Share

4.

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-19 11:04:15

Aku menatap lesu Lista yang datang bertamu disaat yang tak tepat. Aku sedikit kehilangan semangat setelah membaca isi singkat tulisan tangan mas Tala di secarik kertas tadi. 

Aku tidak ingin Lista mengetahui raut wajah sedihku. Mencoba berusaha tegar aku memaksakan senyum untuk sahabatku ini. 

"Jangan membohongiku, Lana." kata Lista menatapku kesal. 

"Ah, aku ketahuan," sahutku masih dengan senyuman yang menghiasi wajahku. 

"Kau tidak bisa membohongiku, Lan. Kita sudah bersahabat sejak lama, jelas diantara kita berdua tak ada yang bisa berbohong satu sama lain." aku mengangguk seraya mengigit bibir bawahku pelan.

"Jadi, katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Lista terlihat sedikit menuntut jawaban. 

Aku menarik nafas sesaat seraya menggelengkan kepala, "tidak ada yang terjadi, Lis. Semuanya baik-baik saja."

"Lana!" tegur Lista memanggil namaku, "sudah ku katakan bahwa kau tidak bisa membohongiku."

"Lalu apa yang harus aku katakan padamu jika ternyata—" pernikahan ini tidak baik-baik saja, Lis. sambungku dalam hati. 

"Jika ternyata apa?" Lista tampak tak sabar menunggu kelanjutan ucapanku yang menggantung.

Aku tersenyum masam dan menggelengkan kepala lagi. "Menurutmu bagaimana?"

"Kau tidak bahagia," tebak Lista begitu tepat. "Pernikahan ini menyakitimu, kau merasa sangat tersiksa hidup menjalani bahtera rumah tangga yang tak sehat. Katakan, apakah ucapanku salah?"

"Ya, kau salah. Semua yang kau katakan tidaklah benar."

"Berhentilah berbohong dan ceritakan semuanya padaku, Lana!" Lista terlihat sangat emosi setelah mendengar ucapanku tadi. 

"Berhentilah menyakiti perasaanmu sendiri Lana, sudahi semuanya ini jika kau merasa tak sanggup lagi."

"Tidak!" jeritku menolak, aku tidak akan menyerah dan tetap akan terus bertahan. 

Tatapan kesal Lista perlahan berangsur berkurang dan kini terganti dengan tatapan mengibah untukku. "Kau tau, yang kau lakukan ini adalah suatu kebodohan." 

"Kau terlalu bodoh untuk tetap ingin mempertahankan pernikahan ini. Sebenarnya, apa sih yang kau harapkan dari pernikahan yang dilandasi perjodohan?"

"Kebahagiaan," sahutku singkat. 

"Dan kau merasa bahagia?"

Aku menggeleng, "suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti aku pasti akan bahagia bersama masa Tala."

"Astaga, Lana! Kenapa kau sangat mengharapkan kebahagiaan dari pria itu sih?"

"Lista, cukup! Mas Tala itu suamiku, tentu saja aku berharap penuh padanya. Menginginkan pernikahan yang langgeng dan bahagia bersamanya, apa salahnya aku selalu mengharapkan itu, hmm?" 

Kedua mata Lista tampak berkaca-kaca sampai seperti kedua mataku. "Kau tidak salah, Lana. Hanya saja aku merasa bahwa kau ini terlalu bodoh. Kau tidak tau kan bahwa Tala bahkan selingkuh darimu."

"Ya, aku bodoh, Lis. Sangat bodoh!" kataku terisak. 

"Astaga, Lana!" Lista pindah tempat duduk dan melangkah mendekatiku. Aku merasakan nyaman dalam dekapannya kini yang merengkuh tubuhku erat. Pelukan hangat antara persahabatan, ah, Lista memang yang paling mengerti diriku. 

