Home / Fantasi / Penakluk Sihir Iblis / Lampion Kupu-kupu Biru

Share

Lampion Kupu-kupu Biru

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2025-02-24 07:00:35

Yue Tiānyin melirik meja di sebelahnya. Ia baru saja selesai bermeditasi ketika seorang murid yunior mengantarkan makanan, teh, serta beberapa perlengkapan lainnya. Semua diletakkan rapi di atas meja di samping tempatnya bermeditasi. Namun, dari sekian banyak hal yang ada di sana, pandangan Tiānyin hanya tertuju pada satu benda yang tampak mencolok.

Matanya menyipit. "Lampion?" gumamnya pelan, keningnya berkerut. Mengapa ada lampion di antara menu sarapan paginya?

Dengan gerakan tenang, ia turun dari tempat tidurnya. Cahaya lembut pagi menembus kisi-kisi jendela, menerpa wajahnya yang selalu tampak tenang namun tak pernah kehilangan pesona. Ia mendekati meja, tatapannya tertuju pada lampion yang diletakkan tepat di tengah, dikelilingi oleh nampan berisi hidangan, teko teh, cangkir porselen berwarna giok, serta dupa beraroma cendana hitam yang masih mengepulkan asap tipis. Sebuah lilin kecil di sudut meja telah padam, menyisakan sedikit jejak lelehan lilin di duduka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Penakluk Sihir Iblis    Bersenang-senang Di Kota Yúnhǎi

    Ling Qingyu mengendap-endap di sepanjang koridor Yè Jū, langkahnya ringan seperti bayangan. Cahaya lentera temaram memantulkan siluetnya di dinding, bergetar seiring hembusan angin malam yang merayap melalui celah-celah bangunan. Tujuannya sudah jelas, kamar Jian Huànyǐng. Sejak siang, mereka telah berencana untuk menikmati malam ini dengan sedikit hiburan.Begitu tiba di depan pintu, Ling Qingyu mengangkat tangannya, bersiap mengetuk. Namun, sebelum sempat jarinya menyentuh kayu pintu, sesuatu yang dingin menyentuh bahunya.Ia tersentak, tubuhnya menegang seketika. Rasa terkejut membuat napasnya tertahan, hampir saja ia berteriak. Tetapi belum sempat satu suara pun keluar, sebuah tangan sudah lebih dulu membekap mulutnya, meredam segala kemungkinan."Ling Xiōng, ini aku," sebuah suara lirih berbisik di telinganya.Ling Qingyu hanya bisa melotot, berusaha meronta dari cengkeraman itu. Ketika tekanan di tangannya mengendur, ia langsung menepis tang

    Last Updated : 2025-02-24
  • Penakluk Sihir Iblis    Yuè Huā Lóu, Rumah Bunga Bulan

    Yuè Huā Lóu, Rumah Bunga Bulan, adalah salah satu rumah hiburan paling terkenal di Lingxiao. Bahkan, namanya tak kalah tersohor dibandingkan rumah-rumah bordil di Xiāoyún, ibu kota Kekaisaran Bìxiāo. Tempat ini bukan sekadar sarang para wanita cantik, tetapi juga pusat hiburan kelas atas yang dipenuhi musisi berbakat dan penari-penari anggun yang mampu memikat siapa pun yang datang.Bau harum dupa bercampur dengan aroma arak memenuhi udara, berpadu dengan denting kecapi yang mengalun lembut di antara suara gelak tawa para tamu. Cahaya lentera merah menggantung di sepanjang lorong, berpendar samar di atas lantai kayu yang mengilap. Para gadis berhanfu warna-warni berjalan anggun, melayani tamu dengan senyum menggoda dan tatapan penuh arti."Jian Wu Xiōng, aku sangat gugup," bisik Ling Qingyu, suaranya nyaris tenggelam oleh riuh rendah sekeliling mereka. Jemarinya mencengkeram erat lengan Huànyǐng, seolah mencari pegangan di tengah atmosfer yang terasa begitu asing b

