paman cepatlah mengemudikan mobilnya! Kata Mama, sebentar lagi akan ada badai salju." anak lelaki yang dipanggil Richie oleh Pierre segera menjawab tegas juga terdengar kuatir pada nada suaranya. "Baik. Paman matikan dulu telponnya, oke?" "Oke, Paman! I love you!" Pierre segera memutuskan sambungan telponnya dari panggilan atas nama Camille tersebut setelah balas mengucapkan 'I Love You' pada Richie. Pierre mengemudikan mobilnya semakin cepat dan hati-hati, karen
"Sebenarnya Daniel mengajakku kencan ..." Clea berkata jujur seraya mengunyah potongan daging di dalam mulutnya. Gerakan tangan Pierre yang hendak menyendok soup hangat untuk Clea, langsung terhenti sejenak. Mata Pierre mengunci pandangan pada Clea, "Daniel asistennya Martin?" tanyanya sembari mengerjapkan kelopak mata menyunggingkan senyuman tipis. Clea mengangguk, "Uhm." "Daniel pria baik. Sepertinya cocok denganmu. Ku dengar, dia juga yang sebelumnya membantumu melakukan tes DNA Camille di Roma, bukan?" Pierre menyerahkan mangkuk soup ke depan Clea yang langsung diraih wanita muda itu, menyeruputnya lahap sembari memberikan anggukan sebagai tanggapan pertanyaan Pierre. "Daniel juga yang mendampingimu ketika kamu memberikan misi perampokan pada kami ..." Clea tergelak cerah melihat sinar mata bahagia di mata Pierre yang sangat jelas terlihat jika pria itu menyetujui Daniel bersama Clea. Memang tak ada cinta sebagai pria dewasa dari Pierre untuk Clea. "Aku juga sudah berkata 'y
Pierre semakin sibuk dengan pekerjaannya yang kembali mengelola Lemoncello. Pria tampan itu juga melakukan koordinasi bisnis cafe dengan Dylan, Solenne dan Christopher di Barcelona. Sebelumnya, semua urusan pasokan bahan baku untuk cafe di Barcelona, Pierre yang melakukannya. "Hari ini akan ada pasokan bahan baku, sayuran serta buah dari Toko A, besok untuk ikan segar dari Mister XX serta daging segar dari peternakan ..." "Maaf, selalu merepotkanmu, Pierre. Nanti saya akan coba menangangi dan melakukan pemesanan langsung ke orang yang biasa datang ke cafe." Dylan menyela perkataan Pierre yang menghubunginya melalui sambungan telpon. "Tak apa-apa, Paman. Pekerjaanku masih bisa dihandel oleh Luciano ..." "Pierre ..." Dylan memanggil, mendesah pelan tidak melanjutkan perkataannya. Pierre tertawa kecil, "Baiklah. Nanti aku akan pinta semua pemasok menghubungi Paman. Bagaimana kesehatan Paman dan Bibi? Ku dengar Abraham kembali ke Barcelona?"Pierre akhirnya membicarakan topik lain den
"Cammie ...ini tidak benar!"Pierre berusaha mendorong tubuh wanita yang beberapa saat lalu ia rengkuh masuk ke dalam pelukan dan lumat bibirnya penuh hasrat gairah. Clea yang dikira Camille oleh Pierre, tidak melepaskan pria itu yang ia dorong jatuh terlentang ke atas sofa. Secara sadar, Clea mengais bibir Pierre, memberikan kecupan dan hisapan pada pria yang sedang dalam pengaruh alkohol tersebut. Tiga puluh menit lalu, Pierre akhirnya sampai di kediamannya, sama sekali tidak menyadari ada sebuah mobil yang terus mengikutinya dari belakang, memastikan pria itu selamat sampai di rumah. Setibanya di dalam rumah, Pierre mengeluarkan koleksi minuman kerasnya yang biasanya ia nikmati bersama Luca. Satu-satunya sahabatnya yang ia pikir playboy namun bernasib nahas seperti dirinya karena tidak menemukan wanita yang cocok untuk menjadi pasangan. Ternyata Luca mengencani Martha yang terlanjur merasa sakit hati pada Pierre, mengira pria itu mengkhianatinya dengan Donna. Clea terus memper
