Share

Ilusi

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2025-02-01 07:00:08

Mo Chen menggerakkan tangannya perlahan, setiap gerakan seakan mengalir penuh perhitungan. Tatapannya semakin tajam dan dingin, seiring dengan perubahan yang terlihat jelas di bola matanya. Pendar keemasan muncul, perlahan memancar dari mata hitam pekat yang sebelumnya seperti kolam giok yang sunyi.

Setelah beberapa saat yang tegang, dia menjentikkan jarinya dengan sangat pelan. Seketika, jeritan ketakutan menggema di seluruh aula, menembus ketenangan yang sempat tercipta. Para prajurit kekaisaran Bìxiāo, murid-murid Sekte Pemecah Langit dan lainnya yang memegang pedang, segera melemparkan senjata mereka yang seketika berubah menjadi ular yang menjalar liar.

Bahkan Jian Lei, yang biasanya pemberani, melemparkan pedangnya. Satu-satunya yang tetap tenang adalah Jian Huànyǐng, yang memegang pedangnya dengan penuh keyakinan, karena pedangnya tak terpengaruh ilusi yang diciptakan oleh Mo Chen.

"Cukup!" Hé Yùn Dàshī berseru dengan suara tegas. Suasana yang semul
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Penakluk Sihir Iblis    Ling Èr Gōngzǐ, Ling Qingyu

    Suasana di Kediaman Aroma Wisteria selalu sejuk meskipun di siang yang terik. Angin lembut berhembus membawa aroma bunga wisteria yang memenuhi udara, menambah ketenangan yang terasa seperti pelukan alam. Jian Huànyǐng dan kedua kakaknya duduk bersantai di salah satu sudut taman yang rindang setelah pelajaran mereka selesai. Di sekitar mereka, dedaunan hijau yang mengalir indah, sementara bunga-bunga wisteria yang menggantung di atas menggambarkan keselarasan yang sempurna.Tiba-tiba, sebuah suara memecah keheningan, memanggil nama kakak-beradik itu. "Jian Si Gōngzǐ! Jian Wu Gōngzǐ!" Seru seorang pemuda yang berlari sambil melambaikan tangan, mendekati mereka dengan langkah cepat.Pemuda tampan dengan senyum ceria menghiasi wajahnya, mengenakan hanfu putih yang terbuat dari kain lembut dengan pola yin-yang transparan, mencerminkan kemewahan yang tak terbantahkan. Keanggunan pakaiannya menandakan bahwa dia berasal dari klan yang cukup terpandang dan kaya raya.

    Last Updated : 2025-02-01
  • Penakluk Sihir Iblis    Cerewet!

    Yue Tiānyin menatap keceriaan Jian Huànyǐng dari kejauhan. Tawa renyah pemuda itu terdengar bak lonceng takdir yang terikat di pinggangnya. Merdu dan menggoda. Membuatnya sejenak terbuai dalam lamunan."Tiānyin, kau ingin bergabung bersama mereka?" Suara yang sangat dikenalnya itu membuyarkan kesunyian, memaksanya mengalihkan perhatiannya sejenak.Di sampingnya, Héxié Zhìzūn, sang kakak, berdiri bersama ketiga tuan muda lainnya. Mereka menatapnya dengan senyum tipis yang penuh makna. Yue Tiānyin tidak langsung menyahut. Ia hanya membungkukkan tubuh dengan sopan, memberikan penghormatan pada mereka berempat.Jian Wei mengangguk dengan tenang, matanya menatap Tiānyin dengan seksama. Sementara Mo Chen, dengan senyum tipis di bibirnya, hanya memperhatikannya dalam diam. Hanya Ling Zhi dari klan Ling, yang memperhatikan arah yang sama pada sesuatu yang sedari tadi menarik perhatian Yue Tiānyin."Yue Èr Gōngzǐ, mungkin mereka bertiga akan sedikit merepo