"Maafkan aku, Lana." bisik Lista di telingaku, "aku mengatakan ini mungkin karena aku melihatmu bahagia. Sungguh, aku ikut bersedih melihatmu seperti ini."

Aku mengangguk, "ku harap kau tidak mengatakan apa-apa pada kedua orang tuaku." pintaku pada Lista yang hanya diam tak menjawab. Namun ku artikan itu sebagai persetujuan darinya, karena aku yakin tak mungkin Lista berani mengadukan tentang pernikahan burukku ini pada ayah dan ibu.

****

Sore hari setelah Lista pulang aku langsung beres-beres, kebetulan tadi rumah sangat berantakan karena banyak hal yang aku dan Lista lakukan selain mengobrol. Kami memasak bersama di dapur ketika lapar mendera, aku menghabiskan semua bahan makanan yang ada di lemari pendingin ketika aku teringat akan pesan mas Tala di secarik kertas tadi. Bukannya dia menyuruhku untuk tidak memasak lagi? Jadi baiklah, mulai sekarang aku tidak akan memasak lagi. 

Lista sempat tercengang saat melihatku menghabiskan seluruh bahan makanan hingga membuat kulkas ku kosong melompong. Lista bahkan sempat bertanya apakah semua makanannya akan habis? Dengan enteng aku menjawab pasti habis. 

Saking asyiknya menikmati kebersamaan kami sampai lupa waktu. Lista teringat bahwa ia ada janji pertemuan nanti malam dengan seseorang. Saat aku tanya siapa sambil bersiul menggodanya, Lista hanya menjawab rahasia sambil tersenyum malu-malu. 

Sebelum pamit pergi Lista sempat mengajakku untuk sekali-sekali keluar jalan-jalan bersamanya seperti waktu masih gadis dulu. Aku tersenyum sumringah kala mengingat kembali momen-momen kebersamaan kami berdua dulu. 

Dua gadis yang selalu heboh dimanapun, bercerita sepanjang hari tanpa kenal lelah. Bercanda dan tertawa riang seakan dunia milik persahabatan kami berdua.

Ah, rasanya aku sangat rindu sekali masa-masa itu. batinku membuncah gembira setelah bertemu dengan Lista. 

Ku lirik jam dinding yang tanpa terasa kini sudah menunjukkan pukul tujuh malam, yang itu artinya sebentar lagi mas Tala akan pulang. 

Setelah selesai membersihkan semua yang kotor dan rumah menjadi bersih. Aku memutuskan untuk langsung masuk ke kamar, lalu mandi membersihkan tubuhku yang terasa lengket karena keringat dan juga sudah mengeluarkan bau asam yang menyengat. 

Selesai mandi aku langsung mengambil daster rumahan bermotif bunga-bunga yang memang sering kj gunakan saat di dalam rumah. Aku merasa nyaman memakai pakaian seperti ini saat di rumah, lain hal saat akan berpergian keluar rumah. 

Di dalam kamarku yang cukup luas ini aku banyak menyimpan berbagai macam benda. Mulai dari buku-buku novel, komik, resep masakan dan lainnya. Kebetulan aku memang sangat suka membaca, bahkan saking asyiknya baca sampai lupa waktu. Saat fokus membaca aku bahkan bisa menghabiskan waktu sampai berjam-jam.

Aku mengambil satu buku novel yang baru aku beli kemarin lewat salah satu situs belanja online terlaris yang banyak di gemari oleh khalayak ramai. Alasannya selain hemat ongkir aku juga tak perlu repot untuk keluar rumah membeli barang apapun yang aku inginkan. 

Buku novel yang saat ini ku baca bergenre dewasa romantis, karya salah satu penulis favoritku. Sudah banyak aku mengoleksi semua buku novel hasil karyanya. 

Sedikit panas dingin ku rasakan ketika membaca di halaman sekian yang berisi adegan sedikit errr. Pipiku memanas saat membaca kata tiap katanya, sambil membaca pikiranku sedikit berkelana membayangkan seandainya saja adegan itu dapat ku rasakan nyata. 