Setelah pergulatan panas di atas geladak, Martin membopong tubuh lemas Camille memasuki ruangan kamar mereka. "Istirahatlah, aku ambil makanan ke bawah." bisik Martin lembut seraya memberikan kecupan ke kening Camille yang mengangguk pelan. Camille langsung bergulung dalam selimut tipis, bibirnya tersenyum membayangkan betapa nikmatnya berada dalam pelukan panas Martin sewaktu mereka bergumul di geladak. Jantung dalam rongga dada Camille kembali berdebar-debar hanya membayangkan jika dirinya sudah kembali merindu ingin disesaki batang jantan suami tampannya. "Hei, tidak istirahat, kenapa senyum-senyum sendiri?"Martin telah meletakkan nampan berisi makanan malam mereka berdua ke atas meja, lalu menghampiri Camille yang sepertinya terkejut menyadari kedatangannya. "Sudah tidak perih?" Martin bertanya sambil duduk pada tepian ranjang, menjalarkan telapak tangannya mengusap permukaan kulit perut Camille dari balik selimut. Camille meraih tangan Martin yang membelai perutnya dan memb
Seminggu sudah berlalu,Dylan, Solenne dan Christopher kembali ke Barcelona menggunakan penerbangan pribadi bersama Clea yang masih ingin bersama kedua orangtua angkat barunya sekaligus membantu menjalankan bisnis cafe mereka. Keadaan Abraham semakin membaik. Gabriel membawanya ke Palermo dan Abraham akan berada dalam pengawasan langsung dokter terbaik dari keluarga Salvatore di kediamannya. "Tandatangani surat di atas meja dan segera angkat kaki dari kediamanku!" tegas Gabriel pada Lili yang terkejut melihat suaminya pulang ke Palermo membawa seorang anak lelaki remaja. "Gabriel ...aku minta maaf ..." Lili menjatuhkan tubuhnya berlutut di kaki Gabriel. Gabriel menarik mundur kakinya, "Kau tandatangani surat itu, maka kau mendapatkan uang pesangon dariku. Jika kau menolak menandatanganinya, bearti kau tak akan mendapatkan apa-apa dariku!" "Statusmu sudah bukan lagi istriku! Richard juga bukan darah dagingku dan aku tak memiliki kewajiban untuk terus memberikan nafkah pada putramu
Achilleo dan semua rekan bisnis Ralp Spencer telah meninggalkan kediaman Spencer. Tetapi itu sama sekali tidak mengurangi kemeriahan dan sahdunya acara pernikahan Camille dengan Martin. "Selamat, Camille dan Martin."Ralp yang pertama kali mengucapkan selamat pada Camille dan Martin begitu mereka dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri oleh Pendeta. Luca dan Martha saling berpandangan melihat Ralp yang sepertinya telah menyadari kesalahannya. Tanpa Luca menyebutkan dua kali, jika Camille adalah 'adik perempuannya', Ralp sudah maju seperti seorang Ayah untuk mengucapkan selamat pada Camille. "Terima kasih, Paman ..." sahut Camille atas ucapan selamat dari Ralp. Ralp menepuk pelan punggung tangan Camille, "Luca menganggapmu adik perempuannya, jadi sungguh sangat tidak etis jika aku sebagai Papanya Luca menganggapmu tetap orang luar. Panggil aku, Papa, Camille. Karena kamu adalah putriku dan sekarang, sungguh aku sangat bahagia melihat anak-anakku menikah di sini."Dylan tersenyum
Camille ditarik oleh Martha, membawanya masuk ke lantai dua kediaman, setelah gadis muda itu menerima lamaran Martin di halaman. "Oh, kamu sangat cantik, Cammie!" puji Martha atas gaun yang baru dia bantu pakaikan ke tubuh Camille, mengganti gaun gadis muda tersebut sebelumnya. "Terima kasih, Martha. Tapi gaunmu lah yang indah. Kamu memang perancang busana berbakat!" Camille balas memuji dan meneliti gaun pengantin pada tubuhnya dengan tatapan berbinar kagum. Luciano dan Eve melakukan touch up untuk riasan Camille yang sebelumnya Luciano sudah mendandani gadis muda mereka tersebut sebelum datang ke kediaman Spencer. "Nyonya Eve, sepertinya aku sudah mendapatkan model untuk rancangan gaun-gaunku." Martha berkata melirik Eve yang tersenyum mengangguk samar. "Apakah kamu mau menjadi model, Cammie?" Luciano bertanya setelah ia memulas bibir Camille dengan lipstik berwarna pink muda. Tak ada yang menduga jika pria iseng, sering berperan menjadi sopir di kelompok Libra tersebut dalam