Vote dan komen ya Terima kasih, I love you!
"Aku melihat photomu di ruang kerja Ralp Spencer, ketika aku berkunjung dalam mengkaji ulang hubungan kerjasama dengan perusahaanku saat itu," ucapan Clea masih terus terngiang dan bergema dalam kepala Luca. Luca sudah sampai di rumah tinggal Pierre tetapi pria itu masih belum kembali. Pun juga Luciano tidak ada di rumah. "Kamu ada dimana?" pesan dari Luca terkirim pada seseorang yang ditandai spesial di ponselnya. "Aku baru kembali di apartemen. Datanglah!" balasan pesan masuk ke ponsel Luca. Luca segera meninggalkan rumah Pierre, memanggil taksi pergi menuju apartemen seseorang yang sudah sangat dia kenali tersebut. Di tempat lain, Pierre dan Camille sangat antusias memilih dan memilah pernak-pernik seperti buku untuk design, pensil warna juga berbagai jenis bahan kain yang biasa digunakan oleh Martha dalam menentukan pilihannya jika akan membuat designnya menjadi sebuah pakaian, sarung tangan, syal atau lainnya. "Ini agar jemarimu tidak tertusuk jarum!" ucap Pierre memasangka
Pierre terkejut mendengar Camille menyebutnya kakak. Meskipun begitu, perasaannya tetap saja tidak berubah pada gadis itu. Melihatnya tersenyum ceria sudah ikut menerangi perasaan terdalam Pierre yang kelam. Berbagai bayangan kenangan berkelebat dalam kepala Pierre. Dia yang pernah menyakit Martha dan tidak menjelaskan posisi Donna dengannya sehingga wanita itu semakin besar kepala bekerja di cafenya. Pun juga Carla yang Pierre sangat tahu jika wanita yang dia anggap sahabat itu sebenarnya mengikutinya karena menaruh hati padanya. Sungguh sangat berbeda dengan Camille yang menganggapnya keluarga. Keluarga? Pierre sudah lama tidak merasakan perasaan menjadi bagian dari keluarga selain bersama Luciano dan Luca yang mereka telah malang melintang menjalani bisnis sambilan mencuri dari yang awalnya mereka hanya bertiga orang. Pierre mengusap wajahnya, dia melihat sekeliling dan menyadari telah mengemudikan mobilnya menuju apartemen Martha. Terlepas dari kandasnya hubungan Pierre dan
Clea berangkat menggunakan penerbangan private ke Roma dan Miguel sudah menunggu kedatangan gadis muda, putri majikannya tersebut di pintu keluar bandara. "Kita langsung menengok Papa, Miguel!" pinta Clea setelah dia duduk di kursi belakang mobil yang dikemudikan oleh sopir perusahaan kepercayaan Eve Carle tersebut. "Baik, Nona!" Miguel langsung melajukan mobilnya menuju penjara interpol yang terdapat di pinggiran kota Roma, tempat David Carle ditahan. Penjara tersebut terkenal dengan pengamanannya yang sangat ketat bagi pengunjung dan hanya penjahat kelas berat serta tahanan internasional yang ditahan di penjara tersebut. Kejahatan David bisa disebut sebagai kejahatan berat karena pencucian uang dalam jumlah yang sangat besar bukanlah sesuatu hal yang mudah dilepaskan begitu saja.Lagipula Ralp Spencer, Achilleo beserta rekan-rekan mereka meminta pihak interpol untuk menahan David hingga waktu persidangan dilaksanakan nantinya setelah penyelidikan atas kasus tersebut tuntas serta