    Last Updated : 2025-02-24
  • Penakluk Sihir Iblis    Bertemu Para Gēge Di Yuè Huā Lóu

    Huànyǐng dan Lei menegang saat sosok tinggi tegap berdiri menjulang di depan meja mereka. Udara di sekitar mereka seolah mendadak menekan, membuat bulu kuduk meremang. Namun, belum sempat mereka mengatur napas, sosok lain yang tak kalah mengintimidasi berdiri di belakangnya, menambah tekanan tak kasatmata yang menyesakkan dada.Tanpa sadar, Ling Qingyu langsung berlindung di balik punggung tegap Huànyǐng, tubuhnya mengecil seperti kelinci ketakutan. Seolah berharap bisa menghilang dari pandangan. Dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan, demi langit dan bumi, dia jauh lebih takut pada hukuman kakaknya daripada apa pun. Sementara itu, Yāo Ming tampak santai, meskipun dalam hati ia merasa kasihan pada nasib teman-temannya."Dà Gē! Èr Gē!" seru Huànyǐng dan Lei bersamaan. Mereka memasang senyum lebar yang jelas dipaksakan, menampilkan gigi putih mereka seakan berharap itu cukup untuk meredakan amarah yang akan datang."Aiyo! Jian Wu Gōngzǐ dan Jian Si G

    Last Updated : 2025-02-25
  • Penakluk Sihir Iblis    Kembali Ke Akademi Bìxiāo

    Angin malam berembus lembut, membawa aroma embun dan dedaunan yang basah. Di bawah sinar rembulan yang mengintip dari balik awan tipis,Yè Fēng Gé Paviliun Angin Malam, berdiri dengan megah. Diterangi lentera yang berpendar redup. Di tempat inilah para guru akademi berjaga saat giliran patroli malam.Zhēn Wēn Jīng dan Jīng Shī Mó berdiri tegap di serambi, memandang keempat bocah yang menundukkan kepala dengan sikap penuh penyesalan. Keheningan yang melingkupi mereka terasa berat, hanya sesekali terdengar suara dedaunan yang berdesir dihembus angin.Zhēn Wēn Jīng mengalihkan pandangannya ke Jian Wei dan kawan-kawannya, keempat kultivator senior yang telah membawa bocah-bocah itu kembali. Dengan sorot mata yang sulit ditebak, ia akhirnya membuka suara."Tiānyù Jiànzhàn, terima kasih sudah membawa mereka kembali ke akademi," ucapnya dengan tulus.Ia menghargai tanggung jawab yang ditunjukkan Jian Wei dan yang lainnya. Mereka tidak membiarkan adik-adik

    Last Updated : 2025-02-25
  • Penakluk Sihir Iblis    Dihukum

    Pagi di Chén Hóng Jū, Griya Fajar Pelangi, yang biasanya tenang, kini dipenuhi jeritan kesakitan dari empat bocah nakal yang tengah menjalani hukuman."Kalian melanggar peraturan Akademi Bìxiāo. Keluar dari asrama setelah jam istirahat, pukul sembilan malam. Pukul mereka masing-masing sepuluh kali," perintah Zhēn Wēn Jīng dengan suara dingin.Tongkat kayu tebal berayun tanpa ampun, menciptakan suara pukulan yang tajam di udara. Ling Qingyu menangis tersedu, terus memohon ampun dengan suara bergetar. Namun, Huànyǐng dan Lei tetap diam, meskipun tubuh mereka sesekali bergetar saat pukulan mengenai punggung mereka. Wajah Lei sedikit memucat, tapi sorot matanya tetap teguh. Hanya sesekali bibirnya menyeringai menahan sakit.Di kejauhan, Yāo Yu memperhatikan dengan tatapan datar. Seorang pemuda di sampingnya ikut menyaksikan pemandangan itu sebelum akhirnya bertanya dengan nada santai, "Yāo Gūniang, bagaimana bisa saudaramu terseret masalah bersama trio bodoh i

