Gabriel mengirim Kiera ke Trapani langsung menggunakan fasilitas jet mewah yang dia punya. Patrick sebagai asisten Martin, diminta Gabriel mendampingi Kiera sampai ke kediamannya. Di balik sikap kejam dan bengisnya, Gabriel sebenarnya adalah pria yang baik dan menghormati wanita. Hanya saja, semua itu tetap tergantung pada siapa wanita yang dia hadapi. Gabriel berlaku sopan pada Kiera karena memandang Andersen yang sepertinya tidak mengetahui pergaulan putrinya itu di luar lingkungan keluarganya. "Apakah kau sudah puas sekarang, Gabriel?" desis Lili berlalu melewati Gabriel setelah mengantarkan Kiera ke landasan pacu terdekat kediaman Martin. "Puas? Tentu saja belum! Kamu mau bercinta denganku, Lili?" Lili menoleh ke belakang menatap Gabriel yang tertawa kecil mengusap dagunya sangat sensual. "Tapi sayang, aku sudah tidak tertarik lagi bercinta denganmu!" tambah Gabriel sambil berdiri di depan Lili yang membuat wanita itu mendongak dengan bibir berdesis penuh amarah pada Gabriel.
Pierre menjemput Dylan, Solenne dan Abraham di lobi rumah sakit agar mereka tidak bingung mencari ruangan tempat Camille dirawat. "Bagaimana keadaan putriku?" tanya Dylan langsung ketika melihat Pierre. "Cammie sudah selesai dioperasi. Dia mengalami pendarahan akibat tembakan mengenai perutnya, tapi sudah teratasi. Sekarang masih belum siuman dalam ruangan perawatan. Mari ..." Pierre dengan sabar menjawab sekaligus menjelaskan secara singkat pada Dylan. Solenne dan Abraham terlihat sangat kuatir dan panik pada wajah mereka. Pun Dylan berulang kali mengusap wajahnya sendiri. "Mereka adalah orang yang mendonorkan darah untuk Cammie. Maaf, saya sangat panik sehingga tidak terpikir untuk menghubungi Paman terlebih dahulu," Pierre memberitahu mengenai Clea dan Eve yang masih berada di dalam ruangan perawatan Camille. Eve meminta ruangan perawatan VViP untuk Camille agar lebih luas juga private. Lagipula apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Eve? Dia memiliki uang dan juga kuasa m
Setelah kepergian Eve dan Clea, Solenne melirik Dylan dengan tatapan penuh arti. "Kamu membawanya?" tanya Dylan pelan yang langsung diangguki Solenne cepat. Solenne kembali menghampiri Camille dan mencium pipinya lembut. "Istirahatlah di sofa, Abraham ...bawa Bibi kalian tidur di sofa, kamu juga istirahatlah!" tutur Dylan sambil melirik sofa panjang yang ada di dalam ruangan perawatan Camille. Abraham melihat samping tempat tangan pada sofa panjang yang terdapat beberapa tombol dan membuat sofa tersebut terbuka membentuk ranjang berukuran lumayan besar yang bisa ditiduri bahkan berempat dengan Camille seperti tempat tidur baru yang dibelikan oleh Dylan. "Jangan di tutup gordennya, Cammie senang melihat matahari pagi," cetus Solenne saat Dylan hendak menutup gorden ruangan. Abraham memang masih mengantuk ditambah sekarang dia memiliki tujuan hidup, sehingga dengan cepat dia jatuh tertidur pulas. "Bibi percaya, kamu juga memiliki takdir yang hebat, Abraham sayang! Selamat tidur,"