"Papa dengar, sekarang kamu sudah mengambil alih kepemimpinan perusahaan," ucap David setelah memberikan ciuman dan pelukan pada Clea. "Ya. Bukankah Papa juga sudah mengetahuinya sebelumnya dari Mama yang memindahkan aset ke atas namaku?" jawab Clea sembari ekor matanya memindai sekelilingnya yang tidak terdapat petugas mengawasi pertemuannya dengan Papanya tersebut. Kepala David mengangguk, bibirnya tersenyum lembut menatap Clea. "Kamu memang berbakat, Clea." cetus David memuji yang memang dia akui jika putrinya tersebut mewarisi sifat tegas Eve serta gigihnya Papa Eve dalam mewujudkan apa yang menjadi impiannya. "Terima kasih, Papa! Aku juga memutuskan hubungan keterkaitan perusahaan Eve Carle dengan perusahaan asuransi yang Papa dirikan ...""Itu bagus! Kamu tidak perlu minta maaf mengenai hal tersebut. Setidaknya aset Mamamu tidak ikut terseret dalam kasus Papa ini." David memotong cepat dan dirinya semakin bangga dalam hatinya akan keputusan yang diambil putrinya tersebut. Bi
Martin menyibukkan dirinya sejak pagi dengan pekerjaannya, agar bisa mengalihkan pikirannya dari Camille. "Kamu terlihat sangat sibuk. Aku membawakan makan siang untukmu," cetus Kiera sudah melangkah masuk ke dalam ruangan kerja Martin di perusahaannya. Martin menoleh pada Patrick yang tidak memberitahukan kedatangan Kiera. "Terima kasih, tapi aku belum lapar." jawab Martin, kembali memfokuskan tatapan pada laporan di hadapannya yang ada di atas meja. Kiera mengambil kertas-kertas laporan yang sedang Martin perhatikan dan pegang dengan tangannya tersebut. "Aku tau, kamu pasti akan menjawab begitu. Aku juga tau mengenai alergi yang kamu derita dan aku tidak keberatan sama sekali. Aku menyukaimu, Martin!" Kiera berbisik di depan wajah Martin.Kiera dengan sengaja menjalarkan jemarinya hampir menyentuh tangan Martin yang langsung pria itu tarik mundur. "Ada wanita lain yang ku sukai dan Papaku juga sudah menyetujuinya! Pergilah bersenang-senang bersama Lili dan jika kamu masih ingin
"Kau yang berbuat, kenapa putraku yang di pukul?" tuduh Lili menunjuk Martin. Martin hanya melihat sekejap pada Ibu tirinya tersebut, sudut bibirnya menyeringai tipis tanpa berkata apapun dia pergi dari ruangan keluarga menuju mobilnya yang masih terparkir di halaman. "Tanya kebenarannya pada putramu! Kali ini aku lolosin kalian dari kesalahan fatal!" Gabriel berkata dingin dan matanya kelam menatap Kiera yang tertunduk tanpa berani mengangkat wajahnya menatap Gabriel. Lili tidak terima Richard di pukul oleh Gabriel. Seumur hidup, putranya tersebut belum pernah satu kalipun dia mendapatkan pukulan, baik dari Lili maupun Gabriel. Namun kini, karena sebab Martin, putranya dipukuli hingga pipinya bengkak dan bibirnya pecah. "Kebenaran apa yang kau maksud? Martin yang membatalkan pertunangannya dengan Kiera, kenapa Richard yang kau pukuli? Apa kau sudah gila, Gabriel? Richard putramu juga!" Gabriel yang hendak pergi, menolehkan wajahnya menatap Lili yang memandangnya geram sambil meng
Martha di bawa oleh Madam Ririen ke salah satu ruangan untuk dia bersihkan tubuhnya yang sebenarnya dia hanya mengganti pakaian Martha dengan yang lebih transparan. "Tubuhmu sangat indah! Mari kita dapatkan harga tinggi malam ini!" cetus Madam Ririen seraya mencubit daging kenyal bokong Martha. "A-aku ...belum pernah ..."Mata Madam Rien terbuka semakin cemerlang memindai wajah dan tubuh Martha. "Kamu masih perawan, Marianne? Och Tuhan, kita bisa benar-benar kaya malam ini. Mereka yang tadi ada di dalam ruangan, semuanya adalah para pengusaha kaya yang bahkan datang dari luar kota dan luar negri, khusus mencari hiburan di sini." ujar Madam Ririen bersemangat. Martha menggangguk pelan dan mengulum bibirnya agar terlihat gugup bagaikan gadis lugu yang takut tubuhnya akan dijamah tangan pria. Sebenarnya, Martha hendak berkata jika dirinya belum pernah tahu apa itu pelelangan namun Madam Ririen memotong ucapannya yang membuat kesalahapaman terjadi pada wanita germo itu. Luca tidak bi