Oh, ya ampun, pikiranku melanglang jauh sampai menjurus mesum begini. Sejenak aku menghentikan aktivitas membacaku, beranjak turun dari ranjang dan melangkah ke dalam kamar mandi. Tiba-tiba saja perutku mendadak mulas, tanda panggilan alam yang meminta untuk segera di tuntaskan.

Setelah selesai buang air besar aku kembali berbaring di ranjang, ku putuskan untuk langsung tidur saja dan kembali menyambung baca buku novel besok lagi. 

Ku harap mimpi indah segera menyambutku dan membawaku berlayar jauh. Dan ku harap juga esok aku tak merasakan lagi kesedihan seperti yang sudah-sudah. 

Baiklah, mulai besok aku akan menjalani hari-hari baru sesuai permintaan mas Tala. Ya, harus! 


Bab terkait

  • Penantian seorang istri   5.

    Pagi ini aku bangun seperti biasa, setelah mandi aku langsung berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Bedanya dimulai hari ini aku hanya membuat sarapan untuk diriku sendiri.Sedikit memekik saat membuka lemari pendingin aku baru sadar kalau isi di dalamnya sudah ludes tak bersisa. Ah iya, aku dan Lista sudah menghabiskannya kemarin.Bingung ingin sarapan apa akhirnya aku memutuskan untuk membuat mie goreng saja, kebetulan masih ada stok beberapa bungkus mie instan yang aku beli minggu lalu. Cukup butuh waktu beberapa menit saja untuk mengolah mie goreng dan selesai.Menaruhnya ke dalam piring dan langsung saja untuk mengeksekusinya, biar lebih mantap aku juga membuat kopi susu panas untuk teman makan mie.Saat asyiknya menikmati sarapan aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Sedikit mendengkus aku mencoba untuk mengabaikannya, itu pasti mas Tala."Sedang apa kau disini?" pertanyaan lantan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • Penantian seorang istri   6.

    Aku segera menepiskan cekalan tangan mas Tala. "Apa, Mas? Mama dan Papa mau datang menginap disini?""Ya, dan mereka sudah dijalan menuju kemarin." sahut mas Tala, "aku syok mendengarnya saat Papa menghubungiku. Karena itulah aku pulang cepat untuk langsung mengatakannya padamu.""Kemana saja kau ini sebenarnya, huh? Nomor ponsel tidak aktif, apa kau tidak tahu betapa paniknya aku hanya untuk menyampaikan berita tentang ini?" ucap mas Tala berang.Aku terperangah mendengarnya, mas Tala panik tapi bukan padaku melainkan karena tak bisa menyampaikan pesan jika orang tuanya akan datang menginap di rumah kami."Maaf, ponselku mati Mas. Kehabisan baterainya sepertinya," tukasku menjelaskan agar mas Tala tak salah paham.Mas Tala mengibaskan sebelah tangannya, "lupakan. Itu tidak penting sekarang ini, yang terpenting saat ini adalah kita harus membereskan semua kekacauan yang terjadi."

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Penantian seorang istri   7.

    Niat hati ini ingin egois namun kenyataannya aku tidak bisa, bagaimanapun juga aku menyayangi mertuaku. Aku sudah menganggap mereka seperti orang tuaku sendiri, ya tentu saja.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lewat dua puluh menit ketika mertuaku sampai di rumah. Aku dan mas Tala menyambut mereka dengan suka cita.Setelah menyalami dan memeluk mama dan papa, aku mengajak mereka untuk segera masuk ke dalam."Waah, rumah kalian nyaman banget nak." ucap mama yang saat ini sebelah tangannya tengah memeluk pinggangku dari samping. Kami berjalan beriringan dengan mama di sampingku, dan papa di samping mas Tala."Iya, benar kata Mama. Nyaman," sambung papa menimpali.Aku tersenyum mendengarnya dan sedikit tertegun saat mataku tak sengaja melihat mas Tala juga ikut tersenyum. Astaga, baru kali ini aku melihatnya tersenyum dan tampak sangat tulus. Hmm, sepertinya."Mama

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Penantian seorang istri   8.

