Home / Romansa / Penakluk Hati Om Dokter / Part 68-Sebelum Berangkat Survey

Share

Part 68-Sebelum Berangkat Survey

Author: eLFa Zara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dirga menatap hampa pada barang-barang yang tertata rapi di bagasi mobilnya. Kemarin setelah dari pasar tradisional, ia langsung menyeret Wina ke swalayan. belajaannya untuk hari ini ternyata banyak juga. Keberadaan Wina cukup membantu dirinya yang tidak terbiasa belanja sendiri.

Saat ini ia masih ada di basement apartement. Menunggu Wina yang katanya sebentar lagi sampai. Ya, Dirga memutuskan membawa Wina untuk survey ke desa yang akan dijadikan lokasi Baksos rumah sakit. Pikirnya karena Wina bukan bagian dari rumah sakit atau keluarga Hermanto, tak masalah jika ia membawanya.

Sekedar untuk teman jalan, pikirnya.

Ia menutup pintu bagasinya setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Dirga mendesah pelan. Menyandarkan tubuh jangkungnya pada kap belakang mobil. Hatinya gamang. Tiba-tiba tidak yakin dengan diri sendiri.

Bukan karena hukuman yang diberikan sang kakek. Tapi karena perkataan Sheryl yang sukses membuatnya overthinking.

***

Flashback

Berkali-kali Dirga memeriksa pon
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 69-Kendala

    Apapun yang ia rasakan, apapun yang sedang terjadi, Dirga tetap harus berangkat, meski hatinya tengah berkecamuk. Ia juga tak mungkin membatalkan janjinya dengan Wina. Sekuat hati ia berusaha bersikap biasa saja. Namun perkataan Sheryl seolah sudah mensugesti pikirannya untuk mencurigai Wina. Sehingga suasana dalam kendaraan roda empat itu justru menjadi kaku.Wina yang menyadari perubahan mood majikannya juga ikut diam. Ia pikir, tuannya ini marah karena ia datang terlambat. Meski ia tidak suka dengan suasana kaku ini, tapi itu lebih baik daripada majikannya semakin marah.Karena terlalu sunyi, perlahan mata Wina menolak untuk tetap terjaga. Hingga beberapa menit kemudian, gadis mungil itu sudah pergi ke dunia mimpi. Nyenyak sekali.Sementara itu, Dirga yang terbiasa dengan celotehan Wina merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Berkali-kali ia melirik Wina melalui ekor matanya. Merasa aneh saja asistennya yang berisik itu betah diam dalam waktu yang lama.Ternyata setelah ditoleh, Wi

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 70-Di Balik Musibah

    Dirga berlari semakin kencang. Rasa curiganya pada Wina seakan sirna. Tidak dipungkiri, ia sangat mengkhawatirkan Wina. Penyelasan karena membiarkan Wina pergi mencari bantuan semakin besar kala preman-preman itu semakin mendekat.Wina berhenti tepat di depannya. Tanpa aba-aba Dirga langsung memeluknya erat. Lalu memeriksa keadaannya dengan memutar-putarkan tubuh Wina."Are you OK?" Tanyanya panik."Jadi ini mobilnya?" suara salah satu dari preman tersebut mengalihkan atensi Dirga dari Wina. Merasa dirinya terancam, Dirga langsung menyembunyikan tubuh Wina di belakangnya."Maaf, ada apa ya?" Dirga masih berusaha sopan menanggapi para preman. Tangannya semakin erat menggenggam jemari kecil Wina."Om," bisik Wina dari belakangnya. Diga menoleh. Berbeda dengannya yang panik, wajah Wina justru terlihat santai saja.Salah satu preman dengan badan paling besar itu mendekat, "kamu beneran punya bayarannya kan?"Ah, apakah ini yang namanya dibegal? batin Dirga.Wina melepaskan tangan Dirga da