"Nyonya Eve?" cetus Camille dengan alis indahnya bertaut menatap Eve yang datang ke ruangannya bersama Clea. Solenne duduk di samping Camille di atas brangkar, tangannya membelai serta merapikan rambut putrinya tersebut, bibir Solenne berkata, "Sayang, kamu kehilangan banyak darah dan membutuhkan transfusi semalam. Clea dan Nyonya Eve kebetulan sedang berada di rumah sakit ini, sehingga sukarela mendonorkan darah mereka untukmu." Solenne melirik Eve yang langsung mengangguk membenarkan ucapan Bibi Camille tersebut. "Benar, Camille. Saya sedang ada pemeriksaan rutin di rumah sakit ini ditemani Clea dan sangat bersyukur tubuh saya sehat. Sehingga bisa mendonorkan darah untukmu," imbuh Eve menimpali ucapan Solenne yang mereka melakukan kebohongan tipis untuk menutupi yang sebenarnya. Solenne juga masih merasa curiga pada Clea dan Eve tetapi dia diam saja, tidak mempertanyakannya pada Pierre tentang ucapan pria itu sebelumnya yang sungguh sangat tidak masuk akal baginya. "Persediaan
Luca menarik tangan Martha dan Abraham agar pergi keluar dari ruangan perawatan, meninggalkan Camille berdua dengan Martin. Pun juga Daniel yang telah tiba membawa Dokter dan perawat bersamanya datang ke ruangan Camille, ikut keluar juga mengikuti Luca, Martha dan Abraham. "Jangan terlalu banyak bergerak dulu, ususmu semalam di potong karena pelurunya bersarang dalam usus yang membuatmu pendarahan. Untuk makanan ...belum bisa memakan makanan yang memiliki citarasa tajam ..." Dokter bertutur setelah memeriksa luka jahitan pada perut Camille, lalu mengedarkan tatapannya ke sekeliling pasiennya tersebut dan melihat piring cake serta kulit jeruk di atas meja samping brangkar. "Baik, terima kasih, Dokter," ujar Camille dengan senyum di kulum menatap perawat yang menunduk malu, cur-curi pandang padanya. Perawat yang datang bersama sang Dokter tersebut adalah perawat yang menuruti pesanan Camille akan sarapan bubur dengan daging panggang berbumbu tadi pagi. "Terima kasih, Dokter, ak
Martin tersenyum membelai wajah Camille yang merona merah. Mereka berciuman berkali-kali, mengobrol dan Martin juga menyuapkan cake yang tadi dibawa oleh Martha saat datang ke ruangan Camille. "Bibirmu berdarah lagi," celetuk Camille meraba bibir berlekuk seksi Martin dengan jempolnya. "Maaf!" tambah Camille yang dianggukin kepala dan senyum oleh Martin. "Aku bahkan tidak keberatan jika kamu gigiti seluruh tubuhku, hingga berdarah pun, tak apa," bisik Martin kembali memberikan kecupan bertubi-tubi ke atas permukaan bibir Camille dan menjilat sisa cream cake di atas bibir gadisnya itu.Kemesraan Camille dan Martin menjadi terganggu saat perawat mengetuk pintu ruangan perawatan Camille dan memberikah satu buah amplop besar ke tangan Martin dibawah anggukan kepala Camille. "Apa ini?" tanya Martin pada Camille sembari memutar dan membolak balik amplop di tangannya setelah sang perawat pergi keluar dari ruangan. "Mungkin rincian biaya rumah sakit," sahut Camille santai. Camille ingat
Eve berjalan masuk ke dalam ruangan perawatan Camille, dimana gadis muda itu masih bermanja melingkarkan kedua lengannya ke punggung Solenne. "Dia Mamamu, Sayang. Sapalah Mamamu, hem?" bisik Solenne mengetahui jika Eve telah berada di dalam ruangan, meski sedang membelakanginya. Solenne mencium puncak kepala Camille penuh kasih lalu melepaskan pelukan gadisnya tersebut untuk memberikan kesempatan pada Eve agar bisa mendekati Camille. Camille hendak turun dari brangkar, tapi Eve segera berlari menahannya. "Jangan turun! Camille ...""Nyonya Eve ...M-mama? ..." panggil Camille terbata dan sangat lirih. "Ya, Sayang. Ini Mama," Eve tidak kuasa lagi untuk menahan dirinya agar bisa memeluk tubuh Camille, putrinya yang diculik sejak bayi merah. Tangis penuh haru Eve pecah dan airmatanya berlinang membasahi wajah cantiknya yang juga berkali-kali dia berikan kecupan pada wajah Camille. Martin menyunggingkan senyum menatap Camille yang berpelukan dalam tangis haru dengan Eve juga dia mel