    Pagi ini kami semua sarapan lewatdelivery onlinelagi. Mas Tala memesankan nasi uduk paling enak langganannya yang sering dia santap tiap pagi. Aku hampir cemas setengah mati saat mas Tala mengatakan itu dengan entengnya, syukurlah mama dan papa tidak mempertanyakan kata 'langganan' yang diucapkan mas Tala tadi.Dan rencananya siang ini mas Tala ingin mengajakku berbelanja bahan makanan untuk stok persediaan di lemari pendingin kami yang saat ini kosong melompong.Setelah pamit pada mama dan papa, kami langsung memutuskan pergi. Butuh waktu cukup lama untuk sampai di pusat perbelanjaan karena tadi kami sempat mengalami macet yang lumayan panjang. Seluruh kesabaran kami hampir terkuras sepenuhnya disana."Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya mas Tala yang sepertinya risih saat aku terus melihat ke arahnya."Mas tidak bekerja?" tanyaku sehati-hati mungkin agar tak menyinggung per

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Penantian seorang istri   9.

    Tak terasa sudah seminggu juga mertuaku tinggal dan menginap disini. Dan selama seminggu ini pula mas Tala tampak gelisah, bahkan mulutnya sering kali mengeluarkan decakan sebal.Kadang aku menjadi bingung dan berpikir keras. Hal apa yang tengah mengganggu pikiran mas Tala sampai merasa resah begini.Timbul sebersit pemikiran negatif padanya, apakah mas Tala tidak suka dengan kehadiran Mama dan papa? Yang notabenenya adalah orangtua kandungnya sendiri. Ah, tapi tidak mungkin. Aku menggelengkan kepala kuat menepiskan pemikiran buruk itu."Mas," aku terkesiap dan langsung memanggil mas Tala kala melihat ia melempar ponselnya ke atas ranjang."Ada apa?" dengan berani dan sangat lantang aku bertanya seraya menyentuh pelan sebelah bahunya.Mas Tala menepiskan tanganku kuat dan sedikit melangkah jauh dariku. Aku mengerjap beberapa kali melihat tingkah mas Tala."Maaf."

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Penantian seorang istri   10.

    Aku memekik bahkan nyaris menjerit saking takutnya pada kegelapan, berusaha berjalan dengan baik dengan cara meraba-raba. Namun tanganku menyentuh sesuatu yang bidang dan terasa keras, seperti ... dada pria?"Mas Tala?" panggilku.Ah, aku hampir lupa jika ini kamar mas Tala. Tentu saja dia ada disini."Ssstt, iya ini aku, Lana." sahut mas Tala membuatku lega. Namun tidak denganku yang merasa sesak dan pengap akibat keadaan gelap gulita seperti ini."Kenapa kamu menjerit?" tanya mas Tala menyentuh tanganku yang masih setia bertengger di depan dadanya.Aku tersentak dan berusaha menarik tanganku namun mas Tala mencegahnya. Alhasil aku tidak jadi berhasil menarik tanganku dari dadanya."Mas, aku takut gelap." cicitku dengan suara berbisik."Sebentar.""Mau kemana?" tanyaku panik seraya menahan tubuh mas Tala agar tak beranjak dari tempatnya.Sungguh, aku sangat takut."Aku mau mengambil lilin dulu, Lana." katanya memberitahu m

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Penantian seorang istri   11.