Camille memeluk erat pinggang Pierre yang mengemudikan sepeda motornya dengan sangat kencang menuju ke lokasi misi kedua yaitu sebuah rumah tinggal. Petugas security di depan rumah tinggal, menghampiri Pierre dan Camille yang telah menghentikan motor tepat di depan pintu gerbang. "Apapun keperluan kalian, silakan pergi dan kembali lagi pukul delapan esok hari!" tutur security tegas sembari memindai penampilan Pierre dan Camille. "Baiklah ...terima kasih. Maaf sudah mengganggu!"Pierre menyahut sambil beranjak hendak pergi namun dia kembali membalikkan badannya dengan sangat cepat, memukul tengkuk sang security hingga pria itu hampir terjatuh lemas yang ditangkap Pierre sigap. "Apakah dia mati?" bisik Camille sedikit merinding karena ini pertama kali baginya melihat Pierre memukuli orang. "Tidak, hanya pingsan! Ayo, kita harus bergerak cepat agar Luciano tidak terlalu lama menunggu." Pierre mengedarkan tatapan pada sekelilingnya, siapa tahu masih ada security yang lain dan memerg
Acara makan perayaan ulangtahun Richie berjalan hangat kekeluargaan. Meskipun Eve dan Jared belum sempat datang karena kesibukan pekerjaan, anak lelaki itu tetap terlihat ceria melakukan panggilan video di pelukan Pierre yang membingkainya penuh kasih. "Tidak apa-apa, Granty. Selesaikan pekerjaan Granty dulu, nanti segera datang kalau adik Richie lahir." "Tentu, Sayang. Granty pasti datang ke sana. Nanti hadiahnya Granty kirimkan, oke?" Eve menjawab dan menatap lembut cucu lelakinya yang terlihat semakin 'dewasa' karena sebentar lagi akan memiliki adik. "Terima kasih, Granty. I love you!" Jared yang datang ke ruangan Eve, turut memberikan kecupan jauh untuk Richie bersama Eve melambaikan tangan dan panggilan video dimatikan oleh Richie. "Apakah sekarang kamu sudah senang? Granty-mu tidak bisa datang karena sibuk. Tapi segera mereka akan ada di sini begitu pekerjaan bisa ditangani untuk di pantau secara online." Clea berjalan membawa dua gelas minuman di tangannya ke arah Richie d
Pierre sudah dalam perjalanan ke rumah pantai Barcelona ketika ponselnya di atas dasbor bergetar mendapat panggilan telpon yang tersambung ke earphone pada telinganya. "Paman ..." terdengar suara anak lelaki memanggil Pierre. "Paman sudah dalam perjalanan ke sini? Sudah di mobil?" Sudut bibir Pierre refleks merekahkan senyuman manis hingga matanya menyipit. "Ya. Paman sudah di dalam mobil, Tiga puluh menit lagi sampai di rumah. Richie ingin dibelikan sesuatu? Paman akan melewati tempat jajanan kue-kue lezat ..." "Tidak! Paman cepatlah mengemudikan mobilnya! Kata Mama, sebentar lagi akan ada badai salju." anak lelaki yang dipanggil Richie oleh Pierre segera menjawab tegas juga terdengar kuatir pada nada suaranya. "Baik. Paman matikan dulu telponnya, oke?" "Oke, Paman! I love you!" Pierre segera memutuskan sambungan telponnya dari panggilan atas nama Camille tersebut setelah balas mengucapkan 'I Love You' pada Richie. Pierre mengemudikan mobilnya semakin cepat dan hati-hati, karen