    Last Updated : 2025-02-01
  • Penakluk Sihir Iblis    Cerewet

    Jian Huànyǐng tertegun menatap punggung Yue Tiānyin yang semakin menjauh. Langkahnya begitu tenang meski memunculkan rasa hampa di dada Jian Huànyǐng. Disentuhnya dahinya dengan ujung jarinya. Menyapu bekas sentuhan jari lentik nan kokoh salah satu Dewa Musik Lanyin itu. Sentuhannya masih terasa, meskipun ia tidak bisa lagi merasakan kehadiran Tiānyin."Eh!" Jian Huànyǐng berseru dengan kesal. Menyadari bahwa Yue Tiānyin kembali meninggalkannya tanpa memberikan kesempatan untuk berbicara.Tersentak oleh perasaan diabaikan, dia langsung berlari menyusul. Langkah kakinya yang panjang berusaha menyamai langkah cepat pemuda yang tidak pernah menoleh ke belakang lagi itu."Yue Tiānyin!" Panggilnya, dengan semangat yang masih membara.Namun, Tiānyin tetap tidak menoleh. Merasa semakin kesal karena terus diabaikan, Jian Huànyǐng kembali memanggil, "Yue Èr Gōngzǐ!" Suaranya kali ini lebih tinggi, nyaris melengk

    Last Updated : 2025-02-02
  • Penakluk Sihir Iblis    Jian Huànyǐng Dan Yue Tiānyin

    "Jian Wu Gōngzǐ! Tiānyin!" Teriakan panik menggema di halaman Kediaman Aroma Wisteria.Héxié Zhìzūn berlari menghampiri mereka berdua. Napasnya memburu saat menyadari situasi genting di depan matanya. Namun, sebelum ia sempat bertindak, Yue Tiānyin telah terlebih dulu menghunus Xīn, pedangnya yang berkilau seperti cahaya rembulan dan menghunjamkannya ke anak tangga batu. Dalam satu gerakan cepat, ia mencengkeram gagang pedang itu, menahan berat tubuhnya sendiri sekaligus tubuh pemuda yang ada dalam pelukannya, Jian Huànyǐng.Héxié Zhìzūn menghela napas lega, tetapi ketenangan itu hanya berlangsung sekejap. Teriakannya tadi telah menarik perhatian banyak orang. Para murid Sekte Musik Abadi serta murid-murid tamu berhamburan ke tempat kejadian. Tatapan mereka dipenuhi keterkejutan dan keheranan. Di antara mereka, dua sosok melangkah lebih cepat daripada yang lain, Jian Lei dan Jian Xia, kedua kakak Huànyǐng.Jian Lei nyaris menjatuhkan rahangnya. Pemandangan

    Last Updated : 2025-02-02
  • Penakluk Sihir Iblis    Sentuhan Yang Tak Diinginkan

    "Dà Jiě!" Huànyǐng berseru dan berlari kecil dan langsung menghambur ke dalam pelukan Jian Xia.Aroma lembut bunga melati yang selalu melekat pada kakak perempuannya membuatnya merasa nyaman. Sementara itu, Tiānyin hanya membungkukkan tubuh dengan anggun ke arah Jian Xia, Héxié Zhìzūn, dan Jian Lei. Sikapnya tetap dingin dan berjarak seperti biasa."Dà Jiě, dia meremas bokongku lagi," keluh Huànyǐng dengan suara lirih. Wajahnya memerah, entah karena kesal atau malu. Tangannya menggenggam erat lengan Jian Xia, mencari perlindungan.Jian Xia hanya tersenyum tipis. Tangannya yang ramping dan lembut terangkat, membelai rambut hitam sang adik dengan penuh kasih sayang, mencoba menenangkan emosinya.Héxié Zhìzūn melirik Tiānyin sekilas, sebelum kembali menatap kakak beradik Jian. Ia menghela napas ringan dan tersenyum tipis. "Jian Wu Gōngzǐ, maafkan Tiānyin. Aku rasa dia tidak sengaja," ucapnya dengan nada te

