Clea sudah tiba di cafe Lemoncello saat Camille baru saja masuk. "Hai, selamat pagi dan selamat datang," sapa Clea tersenyum ceria menyambut Camille. Camille membalas sapaan Clea dengan senyum yang tidak kalah lebarnya. Luca memperhatikan interaksi Clea dan Camille yang terlihat sangat mirip saat kedua gadis itu tertawa."Kalian berdua terlihat sangat mirip," cetus Luca saat Camille dan Clea menghampirinya di meja bartender. "Oh ya?" Camille mendudukkan bokongnya pada kursi tinggi di depan meja Luca, menggedikkan kedua alisnya naik turun sebagai tanggapannya atas ucapan Luca. "Boleh aku memanggilmu, Kakak?" Clea bertanya yang membuat Camille menoleh cepat menatapnya. "Aku punya saudara laki-laki berusia sepuluh tahun dan dia tidak pernah memanggilku kakak. Jadi, cukup panggil saja namaku dan aku belum terlalu tua untuk dipanggil kakak olehmu," sahut Camille seraya tersenyum manis pada Clea dan mengedipkan matanya pada Luca yang tertawa kecil mendengar ucapannya.Clea mengangguk
Martin benar-benar datang lebih cepat menjemput Camille pulang kerja dari biasanya. "Ada yang harus ku selesaikan malam ini. Tidurlah cepat!" ucap Martin begitu dia telah sampai di depan ruko tempat tinggal Camille. Meskipun bingung melihat Martin yang tidak seperti biasanya, Camille menurut tanpa bertanya, lalu membuka pintu mobil untuk turun. "Cammie ..." Martin kembali merengkuh lengan Camille dan menarik gadisnya itu mendekat ke arahnya untuk dia lumat bibirnya. "Aku mencintaimu, Cammie!" bisik Martin setelah melepaskan tautan bibirnya dari Camille. Camille mengangguk tanpa menjawab tetapi bibirnya tersenyum tipis. "Cepatlah kembali dan selesaikan pekerjaanmu!" ucap Camille yang sebenarnya sedikit sungkan melihat Martin yang terus menjemputnya pulang kerja, padahal pria itu juga sedang sibuk bekerja. -- "Hai, apa yang kamu lakukan di sini?" sapa Daniel saat melihat Clea mengenakan pakaian pelayan dan sedang mengantarkan kopi pesanannya. Daniel sengaja mampir untuk s
"Frederick?" ulang Camille seraya menautkan kedua alis indahnya menatap Pierre. "Pria yang baru saja mengantarmu," cetus Pierre, menatap lekat ke dalam mata hitam bening Camille. "Oh, aku tidak mengenalnya! Tadi Bibiku tidak enak badan sehingga aku ijin pulang pada Luca. Tapi sesampainya di rumah, pria yang tadi kebetulan sedang berada di warung dan mau membantu Bibi membelikan obat di apotik. Lalu dia ngotot mengantarkanku ke sini dan kembali lagi membawa obat untuk Bibi," dalih Camille tiba-tiba lancar, yang sebenarnya dia sangat tidak enak hati telah membohongi pria sebaik Pierre. "Kamu bisa ambil libur jika memang Bibimu sedang sakit, Cammie. Pergilah pulang dan rawat Bibimu. Ohya, mengenai Abraham, apakah dia baik-baik aja? Vitaminnya masih rutin dia minum? Jika tinggal sedikit, kamu bisa menghubungi Dokter Elma, hem?" "Terima kasih, Bos! Semuanya baik-baik aja. Tensi Bibiku hanya sedikit rendah tadi, Abraham juga sudah semakin membaik. Terima kasih, tapi bolehkah aku libu
Dylan menyewa sebuah mobil untuk mereka pergi jalan-jalan sekeluarga ke sebuah perkebunan lemon yang ada di Corso. Camille tidak pernah menduga jika perkebunan tempatnya bersenang-senang bersama keluarganya tersebut juga merupakan salah satu aset Martin. "Cammie, kamu harus cobain es cream kulit jeruk ini, enak deh!" Abraham bergegas datang membawa dua cone es cream ke tempat Camille sedang duduk istirahat bersama Solenne. Sementara Dylan membawa es cream untuk Solenne. Solenne memiliki tubuh yang tambun dan dia harus banyak istirahat jika banyak berjalan kaki. Bibi kesayangan Camille itu menolak kursi roda yang ditawarkan anak gadisnya. Dylan juga tidak keberatan jika mereka berhenti di beberapa spot dalam perkebunan tersebut untuk beristirahat sambil berphoto atau membuat video menggunakan ponsel Camille yang dia sengaja matikan internetnya agar tahan batrai. "Es cream kulit jeruk?" ulang Camille sembari menaikkan satu alisnya ke atas. Abraham menyodorkan, menyuapkan Cami