"Sebenarnya Daniel mengajakku kencan ..." Clea berkata jujur seraya mengunyah potongan daging di dalam mulutnya. Gerakan tangan Pierre yang hendak menyendok soup hangat untuk Clea, langsung terhenti sejenak. Mata Pierre mengunci pandangan pada Clea, "Daniel asistennya Martin?" tanyanya sembari mengerjapkan kelopak mata menyunggingkan senyuman tipis. Clea mengangguk, "Uhm." "Daniel pria baik. Sepertinya cocok denganmu. Ku dengar, dia juga yang sebelumnya membantumu melakukan tes DNA Camille di Roma, bukan?" Pierre menyerahkan mangkuk soup ke depan Clea yang langsung diraih wanita muda itu, menyeruputnya lahap sembari memberikan anggukan sebagai tanggapan pertanyaan Pierre. "Daniel juga yang mendampingimu ketika kamu memberikan misi perampokan pada kami ..." Clea tergelak cerah melihat sinar mata bahagia di mata Pierre yang sangat jelas terlihat jika pria itu menyetujui Daniel bersama Clea. Memang tak ada cinta sebagai pria dewasa dari Pierre untuk Clea. "Aku juga sudah berkata 'y
Pierre semakin sibuk dengan pekerjaannya yang kembali mengelola Lemoncello. Pria tampan itu juga melakukan koordinasi bisnis cafe dengan Dylan, Solenne dan Christopher di Barcelona. Sebelumnya, semua urusan pasokan bahan baku untuk cafe di Barcelona, Pierre yang melakukannya. "Hari ini akan ada pasokan bahan baku, sayuran serta buah dari Toko A, besok untuk ikan segar dari Mister XX serta daging segar dari peternakan ..." "Maaf, selalu merepotkanmu, Pierre. Nanti saya akan coba menangangi dan melakukan pemesanan langsung ke orang yang biasa datang ke cafe." Dylan menyela perkataan Pierre yang menghubunginya melalui sambungan telpon. "Tak apa-apa, Paman. Pekerjaanku masih bisa dihandel oleh Luciano ..." "Pierre ..." Dylan memanggil, mendesah pelan tidak melanjutkan perkataannya. Pierre tertawa kecil, "Baiklah. Nanti aku akan pinta semua pemasok menghubungi Paman. Bagaimana kesehatan Paman dan Bibi? Ku dengar Abraham kembali ke Barcelona?"Pierre akhirnya membicarakan topik lain den
"Cammie ...ini tidak benar!"Pierre berusaha mendorong tubuh wanita yang beberapa saat lalu ia rengkuh masuk ke dalam pelukan dan lumat bibirnya penuh hasrat gairah. Clea yang dikira Camille oleh Pierre, tidak melepaskan pria itu yang ia dorong jatuh terlentang ke atas sofa. Secara sadar, Clea mengais bibir Pierre, memberikan kecupan dan hisapan pada pria yang sedang dalam pengaruh alkohol tersebut. Tiga puluh menit lalu, Pierre akhirnya sampai di kediamannya, sama sekali tidak menyadari ada sebuah mobil yang terus mengikutinya dari belakang, memastikan pria itu selamat sampai di rumah. Setibanya di dalam rumah, Pierre mengeluarkan koleksi minuman kerasnya yang biasanya ia nikmati bersama Luca. Satu-satunya sahabatnya yang ia pikir playboy namun bernasib nahas seperti dirinya karena tidak menemukan wanita yang cocok untuk menjadi pasangan. Ternyata Luca mengencani Martha yang terlanjur merasa sakit hati pada Pierre, mengira pria itu mengkhianatinya dengan Donna. Clea terus memper
Setelah pergulatan panas di atas geladak, Martin membopong tubuh lemas Camille memasuki ruangan kamar mereka. "Istirahatlah, aku ambil makanan ke bawah." bisik Martin lembut seraya memberikan kecupan ke kening Camille yang mengangguk pelan. Camille langsung bergulung dalam selimut tipis, bibirnya tersenyum membayangkan betapa nikmatnya berada dalam pelukan panas Martin sewaktu mereka bergumul di geladak. Jantung dalam rongga dada Camille kembali berdebar-debar hanya membayangkan jika dirinya sudah kembali merindu ingin disesaki batang jantan suami tampannya. "Hei, tidak istirahat, kenapa senyum-senyum sendiri?"Martin telah meletakkan nampan berisi makanan malam mereka berdua ke atas meja, lalu menghampiri Camille yang sepertinya terkejut menyadari kedatangannya. "Sudah tidak perih?" Martin bertanya sambil duduk pada tepian ranjang, menjalarkan telapak tangannya mengusap permukaan kulit perut Camille dari balik selimut. Camille meraih tangan Martin yang membelai perutnya dan memb