    Last Updated : 2025-02-02
  • Penakluk Sihir Iblis    Hukuman Untuk Semua

    "Ehm... Ehm...!" Jian Huànyǐng menarik-narik lengan Jian Lei seraya menunjuk ke mulutnya yang tertutup rapat. Jian Lei dan Jian Xia saling berpandangan, kebingungan melihat tingkah adik mereka yang tampak frustrasi."Jian Wu Gōngzǐ, itu mantra bisu dari klan kami." Héxié Zhìzūn menjelaskan dengan suara pelan, senyum tipis terlukis di ujung bibirnya.Ia melirik sang adik, Yue Tiānyin, yang masih berdiri tak bergerak di sampingnya. Ekspresi pemuda itu tetap datar, seolah kejadian ini tidak ada hubungannya dengan dirinya. Héxié Zhìzūn hendak berbicara lagi, tetapi sesuatu menghentikannya dan mengalihkan perhatiannya."He Yun Dàshī!" Para murid serempak memberi penghormatan pada seseorang yang baru saja tiba.Mereka segera menyingkir untuk memberi jalan kepada Ketua Sekte Musik Abadi yang melangkah masuk dengan tenang, ditemani beberapa murid senior lainnya. Pria paruh baya itu berjalan anggun, menyibak ker

    Last Updated : 2025-02-03
  • Penakluk Sihir Iblis    Di Bawah Rindangnya Wisteria Ungu

    Tiānyin menyeret Huànyǐng yang masih mengoceh panjang lebar, melontarkan protes tanpa henti atas perlakuan pemuda itu. Suaranya yang cempreng cukup membuat telinga Tiānyin berdengung. Namun, ia tetap bergeming, tak mengindahkan satu pun keluhan Huànyǐng. Sementara itu, Héxié Zhìzūn mengikuti mereka dari belakang, senyum tipis menghiasi wajahnya seolah menikmati pemandangan itu."Chénxī, kau mau membawaku ke mana?" Huànyǐng akhirnya bertanya setelah mereka melewati ribuan anak tangga batu yang dinaungi gugusan bunga wisteria ungu.Udara di sekitar mereka dipenuhi aroma lembut bunga itu. Sementara angin sore berembus pelan, menggoyangkan kelopaknya yang berguguran seperti hujan ungu. Kini mereka menyusuri jalan setapak yang disusun dari batu alam, dihiasi rumput mutiara yang tampak segar dan hijau di sela-selanya."Zǐténg Jū!" jawab Tiānyin singkat, nada suaranya tegas, nyaris dingin. Jemarinya tetap menggenggam erat pergelangan tangan Huànyǐng, mencegahnya

    Last Updated : 2025-02-03
  • Penakluk Sihir Iblis    Zǐténg Jū (Kediaman Wisteria)

    "Chénxī, tempat apa ini?" Huànyǐng bertanya ragu, matanya menyapu sekeliling. Gugusan bunga wisteria ungu menjuntai anggun dari pergola kayu, mengeluarkan aroma samar yang menenangkan."Meski indah, tempat ini terasa terlalu sunyi," gumamnya, "hampir seperti terputus dari dunia luar." Ia mengikuti langkah Tiānyin yang berjalan di depannya, masih menggenggam lengannya erat tanpa sedikit pun niat untuk melepaskannya. Jemari pemuda Yue itu terasa dingin, kontras dengan suhu sore yang hangat."Eh, bukankah Kediaman Aroma Wisteria memang selalu sepi?" gumamnya lagi, separuh berbicara pada dirinya sendiri.Ia sudah tidak merasa canggung dengan perlakuan Tiānyin padanya. Toh, itu lebih baik daripada pemuda Yue itu menyentuh bagian tubuhnya yang lain, pikirnya. Huànyǐng tidak ingin mendapatkan perlakuan tak terpuji dari murid kesayangan He Yun Dàshi. Itu hanya akan membuatnya kehilangan muka, apalagi di hadapan para gadis-gadis cantik.Cukup banyak murid