    "M-mau yang rasa apa, Mas?" tanyaku gugup dan terbata.Sungguh, aku masih merasa tidak percaya kalau mas Tala memintaku untuk membuatkannya mie kuah instan juga."Sama kayak kamu aja.""Yang ini?" aku menunjukkan bungkus mie instan rasa kari pada mas Tala."Yang itu rasa apa?" mas Tala menunjuk bungkus mie instan yang satu lagi."Soto.""Kamu suka yang rasa apa?""Hah? Aku?" Mas Tala mengangguk."Keduanya aku suka Mas," sahutku jujur."Ya sudah, buat saja keduanya. Kebetulan aku juga suka semua rasa mie instan." kata mas Tala yang kemudian beranjak melangkah ke meja makan."Aku nunggu disini ya," mas Tala menarik salah satu kursi meja makan dan duduk disana sembari menatapku.Aku langsung memalingkan wajah dan mulai fokus memasak dua bungkus mie instan dengan rasa berbeda ini. Walaupun sejujurnya aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Penantian seorang istri   12.

    "Loh, Mas mau kemana?" tanyaku terhenyak kaget saat keluar kamar dan menemukan mas Tala yang sepertinya juga baru keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi."Pergi." sahut mas Tala singkat dan terkesan datar.Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat tak berani bertanya lagi, dan mas Tala berlalu pergi begitu saja tanpa mempedulikanku.Aku meringis melihat perubahan sikap mas Tala yang kembali dingin, ia tak penasaran dan tak bertanya kemana aku akan pergi? Jangankan itu, mas Tala bahkan tak melihat penampilanku saat ini yang berbeda dari sebelumnya.Apa aku tidak terlihat menarik dimatanya? pikirku bertanya-tanya.Aku jadi tidak berminat untuk pergi dan ingin mengurungkan saja niat itu, tetapi lagi-lagi gagal karena Lista yang terus mengirimkan pesan memaksa diriku untuk datang.Aku menghela nafas kasar dan mengirimkan pesan pada Lista.Sebenarnya ada hal menarik apa si

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07

Bab terbaru

  • Penantian seorang istri   42.

    Part Bonus.Beberapa bulan kemudian...."Kok bisa samaan gini?!" pekik Lista merasa takjub dan bersyukur atas kehamilannya dan kehamilan Lana yang bersamaan."Iya nih, kita hamilnya samaan. Kamu lima bulan juga kan?"Lista mengangguk, "wih, keren!""Kira-kira kita hamilnya samaan juga gak ya?""Hehe, semoga aja sama. Biar anak kita jadi kayak anak kembar gitu." ucap Lista penuh harap."Iya, biar seperti Davira dan Cavia. Asyikk!""Davira anaknya Airaa, dan Cavia anaknya Kia kan?" tebak Lista mengingat keluarga Wicaksana dan Atmadja yang merupakan salah satu rekan bisnis Tala dan juga Javis."Ya, benar!" sahut Lana menganggukkan kepala."Wah, semoga saja bisa sama seperti mereka ya." kata Lista sembari mengelus perutnya yang sudah terlihat mulai membuncit."Aminn," timpal Lana ikut mengusap dan mengelus perutnya yang terlihat lebih besar buncitnya ketimbang p

  • Penantian seorang istri   41.

    "Apa?!" kaget Tala dan Lana bersamaan saat mendengar satu pengakuan mengejutkan dari Lista dan juga Javis.Bagaimana tidak terkejut?Jika tiba-tiba secara mendadak keduanya mengatakan akan segera menikah. Sontak saja sepasang suami tersebut kaget luar biasa. Pasalnya selama ini Lista selalu menunjukkan sikap tidak suka pada Javis, jadi kaget saja jika sekarang justru wanita ini terlihat antusias mengatakannya."Kalian bercanda ya?" tanya Lana meragu.Lista menggeleng, "tidak, kami serius.""Ya, kami berdua serius mau menikah." kata Javis menimpali."Wow!" takjub Tala bertepuk tangan pelan, "ini kejutan yang sangat luar biasa. Selamat ya untuk kalian berdua.""Thanks, bro!" Javis menepuk pelan bahu Tala."Oke, jadi kapan hari baiknya akan tiba?""Secepatnya!" sahut Javis mantap menjawab pertanyaan Tala."Baikla

  • Penantian seorang istri   40.