Seminggu sudah berlalu,Dylan, Solenne dan Christopher kembali ke Barcelona menggunakan penerbangan pribadi bersama Clea yang masih ingin bersama kedua orangtua angkat barunya sekaligus membantu menjalankan bisnis cafe mereka. Keadaan Abraham semakin membaik. Gabriel membawanya ke Palermo dan Abraham akan berada dalam pengawasan langsung dokter terbaik dari keluarga Salvatore di kediamannya. "Tandatangani surat di atas meja dan segera angkat kaki dari kediamanku!" tegas Gabriel pada Lili yang terkejut melihat suaminya pulang ke Palermo membawa seorang anak lelaki remaja. "Gabriel ...aku minta maaf ..." Lili menjatuhkan tubuhnya berlutut di kaki Gabriel. Gabriel menarik mundur kakinya, "Kau tandatangani surat itu, maka kau mendapatkan uang pesangon dariku. Jika kau menolak menandatanganinya, bearti kau tak akan mendapatkan apa-apa dariku!" "Statusmu sudah bukan lagi istriku! Richard juga bukan darah dagingku dan aku tak memiliki kewajiban untuk terus memberikan nafkah pada putramu
Achilleo dan semua rekan bisnis Ralp Spencer telah meninggalkan kediaman Spencer. Tetapi itu sama sekali tidak mengurangi kemeriahan dan sahdunya acara pernikahan Camille dengan Martin. "Selamat, Camille dan Martin."Ralp yang pertama kali mengucapkan selamat pada Camille dan Martin begitu mereka dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri oleh Pendeta. Luca dan Martha saling berpandangan melihat Ralp yang sepertinya telah menyadari kesalahannya. Tanpa Luca menyebutkan dua kali, jika Camille adalah 'adik perempuannya', Ralp sudah maju seperti seorang Ayah untuk mengucapkan selamat pada Camille. "Terima kasih, Paman ..." sahut Camille atas ucapan selamat dari Ralp. Ralp menepuk pelan punggung tangan Camille, "Luca menganggapmu adik perempuannya, jadi sungguh sangat tidak etis jika aku sebagai Papanya Luca menganggapmu tetap orang luar. Panggil aku, Papa, Camille. Karena kamu adalah putriku dan sekarang, sungguh aku sangat bahagia melihat anak-anakku menikah di sini."Dylan tersenyum
Camille ditarik oleh Martha, membawanya masuk ke lantai dua kediaman, setelah gadis muda itu menerima lamaran Martin di halaman. "Oh, kamu sangat cantik, Cammie!" puji Martha atas gaun yang baru dia bantu pakaikan ke tubuh Camille, mengganti gaun gadis muda tersebut sebelumnya. "Terima kasih, Martha. Tapi gaunmu lah yang indah. Kamu memang perancang busana berbakat!" Camille balas memuji dan meneliti gaun pengantin pada tubuhnya dengan tatapan berbinar kagum. Luciano dan Eve melakukan touch up untuk riasan Camille yang sebelumnya Luciano sudah mendandani gadis muda mereka tersebut sebelum datang ke kediaman Spencer. "Nyonya Eve, sepertinya aku sudah mendapatkan model untuk rancangan gaun-gaunku." Martha berkata melirik Eve yang tersenyum mengangguk samar. "Apakah kamu mau menjadi model, Cammie?" Luciano bertanya setelah ia memulas bibir Camille dengan lipstik berwarna pink muda. Tak ada yang menduga jika pria iseng, sering berperan menjadi sopir di kelompok Libra tersebut dalam