    Last Updated : 2025-02-25
  • Penakluk Sihir Iblis    Meminta Ijin Pada Jīng Shī Mó

    Huànyǐng dan Lei menatap Qing Yǔjiā dengan sorot mata penuh selidik. Nama Chén Lù Quán, sumber mata air legendaris dari Xianlu He, telah lama beredar dalam kisah-kisah para ahli pengobatan dan petualang. Namun, hingga kini tak seorang pun benar-benar membuktikan keberadaannya. Bagi sebagian besar orang, itu hanyalah mitos belaka."Qing Gūniang, bukankah Chén Lù Quán hanyalah sebuah legenda?" Lei bertanya dengan lugas. Suaranya terdengar tenang, tetapi sarat keraguan."Jian Si Gōngzǐ, bagi orang lain itu memang hanya legenda. Tetapi, bagi klan kami, Chén Lù Quán sangat nyata keberadaannya," sahut Qing Yǔjiā dengan keyakinan tak tergoyahkan.Di sudut ruangan, Yāo Yu melirik sekilas ke arah Lei sebelum menatap adiknya, Yāo Ming, yang tampak menyimak penjelasan Qing Yǔjiā dengan serius. Tak ada yang tahu apa yang berkecamuk dalam benaknya, tetapi kilatan tekad di matanya tidak dapat disembunyikan."Kalau begitu kau tahu di mana Chén Lù Quán berada?" t

    Last Updated : 2025-02-26
  • Penakluk Sihir Iblis    Jangan Menilai Seseorang Dari Tampilan Luarnya Saja

    Malam semakin larut ketika seorang murid senior datang menjemput Qing Yǔjiā dan Yāo Yu. Setelah itu, mereka bersama-sama menjemput Huànyǐng dan yang lainnya."Qianbei, apakah benar tidak apa-apa?" tanya Ling Qingyu dengan nada penuh kewaspadaan.Dia tidak ingin menambah hukuman lagi akibat pelanggaran yang telah mereka lakukan. Peraturan Akademi Bìxiāo hampir serupa dengan Kediaman Aroma Wisteria—larangan berkeliaran atau menimbulkan keributan setelah jam istirahat malam diterapkan dengan ketat. Hukuman yang diberikan pun tidak ringan. Pagi tadi, mereka telah merasakan sepuluh pukulan tongkat yang tebal dan berat."Jangan khawatir, Jīng Shī Mó sudah memberikan izin," sahut sang senior dengan tenang.Huànyǐng menghela napas lega, meski punggungnya masih terasa nyeri. "Ah, terima kasih, Qianbei." Ia meringis tipis, lega sekaligus mengingatkan diri untuk lebih berhati-hati. Namun, mendadak sesuatu melintas dalam benaknya. "Eh, bukankah Qianbei yang m

    Last Updated : 2025-02-26
  • Penakluk Sihir Iblis    Mata Air Dingin Di Tengah Hutan Cahaya Perak

    “Wah, indah sekali!” Huànyǐng berseru kagum.Di bawahnya terhampar pemandangan yang menakjubkan. Hamparan bambu yang berkilauan di bawah sinar rembulan, seperti lembaran perak yang melambai lembut dalam belaian angin malam. Hutan ini, Yín Guāng Lín, benar-benar sesuai dengan namanya, Hutan Cahaya Perak.“Bukankah itu pohon bambu?” tanya Lei dengan heran, matanya membelalak.Ia pernah melihat keindahan Cuì Zhui Lín yang bagai hamparan zamrud di tengah kesunyian You Gu, tetapi pemandangan ini berbeda, hutan bambu yang terang benderang, seolah memantulkan cahaya bulan, menciptakan panorama yang nyaris tak nyata."Bambu di sini adalah jenis bambu kuning," jelas Liú Zhǎng, suaranya tenang, selaras dengan suasana sekitar. "Yang tumbuh di hutan ini memiliki warna yang bercampur putih. Hingga nyaris keperakan terutama saat terkena sinar bulan.""Pantas saja tempat ini dinamakan Yín Guāng Lín," sahut Yāo Yu, mengangguk paham. Namun, tatapan matany

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Penakluk Sihir Iblis    Apakah Ini Sudah Berakhir?