    "Javis, kenapa kamu bawa dia kesini?" tanya Lana histeris."Lana, aku-""Enggak, pergi kamu!" sergah Lana memotong ucapan Tala yang melangkah mendekatinya."Sayang, tolong dengerin aku dulu.""Enggak! Aku gak mau, jadi tolong kamu pergi Mas!""Gak bisa. Aku gak akan pergi, karena aku gak bisa hidup tanpa kamu. Sebab tujuanku kemari ya karena aku mau jemput kamu.""Mimpi aja kamu! Sampai kapanpun aku gak akan mau ikut kamu. Dasar berengsek! Pembohong ulung, aku benci sama kamu!" tukas Lana membuat Tala sedih dan merana mendengarnya. Apalagi kalimat terakhir yang Lana katakan, sungguh membuat tubuh Tala seakan mati rasa."Lana, tolong jangan egois. Izinkan kami masuk lebih dulu, karena ada sesuatu hal penting yang ingin kami katakan padamu." kata Javis merasa iba melihat Tala."Sesuatu hal penting apa?" tanya Lana terlihat penasaran.

  • Penantian seorang istri   39.

    Setelah berjuang susah payah meyakinkan Lista untuk menyetujui kesepakatan mereka. Akhirnya disinilah Javis, mengadakan janjian pertemuan dengan Tala di tempat ini.Cafe yang terletak di pusat kota sepertinya cocok untuk pertemuan kali ini. Sekitar lima belas menitan sudah Javis berada di sana menunggu kehadiran Tala sembari menikmati minumannya.Icecappucinomasih tetap yang menjadi favoritnya.Dan ternyata menunggu masihlah tetap menjadi sesuatu yang membuat jenuh sekaligus bosan. Untuk menghilangkan kebosanannya Javis memilih sibuk dengan ponselnya.Javis melakukan panggilan suara ke nomor Lista yang sudah lama ia beri namamy wife. Mungkin terlihat gila, karena belum menikah tapi sudah berani memberi nama itu.Tapi bagi Javis gak masalah. Lagian apalah arti sebuah nama yang ia berikan untuk sebuah nomor ponsel. Javis bahkan tak menghiraukan protesan Lista yan

  • Penantian seorang istri   38.

    Dengan lembut dan penuh kehati-hatian Lista menyelimuti tubuh Lana yang baru tertidur setelah tadi tergugu menangisi Tala. Ia sentuh dan belai kepala serta rambut Lana dengan sangat lembut, seperti sentuhan seorang ibu kepada anaknya.Jujur, Lista sangat sedih dan menyayangkan nasib Lana. Dalam hati Lista berdoa semoga saja hal baik datang dalam hidup sahabatnya. Dan semoga apapun masalah yang saat ini tengah Lana hadapi cepat selesai."Apa?!" tanya Lista ketus saat ia melirik Javis yang ternyata tengah menatapnya intens.Javis menggeleng, "gak ada apa-apa.""Beneran gak ada apa-apa?" Javis mengangguk."Tapi kok wajah kamu terlihat kayak lagi banyak pikiran gitu?" goda Lista terkikik geli melihat wajah frustasi Javis.Javis menelan ludah dan menggigit bibirnya pelan. Merasa takut ingin mengungkapkan sesuatu yang ingin dia sampaikan pada Lista."Kenapa, sih?!" tan

  • Penantian seorang istri   37.