"Hallo, Young Lady," sapa Christopher pada Camille saat gadis muda itu berjalan masuk ke dalam markas Libra. "Christopher?!" "Sudah ku duga, kamu tidak mengenaliku saat di Furore," cetus Christopher sambil tertawa. Camille menaikkan alisnya menatap intens pada Christopher yang sebelumnya adalah rekan misi Dylan, Pamannya. "Aku adalah sopir truk sayur ..." "Achhhh ...ya, aku ingat! Pantas senyummu sangat familiar bagiku. Well, sejak kapan?" Camille terbahak, mengangguk cepat sambil menatap mata pria dewasa yang masih single di depannya tersebut. "Sebenarnya dari dulu, aku dan Pierre sudah saling berhubungan. Tapi, sejak dirimu menjadi anggota kelompok Libra, Pamanmu juga menghubungiku agar bergabung dengan Pierre untuk melindungimu," Christopher menjawab dengan ceria seraya mengedipkan sebelah matanya genit pada Camille yang tertawa renyah. "Kamu baru sampai? Kalian sudah saling mengenal?" sapa Pierre mendekat dan tidak lupa telapak tangannya naik untuk membelai puncak kep
"Oh, Tuhan! Apa yang kalian lakukan?" seru Dokter Elma saat melihat beberapa kantung uang di bawa masuk ke dalam rumahnya dari bagasi mobil Pierre. "Anda punya ruangan rahasia 'kan, Dokter? Sembunyikan dulu semua ini dalam ruang rahasia Anda. Nanti kami akan mengambilnya kembali." ucap Pierre santai sedangkan Luca memalingkan wajahnya dari memandangi Dokter Elma. Dokter Elma tidak menyadari jika gaun tidurnya sangat transparan dan di depannya saat ini ada dua pria dewasa yang tampan juga sangat normal. Dokter Elma hanya bisa mengangguk tidak berdaya menanggapi ucapan Pierre. Lalu dia menekan sisi samping lemari buku di ruangan tengah rumahnya dan terbukalah sebuah pintu masuk ke ruangan rahasia yang sebenarnya hanya dijadikan gudang oleh Dokter Elma. "Luciano akan menghubungi Anda. Maaf sudah menganggu, permisi," ucap Pierre setelah dia memasukkan semua kantung uang ke dalam ruangan rahasia Dokter Elma. "Bagaimana kamu tahu ada ruangan rahasia di rumah Dokter Elma?" celetuk Lu
Clea sangat terkejut setelah menerima panggilan telpon dari Mamanya yang menyebutkan Papanya di jebak dalam bisnis pencucian uang. Eve juga memberitahu Clea jika Perusahaan asuransi milik Papanya di bobol oleh pencuri yang sangat mereka yakini adalah kelompok pencuri terlatih. Clea yang meminta misi pembobolan brangkas di gedung asuransi pada kelompok Libra agar memotong 'tangan kotor' Papanya. tetapi dia tidak pernah memberikan perintah untuk menjebak David, Papa kandungnya sendiri. Bagaimanapun jeleknya perbuatan David, dia tetaplah Papa kandung yang dicintai oleh Mama Clea. "Pulanglah, Clea ...Mama butuh kamu di sini. Biarkan bank dan perusahaan di Sorrento dikelola oleh Alama," Clea masih terngiang ucapan Mamanya di sambungan telpon tadi. "Ada apa? Wajahmu sedikit pucat," Luca bertanya saat Clea yang berada di depan meja bartendernya untuk mengambil pesanan dan mengantarkannya ke meja pelanggan. "Tidak apa-apa, semalam ada banyak tugas. Aku tidur sudah dinihari dan juga
"Apa yang kau lakukan? Kenapa Cammie ditangkap polisi?" seru Clea tertahan di sela-sela giginya menghubungi Daniel melalui sambungan telpon. Luca mendengarkan pembicaraan Clea, matanya menggelap dan rahangnya mengeras, bibirnya menyeringai sinis menyimak pembicaraan gadis itu di sambungan telpon. Begitu Clea telah memutuskan sambungan telponnya dan barjalan masuk ke dalam cafe dari tempat dia sembunyi di balik tembok, Luca langsung menarik lengan gadis muda itu. "Sudah ku duga, kau punya rencana tersembunyi dengan bekerja di cafe ini Clea Carle!" dengkus Luca menyebut nama lengkap Clea. "Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk menjebak Cammie? Tidakkah tindakanmu sedikit tidak tau diri, memanfaatkan kebaikan Cammie padamu?" Clea terperanjat diberondong pertanyaan yang menyudutkannya dan Luca sudah menariknya ke balik meja bartender yang tinggi. "Katakan, kenapa kau diam, Clea Carle?" ulang Luca menatap tajam mata Clea. Clea menarik napas panjang, tidak ada lagi alasan baginy