    "Chén Gēge! Apa kita hanya menunggu salah satu di antara mereka kalah?" tanya Lei, suaranya hampir tenggelam dalam deru angin dingin yang memeluk medan pertempuran.Di hadapan mereka, pertarungan antara Wù Yǒng Lóng, si naga kabut abadi, dan Hán Shuāng Jù Rén, Titan Es kolosal, berlangsung sengit. Setiap gerakan keduanya meninggalkan jejak kehancuran—kabut beracun yang menciptakan ilusi berbahaya, serta gelombang es yang seakan membekukan waktu. Beberapa kali mereka harus berpindah tempat, menghindari ancaman yang begitu dekat."Kau mau menunggu?" Mo Chén berbalik bertanya, dengan senyum tipis yang terlukis di wajahnya. Tatapan jenakanya meluncur ke arah Lei, penuh keingintahuan."Tunggu saja sampai besok pagi!" jawab Jian Wei sambil memukul kepala Lei dengan gemas.Jian Xia tertawa melihat kejenakaan kakak dan adiknya. "Bisa-bisanya kalian bercanda di situasi seperti ini?" keluhnya. Namun, sorot matanya tetap hangat, penuh kasih sayang kepada ked

  • Penakluk Sihir Iblis    Munculnya Roh Titan Es Kolosal Dan Naga Kabut Abadi

    Angin dingin menderu lewat celah-celah tebing, membawa serta butiran salju yang berputar liar seperti pasir perak di tengah badai. Medan Perburuan Roh kembali diselimuti ketegangan. Mo Chén berdiri tegak di atas batu tinggi, jubah hitamnya berkibar tertiup angin tajam, sementara matanya yang tajam mengawasi perubahan cuaca yang tak lazim.Apa yang dikhawatirkan akhirnya terjadi. Suara pekikan yang memekakkan telinga terdengar dari kejauhan—sebuah raungan yang membelah langit kelabu."Aiyo! Wù Yǒng Lóng!" teriak para kultivator yang masih terjebak di jalur utama medan berburu. Kabut putih pekat mulai menyelimuti tanah, menyusup ke setiap celah batu dan ranting yang tertutup es.Tanpa menunda waktu, Mo Chén mengangkat tangannya dan melepaskan sinyal cahaya ke langit. Asap keperakan membentuk pusaran kecil sebelum pecah menjadi semburat cahaya yang terlihat dari segala penjuru. Itu adalah isyarat—bukan hanya kepada para pemimpin sekte dan klan untuk mulai men

  • Penakluk Sihir Iblis    Situasi Semakin Genting

    Kabut turun begitu tebal hingga nyaris menutupi seluruh lembah Shén Wu Gu. Awan kelabu menggantung berat di langit, dan udara mendadak terasa jauh lebih dingin. Hembusan angin membawa aroma tajam tanah basah bercampur dengan hawa es yang menggigit tulang."Apa ini?" Jìng Zhenjun Wángyé bergumam pelan, suaranya nyaris terseret oleh desir angin. Ia memandang sekeliling dengan dahi berkerut, matanya menyapu pemandangan yang tertelan kabut.Di sisi lain, Mo Chén, Jian Wei, dan Líng Zhì berdiri kaku, memandangi kabut pekat yang kini mulai menipis, perlahan mengurai seperti tirai sutra yang ditarik angin. Udara berubah drastis—lebih dingin dari biasanya."Salju?" Líng Zhì menatap ke langit yang mulai dihiasi bintik-bintik putih. Butiran salju turun perlahan, mendarat di bahu dan rambutnya, seolah waktu sendiri melambat menyambut datangnya sesuatu."Sialan!" Jian Wei mengumpat, mendadak waspada. Ia langsung me