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 71-Daddy Dirga

    Pepatah jangan menilai buku dari sampulnya memang benar adanya. Buktinya saat mobil Dirga bermasalah di tempat antah berantah, yang menolongnya justru para preman. Saking baiknya, para preman itu justru ikut mengantarkan Dirga dan Wina ke lokasi survey.Beruntung banget dokter berkulit tan itu. Karena jalan menuju desa tersebut tidaklah mudah. Bisa nyasar jika ia dan Wina nekad pergi berdua. Apalagi Dirga yang tidak biasa membawa mobil pada medan seperti ini.Meski ia harus disuguhi wajah kesal Wina, Dirga harus tetap fokus pada jalan yang lebarnya cukup dilalui satu mobil saja. Kanan-kiri jalan penuh dengan rumput-rumput tinggi. Jangan tanyakan lagi bagaimana lika-likunya jalan pedesaan tersebut. Beruntung saja mobilnya tidak rewel di jalan yang kanan-kirinya banyak disuguhi jurang.***Sesampainya di rumah Kepala Desa, kedatangan mereka ternyata sudah ditunggu seja tadi siang. Namun karena kendala roda mobil tadi, mereka baru sampai setelah adzan asyar sudah berkumandang sejak sejam

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 72-Pesona Wina

    Buntut dari perbuatan iseng Wina semalam, tidur calon dokter bedah itu tak bisa nyenyak. Tak hanya matanya yang sulit terpejam, inti tubuhnya yang tiba-tiba bangkit juga susah untuk ditenangkan kembali. Ia memaki diri sendiri yang terlalu 'lemah'. Herannya, selama bertahun-tahun bersama Sheryl--sang pujaan hati--ia tidak pernah sekalipun merasakan hal itu.Oke Dirga ngaku. Selama ini nafsu lelakinya tak pernah bangkit sekalipun saling berpelukan dengan Sheryl. Tapi dengan Wina si bocil itu, masa' tubuhnya langsung bereaksi hanya dengan satu bisikan? Benar-benar satu bisikan yang membuatnya kelimpungan di malam yang dingin."Masa iya aku harus jadi pedofil, sih?""Gak gak. Aku gak sebrengsek itu!"Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat penolakan Dirga pada malam itu. Ia jadi teringat bagaimana teman-temannya sering meledeknya dulu lantaran Dirga dianggap paling 'polos' jika berurusan dengan perempuan. Apalagi Dirga memang tidak pernah menjalin hubungan sekalipun dengan perempuan. Hanya

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 73-Jebakan di Hotel

    Tidak seperti saat berangkat, dimana Dirga mengemudikan mobilnya dengan tenang. Kini saat pulang, Dirga seperti kesetanan. Padahal jalanan yang dilalui juga tidak mulus. Setelah mendapat kabar dari Aldo, Dirga jadi tak tenang."Om, ada masalah?' Tanya Wina hai-hati. Bukan mau ikut campur, Wina hanya tidak ingin nyawanya jadi taruhan lantaran cara mengemudi Dirga yang seperti remaja balapan liar.Bukannya menjawab, Dirga malah menyodorkan ponselnya. "Hubungi Sheryl!" Perintahnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.Sadar sang 'sopir' sedang tidak bisa diajak bercanda, Wina langsung menuruti saja. Belum sempat bertanya, Dirga sudah menyebutkan password ponselnya."Gak bisa dihubungin, Om." lirih Wina memberitahu."Coba terus sampai bisa!"Wina hanya bisa menurut. Namun berkali-kali juga dihubungi, dokter cantik yang sedang dikhawatirkan itu tak kunjung bisa dihuubungi. Sesuai perintah majikannya, Wina juga sudah mengirim pesan teks. Tapi tetap saja tak bisa dihubungi.Belum sele

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 74-Hotel Room (19+)

    Selepas berpamitan pada Aldo dan Dirga, Wina berniat langsung pulang. Tubuhnya sudah sangat lelah. Beruntung tadi Dirga sempat memberinya uang saku. Ongkos buat ojol, katanya. Mahasiswa semester akhir itu mengambil ponselnya di tas. Tiba-tiba ia mendapat pesan dari nomor tak dikenal.(Tolong selamatkan aku di kamar 4025.)Sheryl.Matanya otomatis melotot membaca pesan tersebut. Setengah berlari ia menuju restaurant guna memberitahu Dirga. Tapi sayangnya Wina tak menemukan siapapun di sana. Tanpa pikir panjang, gadis mungil itu berlari menuju kamar yang disebutkan Sheryl.Apapun yang terjadi, aku akan membantu sebisanya. Pikir Wina.Sekuat tenaga ia berlari dan berebut lift dengan tamu hotel lainnya untuk menuju kamar 4025.“4023 ..., 4024 ....” gumamnya mengeja setiap kamar yang ia lewati.“4025. Ketemu!”Wina menatap aneh pada pintu yang sedikit terbuka. Perlahan ia membukanya sambil memanggil nama Sheryl.Namun begitu ia masuk, keseimbangan tubuhnya hilang. Wina merasa ada yang memu