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Penakluk Sihir Iblis    Yuè Huā Lóu, Rumah Bunga Bulan

    Yuè Huā Lóu, Rumah Bunga Bulan, adalah salah satu rumah hiburan paling terkenal di Lingxiao. Bahkan, namanya tak kalah tersohor dibandingkan rumah-rumah bordil di Xiāoyún, ibu kota Kekaisaran Bìxiāo. Tempat ini bukan sekadar sarang para wanita cantik, tetapi juga pusat hiburan kelas atas yang dipenuhi musisi berbakat dan penari-penari anggun yang mampu memikat siapa pun yang datang.Bau harum dupa bercampur dengan aroma arak memenuhi udara, berpadu dengan denting kecapi yang mengalun lembut di antara suara gelak tawa para tamu. Cahaya lentera merah menggantung di sepanjang lorong, berpendar samar di atas lantai kayu yang mengilap. Para gadis berhanfu warna-warni berjalan anggun, melayani tamu dengan senyum menggoda dan tatapan penuh arti."Jian Wu Xiōng, aku sangat gugup," bisik Ling Qingyu, suaranya nyaris tenggelam oleh riuh rendah sekeliling mereka. Jemarinya mencengkeram erat lengan Huànyǐng, seolah mencari pegangan di tengah atmosfer yang terasa begitu asing b

  • Penakluk Sihir Iblis    Bersenang-senang Di Kota Yúnhǎi

    Ling Qingyu mengendap-endap di sepanjang koridor Yè Jū, langkahnya ringan seperti bayangan. Cahaya lentera temaram memantulkan siluetnya di dinding, bergetar seiring hembusan angin malam yang merayap melalui celah-celah bangunan. Tujuannya sudah jelas, kamar Jian Huànyǐng. Sejak siang, mereka telah berencana untuk menikmati malam ini dengan sedikit hiburan.Begitu tiba di depan pintu, Ling Qingyu mengangkat tangannya, bersiap mengetuk. Namun, sebelum sempat jarinya menyentuh kayu pintu, sesuatu yang dingin menyentuh bahunya.Ia tersentak, tubuhnya menegang seketika. Rasa terkejut membuat napasnya tertahan, hampir saja ia berteriak. Tetapi belum sempat satu suara pun keluar, sebuah tangan sudah lebih dulu membekap mulutnya, meredam segala kemungkinan."Ling Xiōng, ini aku," sebuah suara lirih berbisik di telinganya.Ling Qingyu hanya bisa melotot, berusaha meronta dari cengkeraman itu. Ketika tekanan di tangannya mengendur, ia langsung menepis tang

  • Penakluk Sihir Iblis    Lampion Kupu-kupu Biru

    Yue Tiānyin melirik meja di sebelahnya. Ia baru saja selesai bermeditasi ketika seorang murid yunior mengantarkan makanan, teh, serta beberapa perlengkapan lainnya. Semua diletakkan rapi di atas meja di samping tempatnya bermeditasi. Namun, dari sekian banyak hal yang ada di sana, pandangan Tiānyin hanya tertuju pada satu benda yang tampak mencolok.Matanya menyipit. "Lampion?" gumamnya pelan, keningnya berkerut. Mengapa ada lampion di antara menu sarapan paginya?Dengan gerakan tenang, ia turun dari tempat tidurnya. Cahaya lembut pagi menembus kisi-kisi jendela, menerpa wajahnya yang selalu tampak tenang namun tak pernah kehilangan pesona. Ia mendekati meja, tatapannya tertuju pada lampion yang diletakkan tepat di tengah, dikelilingi oleh nampan berisi hidangan, teko teh, cangkir porselen berwarna giok, serta dupa beraroma cendana hitam yang masih mengepulkan asap tipis. Sebuah lilin kecil di sudut meja telah padam, menyisakan sedikit jejak lelehan lilin di duduka