  • Penakluk Sihir Iblis    Wàn Líng Zhèn Míng Masih Bergema

    Roh-roh yang berada dalam zona penahanan kini benar-benar terperangkap. Mereka menggeliat gelisah, terbungkus pusaran energi yang membatasi gerak. Suasana mulai terkendali, meski udara masih berat oleh sisa kekacauan yang sebelumnya meledak liar. Suhu di sekitar merosot drastis, membuat napas para kultivator tampak seperti uap tipis di udara yang mengkristal."Biarkan klan dan sekte kecil menangani roh-roh itu," kata Líng Zhì dengan tenang, suaranya nyaris tenggelam dalam desir angin bersalju.Ia berdiri di sisi tebing es bersama Jian Wei dan Mo Chén, menatap ke bawah tanpa ekspresi. Kabut tebal yang menyelimuti lembah seakan menjadi tirai pembatas antara mereka dan dunia yang sedang berkecamuk.Mereka bertiga tampak seperti bayangan di atas sana—menyaksikan kekacauan yang baru saja reda, namun tak terlibat langsung. Sikap mereka tenang, bahkan nyaris santai. Sebuah pengingat bahwa bagi mereka, ini bukan soal menang atau kalah, tapi kes

  • Penakluk Sihir Iblis    Penahanan Roh Sementara

    Para penjaga Perburuan Roh yang berasal dari Klan Wu datang bersama para kultivator dari Klan Jìng dan Sekte Gerbang Sembilan Kuali."Bagaimana situasinya?" tanya pemimpin penjaga Perburuan Roh pada Jian Wei dan yang lainnya."Seperti yang kau lihat. Kacau!" sahut Jian Wei seraya menunjuk ke bawah dengan dagunya. Di bawah mereka, para kultivator dari berbagai sekte dan klan berusaha menangkap roh-roh yang terpanggil oleh teknik Wàn Líng Zhèn Míng."Tiānyù Jiànzhàn, apakah ada sesuatu yang bisa kita lakukan?" Kini Jìng Zhenjun Wángyé yang bertanya. Ia datang bersama Qing Yǔjiā dan Qing Héng Zhì. Wajahnya terlihat serius dan penuh tanda tanya.Jian Wei tidak segera menjawab pertanyaan itu. Ia justru menoleh menatap Mo Chén, yang berdiri sedikit lebih jauh. Pria berjubah hitam itu tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan situasi yang sedang berlangsung. Mo Chén masih tampak santai, meskipun keadaan sudah sangat genting. Dengan senyum leba

  • Penakluk Sihir Iblis    Menyusun Strategi

    Di tengah kekacauan yang mengguncang Perburuan Roh, Jian Wei, Mo Chén, Héxié Zhìzūn, dan Ling Zhì berkumpul dalam keheningan yang tegang, merencanakan langkah selanjutnya. Angin kencang menyapu kabut tebal di Shen Wu Gu. Namun, tidak mengurangi hiruk-pikuk yang terjadi di medan tersebut. Suara gemerisik roh-roh yang mulai menguasai medan itu memecah kesunyian, menggema di setiap sudut.“Kita harus menghentikan kekacauan ini tanpa mengacaukan medan dan peraturan Perburuan Roh,” ucap Líng Zhì dengan nada serius. Wajahnya yang tenang tidak menggambarkan betapa dalamnya situasi yang tengah mereka hadapi.“Líng Ménzhǔ, ini cukup sulit,” sahut salah seorang dari klan kecil yang turut bersama mereka. Suaranya terdengar ragu, hampir seperti seorang anak yang berusaha memecahkan teka-teki rumit.“Memang benar, ini sulit!” sahut Mo Chén. Suara baritonnya yang dalam seolah berusaha memberi penekanan pada kata-katanya. Pria tampan berjubah hitam dan berambut putih itu