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 75-Identitas Asli Wina (20+)

    Dirga yang masih dalam pengaruh obat perangsang terus bergerak maju mendekati Wina. Tak lagi mengincar bibirnya, pria dengan dada bidang itu justru mengarah pada leher Wina yang basah karena keringat.“Dirga, stop!’ Wina refleks berteriak tanpa embel-embel ‘Om’, ‘Pak’, atau ‘Dok’.Cucu emas kakek Hermanto itu menghentikan kegilaannya. Tangannya yang berada di tengkuk Wina berpindah ke kedua bahu kecil Wina. Matanya menatap datar pada wajah Wina yang sudah basah oleh air mata.Gadis mungil itu menangis sesenggukan tanpa suara. Ia bahkan tidak berani membuka matanya untuk sekedar menatap Om Dokternya yang malam ini terlihat sangat asing. Wina seperti tak mengenalnya.Wina bukannya anak kecil yang tak paham situasi yang tengah dialami. Wina sadar dirinya sedang terancam saat ini.“Siapa sebenarnya, kamu?”Pertanyaan Dirga dengan suara dinginnya sontak membuat Wina membuka matanya. Mendadak dadanya terasa sesak. Seolah udara di sekitarnya menipis. Namun memaksakan diri menjawab meski lida

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 76-Di Balik Layar

    Setelah Dirga berlari menuju kamar 4025, Aldo juga ikut berlari. Bukan ke kamar yang sama, melainkan kamar lain yang ia jadikan sebagai markasnya. Tak lupa mengirimkan pesan pada partner-nya, Sheryl, untuk bersiap-siap. Bersiap di kamar 4026.Di kamarnya, terdapat layar TV berukuran 42 inchi yang menampilkan video di kamar 4025. Aldo duduk dengan santai, bersandar di sofa empuk melihat ‘film’ yang ia ciptakan. Sebuah skenario apik yang akan ia serahkan pada kakeknya.Dalam layar TV itu pertama muncullah Wina, target pertamanya sudah masuk perangkat. Setelah berhasil meringkus gadis mungil itu, target keduapun muncul. Dirga masuk dengan tergesa ke kamar tersebut.Kamar 4025. Kamar yang sudah ia siapkan, lengkap dengan kamera yang akan merekam tamu yang datang dari berbagai sudut.Adegan demi adegan terekam dalam layar tersebut. Aldo bisa melihat bagaimana sepupunya mati-matian menahan gairah. Sebenarnya ia sanksi Dirga akan menjadi liar. Namun melihat apa yang terjadi, Aldo bertepuk ta

Latest chapter

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 119-Lagi Anget-Angetnya

    “Kita mau kemana, Om?” Tanya Wina begitu mereka beranjak dari kawasan rumah sakit. Gadis itu menoleh kanan-kiri karena merasa asing dengan jalanan di sekitarnya. Ini bukan jalan menuju apartemen, rumahnya, atau rumah baru ‘Om Dokternya’ alias pacar barunya.Ehm, Wina jadi tersipu sendiri dengan status baru mereka.“Makan dulu, gimana?”Berbeda dengan Wina yang ekspresif, Dirga memang nampak lebih tenang. Tapi di balik wajah kalemnya, hatinya tengah meletup-letup bahagia. Hatinya yang mulanya berwarna monochrom kini berubah warna-warni.“Oke, mau makan dimana?” Wina bertanya antusias. Sebenarnya makan dimana saja pasti mau, kok. Apalagi disaat kasmaran, makanan apapun juga akan terasa enak.“Delivery Order saja, ya?” Tanya Dirga hati-hati. Ia melirik sekilas pada gadis mungil yang duduk manis di sampingnya. Sedikit was-was saja jika gadis yang baru beberapa menit lalu dipacari akan ngamuk.“Oke, terus mau dimakan dimana?” lagi-lagi Wina bertanya. Ia penasaran saja. Mau dibawa kemana si