Setelah menjalani perawatan selama satu minggu di rumah sakit, Camille akhirnya diijinkan pulang oleh Dokter dan luka pada perutnya sudah mulai mengering. Sementara itu Jared dan Clea yang juga ditemani oleh Pierre berhasil meyakinkan Ralp, Achilleo dan semua teman-temannya untuk mencabut tuntutan mereka pada David Carle. Karena Clea juga telah memberikan ganti rugi dana sesuai dengan dana mereka yang sebelumnya hilang. "Papamu besok di bebaskan, mau datang bersama Mama dan Clea menjemputnya?" tanya Eve sambil menghenyakkan bokongnya duduk di atas pasir, samping Camille yang menatap lautan luas di depan mereka. Camille menoleh pada Eve, bibirnya tersenyum tipis. Dia sudah diceritakan oleh Eve jika David, Papa kandungnya dijebak oleh temannya sehingga di penjara. Sebenarnya Camille lebih tahu apa yang menjadi penyebab David dipenjara tetapi dia tetap mendengarkan cerita Mama kandungnya tersebut seolah baru mendengarnya. "Sepertinya ...besok saya mulai belajar design dengan Martha.
Acara makan perayaan ulangtahun Richie berjalan hangat kekeluargaan. Meskipun Eve dan Jared belum sempat datang karena kesibukan pekerjaan, anak lelaki itu tetap terlihat ceria melakukan panggilan video di pelukan Pierre yang membingkainya penuh kasih. "Tidak apa-apa, Granty. Selesaikan pekerjaan Granty dulu, nanti segera datang kalau adik Richie lahir." "Tentu, Sayang. Granty pasti datang ke sana. Nanti hadiahnya Granty kirimkan, oke?" Eve menjawab dan menatap lembut cucu lelakinya yang terlihat semakin 'dewasa' karena sebentar lagi akan memiliki adik. "Terima kasih, Granty. I love you!" Jared yang datang ke ruangan Eve, turut memberikan kecupan jauh untuk Richie bersama Eve melambaikan tangan dan panggilan video dimatikan oleh Richie. "Apakah sekarang kamu sudah senang? Granty-mu tidak bisa datang karena sibuk. Tapi segera mereka akan ada di sini begitu pekerjaan bisa ditangani untuk di pantau secara online." Clea berjalan membawa dua gelas minuman di tangannya ke arah Richie d
Pierre sudah dalam perjalanan ke rumah pantai Barcelona ketika ponselnya di atas dasbor bergetar mendapat panggilan telpon yang tersambung ke earphone pada telinganya. "Paman ..." terdengar suara anak lelaki memanggil Pierre. "Paman sudah dalam perjalanan ke sini? Sudah di mobil?" Sudut bibir Pierre refleks merekahkan senyuman manis hingga matanya menyipit. "Ya. Paman sudah di dalam mobil, Tiga puluh menit lagi sampai di rumah. Richie ingin dibelikan sesuatu? Paman akan melewati tempat jajanan kue-kue lezat ..." "Tidak! Paman cepatlah mengemudikan mobilnya! Kata Mama, sebentar lagi akan ada badai salju." anak lelaki yang dipanggil Richie oleh Pierre segera menjawab tegas juga terdengar kuatir pada nada suaranya. "Baik. Paman matikan dulu telponnya, oke?" "Oke, Paman! I love you!" Pierre segera memutuskan sambungan telponnya dari panggilan atas nama Camille tersebut setelah balas mengucapkan 'I Love You' pada Richie. Pierre mengemudikan mobilnya semakin cepat dan hati-hati, karen