  • Penakluk Sihir Iblis    Melodi Guqin dan Siulan di Tengah Kekacauan

    "Yuè Èr Gōngzǐ," bisik Jian Wei, suaranya tenggelam dalam gemuruh angin lembah, saat denting guqin yang melengking jernih semakin memenuhi pendengaran.Di tengah kabut, seorang pemuda berjubah putih, Yuè Tiānyin, melayang anggun di udara. Sinar matahari yang terang memantul pada guqin-nya, membuatnya berkilauan indah. Dengan gerakan halus, jemari Tiānyin menari di atas senar guqin, mengendalikan alunan melodi yang memancar dari alat musik itu. Setiap denting senar memancarkan aura magis, seakan mantra yang menyegel roh-roh liar yang mengamuk tak terkendali. "Chénxī!" seru Huànyǐng, matanya yang ungu berbinar-binar penuh kekaguman. "Lihatlah, Huànyǐng Xiōng! Yuè Èr Gōngzǐ memang tampan dan berbakat! Tidak ada seorang pun yang bisa menandinginya!"Líng Qingyu, yang entah sejak kapan telah berada di sisi Huànyǐng, mengangguk setuju dengan tatapan kagum yang tak disembunyikan. Mereka berdua terpaku menatap Tiānyin yang dengan khidmat memainkan guqin-nya. Seme

  • Penakluk Sihir Iblis    Teknik Pemanggil Seribu Roh

    Dentingan lonceng menggema samar di telinga Jian Wei. Suara itu bergema di antara riuh rendah pekikan panik, gemuruh langkah kaki, dan desir angin yang membawa hawa asing. Ia menajamkan pendengarannya, memastikan sumber suara tersebut. "Da Gē! Lihat itu!" Tiba-tiba Jian Xuě berseru, mengalihkan perhatiannya. Jian Wei sontak mengangkat kepala. Langit yang tadinya terbuka kini dipenuhi pusaran energi berbentuk lingkaran. Partikel bercahaya keperakan berputar di udara, memancarkan kilauan ganjil. "Sial!" Jian Wei menggeram, kedua tangannya mengepal erat. Matanya berkilat, menatap adik-adiknya dan anggota sekte lainnya. "A Xuě, lindungi Huànyǐng! Jangan biarkan dia terpengaruh oleh roh-roh di sekitarnya!" "Baik, Da Gē!" Jian Xuě tak ragu sedikit pun. Ia segera berdiri di depan Huànyǐng dengan Xuě terhunus, siap menghadapi apa pun yang datang. "Lei, siapkan Líng Qì Wǎng! Jian Xia, terus pantau situa

  • Penakluk Sihir Iblis    Menangkap Bīng Wù Niǎo

    "Target utama kita adalah roh yang sudah kita kunci tadi. Setelah itu kita bisa berburu roh lain di zona yang sudah terbuka," jelas Jian Wei sembari melompat ke depan gua yang tersembunyi di celah tebing es yang menjulang tinggi. Sinar matahari siang memantul di permukaan es, menciptakan kilauan tajam seperti pecahan kaca."A Xue, ayo kita gunakan Xiáng Líng Zhèn untuk menangkap Xuě Láng Wang!" serunya pada Jian Xuě."Baik, Da Gē!" Jian Xuě menyusul, melompat ringan ke depan gua."Gunakan energi es, kau bisa menggabungkannya dengan energi es milik Huànyǐng," saran Jian Wei.Jian Xuě mengangguk mantap, lalu mulai menggambar pola formasi lingkaran dengan elemen energi es di udara. Garis-garis bersinar biru keperakan muncul di udara, membentuk corak rumit yang berpendar lembut. Begitu formasi selesai, ia menyegelnya dan mengarahkannya ke dalam gua. Dari dalam terdengar geraman marah, berat dan bergema, mengguncang lapisan es di sekitar mereka.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status