  • Penakluk Sihir Iblis    Sarapan Bersama

    Jian Lei terpaku menatap keranjang bambu di atas meja. Uap tipis mengepul dari tumpukan bāozi yang masih hangat, menyebarkan aroma lembut tepung dan daging berbumbu. Ada juga beberapa hidangan lain yang tersusun rapi di dalam wadah bambu. Pagi itu, udara di kamarnya masih mengandung sisa dingin dari embun malam, tetapi kehadiran makanan-makanan ini membawa kehangatan yang ganjil.Dia mengernyit. Ini bukan dari dapur Akademi Bìxiāo. Setiap murid hanya mendapat jatah makanan sederhana, jauh dari kemewahan seperti ini. Apalagi, ia sama sekali tidak memesan apa pun.Dengan hati-hati, Jian Lei melangkah ke jendela, jari-jarinya menyentuh bingkai kayu yang terasa sedikit lembap oleh udara pagi. Didorongnya jendela perlahan, membiarkan angin sejuk menerobos masuk. Pandangannya menyapu halaman di luar, mencari sosok yang mungkin baru saja menyelinap dan meninggalkan semua ini di mejanya. Namun, yang ada hanya bayangan pohon pinus yang bergoyang lembut diterpa angin.

  • Penakluk Sihir Iblis    Lampion Untuk Yue Tiānyin

    Untuk beberapa saat, Huànyǐng tetap terdiam membeku. Tatapannya kosong menembus keramaian yang berlalu-lalang di pusat kota. Cahaya lampion menggantung di sepanjang jalan, menerangi wajah-wajah riang para pedagang dan pejalan kaki. Namun, di matanya, semua itu seolah hanya bayangan samar yang berpendar tanpa makna.“Huànyǐng!” Suara yang akrab itu memecah lamunannya.“Èr Gē...” Huànyǐng bergumam lirih. Suara itu sangat dikenalnya, Jian Xue, kakak keduanya.Kesadarannya perlahan kembali. Ia mengerjapkan mata dan kini dapat melihat dengan jelas sosok yang berdiri hanya beberapa langkah darinya. Jian Xue, dengan senyum kecil di wajahnya, dan di sampingnya berdiri Héxié Zhìzūn, menatapnya dengan tatapan hangat dan lembut seperti biasanya.“Èr Gē!” Seketika, Huànyǐng berlari menghambur ke dalam pelukan sang kakak.Jian Xue terkekeh pelan, sementara Héxié Zhìzūn hanya tersenyum lembut. Kedua kakak beradik itu saling berpelukan erat, seolah ingi

  • Penakluk Sihir Iblis    Bayangan Di Kota Yúnhǎi

    Malam di Yè Jū, Asrama Malam, salah satu asrama bagi murid Akademi Bìxiāo, terasa sunyi. Sejak lonceng malam berdentang sembilan kali, tak satu pun murid yang masih berkeliaran di luar. Mereka semua telah kembali ke kamar masing-masing, membiarkan kesunyian menyelimuti bangunan asrama yang dikelilingi taman batu dan pohon pinus menjulang.Namun, di salah satu kamar, suasananya tidak setenang di luar. Huànyǐng bertumpu pada kedua tangannya, tubuhnya terbalik dalam posisi handstand. Di hadapannya, gulungan kertas terbuka, berisi salinan hukuman dari Zhēn Wēn Jīng siang tadi. Cahaya lentera berkelip samar di atas meja, menciptakan bayangan bergerak di dinding. Meski pikirannya masih dipenuhi pertanyaan dan kegelisahan, Huànyǐng menolak larut dalam perasaan itu."Chénxī," gumamnya pelan. Setiap kali berlatih handstand, sosok pemuda bermata biru itu selalu terlintas dalam benaknya. "Kau pasti sedang bermeditasi sekarang," lanjutnya, suaranya nyaris tertelan heningnya ma