"Sebenarnya Daniel mengajakku kencan ..." Clea berkata jujur seraya mengunyah potongan daging di dalam mulutnya. Gerakan tangan Pierre yang hendak menyendok soup hangat untuk Clea, langsung terhenti sejenak. Mata Pierre mengunci pandangan pada Clea, "Daniel asistennya Martin?" tanyanya sembari mengerjapkan kelopak mata menyunggingkan senyuman tipis. Clea mengangguk, "Uhm." "Daniel pria baik. Sepertinya cocok denganmu. Ku dengar, dia juga yang sebelumnya membantumu melakukan tes DNA Camille di Roma, bukan?" Pierre menyerahkan mangkuk soup ke depan Clea yang langsung diraih wanita muda itu, menyeruputnya lahap sembari memberikan anggukan sebagai tanggapan pertanyaan Pierre. "Daniel juga yang mendampingimu ketika kamu memberikan misi perampokan pada kami ..." Clea tergelak cerah melihat sinar mata bahagia di mata Pierre yang sangat jelas terlihat jika pria itu menyetujui Daniel bersama Clea. Memang tak ada cinta sebagai pria dewasa dari Pierre untuk Clea. "Aku juga sudah berkata 'y
Pierre semakin sibuk dengan pekerjaannya yang kembali mengelola Lemoncello. Pria tampan itu juga melakukan koordinasi bisnis cafe dengan Dylan, Solenne dan Christopher di Barcelona. Sebelumnya, semua urusan pasokan bahan baku untuk cafe di Barcelona, Pierre yang melakukannya. "Hari ini akan ada pasokan bahan baku, sayuran serta buah dari Toko A, besok untuk ikan segar dari Mister XX serta daging segar dari peternakan ..." "Maaf, selalu merepotkanmu, Pierre. Nanti saya akan coba menangangi dan melakukan pemesanan langsung ke orang yang biasa datang ke cafe." Dylan menyela perkataan Pierre yang menghubunginya melalui sambungan telpon. "Tak apa-apa, Paman. Pekerjaanku masih bisa dihandel oleh Luciano ..." "Pierre ..." Dylan memanggil, mendesah pelan tidak melanjutkan perkataannya. Pierre tertawa kecil, "Baiklah. Nanti aku akan pinta semua pemasok menghubungi Paman. Bagaimana kesehatan Paman dan Bibi? Ku dengar Abraham kembali ke Barcelona?"Pierre akhirnya membicarakan topik lain den
"Cammie ...ini tidak benar!"Pierre berusaha mendorong tubuh wanita yang beberapa saat lalu ia rengkuh masuk ke dalam pelukan dan lumat bibirnya penuh hasrat gairah. Clea yang dikira Camille oleh Pierre, tidak melepaskan pria itu yang ia dorong jatuh terlentang ke atas sofa. Secara sadar, Clea mengais bibir Pierre, memberikan kecupan dan hisapan pada pria yang sedang dalam pengaruh alkohol tersebut. Tiga puluh menit lalu, Pierre akhirnya sampai di kediamannya, sama sekali tidak menyadari ada sebuah mobil yang terus mengikutinya dari belakang, memastikan pria itu selamat sampai di rumah. Setibanya di dalam rumah, Pierre mengeluarkan koleksi minuman kerasnya yang biasanya ia nikmati bersama Luca. Satu-satunya sahabatnya yang ia pikir playboy namun bernasib nahas seperti dirinya karena tidak menemukan wanita yang cocok untuk menjadi pasangan. Ternyata Luca mengencani Martha yang terlanjur merasa sakit hati pada Pierre, mengira pria itu mengkhianatinya dengan Donna. Clea terus memper
Setelah pergulatan panas di atas geladak, Martin membopong tubuh lemas Camille memasuki ruangan kamar mereka. "Istirahatlah, aku ambil makanan ke bawah." bisik Martin lembut seraya memberikan kecupan ke kening Camille yang mengangguk pelan. Camille langsung bergulung dalam selimut tipis, bibirnya tersenyum membayangkan betapa nikmatnya berada dalam pelukan panas Martin sewaktu mereka bergumul di geladak. Jantung dalam rongga dada Camille kembali berdebar-debar hanya membayangkan jika dirinya sudah kembali merindu ingin disesaki batang jantan suami tampannya. "Hei, tidak istirahat, kenapa senyum-senyum sendiri?"Martin telah meletakkan nampan berisi makanan malam mereka berdua ke atas meja, lalu menghampiri Camille yang sepertinya terkejut menyadari kedatangannya. "Sudah tidak perih?" Martin bertanya sambil duduk pada tepian ranjang, menjalarkan telapak tangannya mengusap permukaan kulit perut Camille dari balik selimut. Camille meraih tangan Martin yang membelai perutnya dan memb