    Javis bergegas membuka pintu ketika terdengar berulang kali suara bel rumah yang terus berbunyi.Klek!Javis terkejut menatap seseorang yang datang ke rumahnya malam-malam begini. Begitupun orang tersebut yang juga sama terkejutnya saat melihat sosok Javis.Tala? batin Javis syok.Pastilah pria ini datang mencari Lana. Huh, sungguh dugaan yang tepat dan akurat."Kamu... bukannya pria yang waktu itu ada di club kan?" tebak Tala yang masih mengingat kejadian di club dulu. "Yang bermesraan dengan istri saya. Kamu kekasihnya Lana, bukan?"Buru-buru Javis menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan! Tala—""Loh, kamu tau nama saya?" sela Tala kaget ketika namanya disebut.Javis merasa pusing dan bingung ingin mulai bicara dan menjelaskannya dari mana."Siapa yang datang Jav?!" jerit Lista disusul suara langkah kaki mendekat.

  • Penantian seorang istri   36.

    Lista menggeram kesal dengan wajah memerah, sejak tadi ia sudah berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak. Namun, sial! Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak marah setelah mendengar penjelasan Lana hingga sampai terdampar balik ke rumahnya lagi."Berengsek!" kata-kata itu terus keluar dari mulut Lista tiada henti.Brakkk!Javis bergidik ngerih melihat Lista yang marah, kini meja makan di jadikan wanita itu sebagai pelampiasan dari kemarahannya."Benar kan yang aku bilang, Lan? Ini nih yang aku takutin ketika kamu bilang ingin percaya pada kata-kata Tala. Dan, memulai semuanya dari awal kembali untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Omong kosong!" kata Lista yang tak bisa menahan kebenciannya pada Tala.Pria yang katanya ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tapi apa? Nyatanya pria itu malah kembali menyakiti sahabatnya, Lana."Seharusnya kam—""

  • Penantian seorang istri   35.

    "Lana, tunggu!" jerit Tala yang telah berhasil mengejar Lana dan kini mencengkeram pergelangan tangannya."Kamu jangan langsung ambil kesimpulan secara mendadak begini dong!" lanjut Tala tak suka akan tindakan Lana yang marah dan ingin pergi dari rumah ini.Lana menyentak tangan Tala kuat dan terlepas. "Mengambil kesimpulan secara mendadak Mas bilang?" Lana tersenyum geli mendengarnya, "Mas ini sadar gak sih? Bahwa Mas udah bikin aku kecewa untuk yang kedua kalinya!""Dan, wow! Hebat ya Mas bisa sampai bikin Sally hamil." Lana bertepuk tangan pelan. "Aku salut sama kalian berdua, terima kasih Mas."Lana kembali melangkah melewati Tala yang hanya dapat terdiam di tempatnya. Ia bingung kenapa semuanya tiba-tiba jadi kayak gini."Lana, aku bisa jelasin semuanya!" jerit Tala kembali berusaha mengejar Lana yang kini tengah memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper."Stop, Lan!" Tala

  • Penantian seorang istri   34.

    Ting tong....Bunyi bel rumah terdengar nyaring ketika Tala dan Lana tengah menikmati sarapan. Keduanya saling bertatapan, seolah dalam tatapan mereka saling melempar tanya 'siapa tamu yang datang sepagi ini.'"Biar aku saja yang buka, Mas." kata Lana bangkit berdiri dan segera melangkah untuk membukakan pintu buat sang tamu tersebut.Tubuh Lana menegang kaku dengan tatapan horor saat pintu terbuka dan melihat siapa tamu yang datang tersebut ternyata ...."Hai, Tala ada di rumah?" sapa Sally seadanya dan tanpa merasa malu langsung menanyakan keberadaan Tala.Lana melongo tak percaya mendengarnya, wanita di depannya ini sungguh tak tau malu sekali datang ke rumah ini hanya untuk menanyakan suaminya."Hei, ada gak sih Tala di rumah?" tanya Sally lagi merasa kesal karena Lana hanya diam dan terkesan tak mengacuhkannya."Ada apa ya memangnya cari suami saya?" Lana be

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status