  • Penakluk Sihir Iblis    Takdir Pemilik Hēibīng Hùfú

    Hēibīng Hùfú, Amulet Es Hitam, pada awalnya adalah Shén Cì, artefak suci yang merupakan anugerah dari dewa. Konon, Hēi àn Zhī Shén sendiri yang menghadiahkannya kepada pendiri Klan Àn Zú, klan yang menjadi akar dari Klan Mo dan Sekte Pedang Iblis. Berbeda dengan jimat biasa, Hēibīng Hùfú bukanlah benda fisik yang bisa digenggam atau disimpan dalam kotak pusaka. Sebaliknya, amulet ini bersemayam di dalam tubuh sang pewaris, menyatu dengan darah dan jiwanya. Sejak awal, Hēi àn Zhī Shén telah menyisipkannya ke dalam tubuh pendiri Klan Àn Zú dan sejak saat itu, ia diwariskan kepada keturunan yang terpilih. Namun, dalam sejarah ribuan tahun, Hēibīng Hùfú hanya benar-benar terbangkitkan dua kali. Dua kali yang membawa bencana besar. Kekaisaran Bìxiāo gemetar di ambang kehancuran, dan bahkan Benua Shényǔ hampir luluh lantak. Begitulah kisah yang diceritakan Mo Chen kepada Huànyǐng pada senja itu. "Mo Gēge, A Tie juga pernah menceritakan hal ini

  • Penakluk Sihir Iblis    Dia Yang Terbaik Bagiku

    Di bawah pohon plum tua yang bermekaran, Huànyǐng dan Mo Chen duduk berdampingan, menikmati hembusan angin yang membawa aroma samar bunga dan asap kayu bakar. Sungai di hadapan mereka mengalir tenang, memantulkan cahaya redup matahari yang mulai condong ke barat. Sesekali, Mo Chen melemparkan batu kecil ke air, menciptakan riak yang menyebar perlahan."Mo Gōngzǐ, kenapa kau begitu santai? Bukankah kau sedang dalam misi?" tanya Huànyǐng, tak mampu menahan rasa penasarannya.Di matanya, Mo Chen berbeda dari para tuan muda klan besar lainnya. Dia tidak seperti Héxié Zhìzūn yang lembut namun tegas, atau kedua kakaknya yang berwibawa. Bahkan dibandingkan Ling Zhì yang kaku dan Yue Tiānyin yang dingin, Mo Chen lebih terlihat bebas, seperti awan di langit yang berarak tanpa beban.Mo Chen tersenyum santai. Ia mengupas kulit udang bakar dengan tenang, jemarinya cekatan dan penuh perhitungan. "Misiku sudah selesai, sekarang aku hanya menunggu misi berikutnya." Ia m

  • Penakluk Sihir Iblis    Berburu Ikan Di Xiānlù Hé

    Huànyǐng berlari riang di sepanjang koridor akademi yang lengang. Suasana begitu sepi karena hampir semua murid masih berada di kelas masing-masing, sibuk mempelajari teori atau menjalani latihan fisik dan meditasi. Tentu saja, Huànyǐng tahu itu. Namun, meski diperintahkan oleh Zhēn Wēn Jīng untuk pergi ke perpustakaan, ia justru memilih untuk berjalan-jalan lebih dulu.Saat tiba di persimpangan koridor, ia menghentikan langkahnya, mendongak sedikit, lalu menggumam, “Ke kanan atau ke kiri?”Di kanan, Qiū Fēng Lín, Hutan Maple Musim Gugur, terbentang dengan pohon-pohon maple menjulang tinggi. Angin bertiup membawa harum dedaunan basah, sementara warna merah dan jingga dari daun-daun maple yang gugur menciptakan pemandangan yang memanjakan mata. Ia bisa berburu kelinci di sana atau menangkap rubah kecil yang sering berkeliaran di antara akar-akar pohon yang menjulur.Sedangkan di kiri, Xiānlù Hé, Sungai Embun Abadi, mengalir jernih. Permukaannya berkilauan d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status