Seminggu sudah berlalu,Dylan, Solenne dan Christopher kembali ke Barcelona menggunakan penerbangan pribadi bersama Clea yang masih ingin bersama kedua orangtua angkat barunya sekaligus membantu menjalankan bisnis cafe mereka. Keadaan Abraham semakin membaik. Gabriel membawanya ke Palermo dan Abraham akan berada dalam pengawasan langsung dokter terbaik dari keluarga Salvatore di kediamannya. "Tandatangani surat di atas meja dan segera angkat kaki dari kediamanku!" tegas Gabriel pada Lili yang terkejut melihat suaminya pulang ke Palermo membawa seorang anak lelaki remaja. "Gabriel ...aku minta maaf ..." Lili menjatuhkan tubuhnya berlutut di kaki Gabriel. Gabriel menarik mundur kakinya, "Kau tandatangani surat itu, maka kau mendapatkan uang pesangon dariku. Jika kau menolak menandatanganinya, bearti kau tak akan mendapatkan apa-apa dariku!" "Statusmu sudah bukan lagi istriku! Richard juga bukan darah dagingku dan aku tak memiliki kewajiban untuk terus memberikan nafkah pada putramu
Achilleo dan semua rekan bisnis Ralp Spencer telah meninggalkan kediaman Spencer. Tetapi itu sama sekali tidak mengurangi kemeriahan dan sahdunya acara pernikahan Camille dengan Martin. "Selamat, Camille dan Martin."Ralp yang pertama kali mengucapkan selamat pada Camille dan Martin begitu mereka dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri oleh Pendeta. Luca dan Martha saling berpandangan melihat Ralp yang sepertinya telah menyadari kesalahannya. Tanpa Luca menyebutkan dua kali, jika Camille adalah 'adik perempuannya', Ralp sudah maju seperti seorang Ayah untuk mengucapkan selamat pada Camille. "Terima kasih, Paman ..." sahut Camille atas ucapan selamat dari Ralp. Ralp menepuk pelan punggung tangan Camille, "Luca menganggapmu adik perempuannya, jadi sungguh sangat tidak etis jika aku sebagai Papanya Luca menganggapmu tetap orang luar. Panggil aku, Papa, Camille. Karena kamu adalah putriku dan sekarang, sungguh aku sangat bahagia melihat anak-anakku menikah di sini."Dylan tersenyum
Camille ditarik oleh Martha, membawanya masuk ke lantai dua kediaman, setelah gadis muda itu menerima lamaran Martin di halaman. "Oh, kamu sangat cantik, Cammie!" puji Martha atas gaun yang baru dia bantu pakaikan ke tubuh Camille, mengganti gaun gadis muda tersebut sebelumnya. "Terima kasih, Martha. Tapi gaunmu lah yang indah. Kamu memang perancang busana berbakat!" Camille balas memuji dan meneliti gaun pengantin pada tubuhnya dengan tatapan berbinar kagum. Luciano dan Eve melakukan touch up untuk riasan Camille yang sebelumnya Luciano sudah mendandani gadis muda mereka tersebut sebelum datang ke kediaman Spencer. "Nyonya Eve, sepertinya aku sudah mendapatkan model untuk rancangan gaun-gaunku." Martha berkata melirik Eve yang tersenyum mengangguk samar. "Apakah kamu mau menjadi model, Cammie?" Luciano bertanya setelah ia memulas bibir Camille dengan lipstik berwarna pink muda. Tak ada yang menduga jika pria iseng, sering berperan menjadi sopir di kelompok Libra tersebut dalam