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 118-Resmi

    “Wina, gimana kalau mulai hari ini kita pacaran?”Gadis mungil itu menoleh. Menatap horor pada pria di sampingnya yang baru saja melontarkan entah sebuah pertanyaan atau ajakan. Tak mau ke-geeran, Wina bertanya untuk memastikan. Siapa tahu tadi hanya halusinasinya saja.“Maksudnya?”Dirga tersenyum. Wajahnya terlihat sangat tenang. Padahal jantungnya sudah deg-degan heboh. Tangannya bertaut untuk mengurangi kegugupannya. Sungguh ini tidak ada dalam rencananya. Benar-benar dadakan.“Ya, kita pacaran.” Kali ini suaranya lebih mantap dari ajakannya yang pertama tadi.Oke, Dirga memang selama ini belum pernah mengajak gadis manapun kencan. Justru dari dulu ia malah lebih sering mendapatkan surat cinta, pengakuan langsung, dan serba-serbi ajakan kencan lainnya.Dirga juga sadar, kok. Bahwa ajakannya kali ini terdengar sangat tidak niat. Apalagi ‘nembak’ di halter seperti ini. Tanpa bunga, tanpa coklat, tanpa kata-kata manis. Sungguh tidak ada romantis-romantisnya sedikitpun.Seratus persen

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 117-Pacaran, Yuk!

    Wina berjalan lesu menuju kamar inap ayahnya. Langkah ringannya berubah berat setelah mendengar rumor tentang Dirga dan Sheryl. Apalagi banyak perawat yang bilang mereka sangat cocok karena sama-sama dokter spesialis lah, sama-sama orang kaya lah, sama-sama cerdas, dan ‘sama-sama’ lainnya.Ya, memang serasih sih, mereka.Wina menatap pantulannya di cermin yang terpasang di dinding. Lihatlah penampilannya! Ia menoleh ke kanan, membayangkan Dirga berdiri di sampingnya.Ya, memang sangat tidak cocok, sih.Wina yang semoengil itu, Dirga yang segede itu. Si kaya dan si miskin. Si cerdas dan si gak pinter. Si pewaris dan si beban keluarga. Si tampan dan si... si..., si imut! Iya Wina gak jelek, cuma Sheryl aja yang kelewat cantik. Begitulah Wina menghibur diri.Puas memandangi dirinya di cermin, Wina melanjutkan perjalannya ke tujuan awal. Kamar inap ayahnya. Seperti sebelumnya, setiap membuka kamar ayahnya, ia selalu berharap sang ayah akan membuka mata dan menyambutnya. Meski hanya sekeda

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 116-Pacar Dokter Dirga, Katanya

    “Perkenalkan, Tuan Johan. Ini Dirga, PACAR saya!”Pacar? Dirga menoleh horor pada sahabatnya. Seingatnya ia tidak pernah mengajak sahabatnya untuk berpacaran atau diajak berpacaran. Tadi dokter kandungan berparas cantik itu hanya menyuruhnya datang ke ruangannya saat istirahat. Katanya ada hal yang penting.Jadi, apakah ini yang dimaksud penting?Sedangkan Johan, pria itu tak gentar sedikitpun dengan perkenalan Sheryl. Ia maju selangkah ke arah pria berseragam dokter dan mengulurkan tangannya. “Kenalkan, saya Johan. Calon TUNANGAN Sheryl,” ucapnya dengan menekankan kata ‘tunangan’.Oh, jangan lupa senyum ramah yang terpatri di wajah pria berambut cepak itu. Dirga seperti tidak asing dengan ekspresi wajah seperti itu. Aaah, Dirga ingat. Ia biasa melihat itu pada wajah sepupunya, Aldo.Lalu dengan menahan tawa, Dirg pun menyambut uluran tangan tersebut. “Perkenalkan saya dokter Dirga, saya_”Belum selesai Dirga memperkenalkan diri, Sheryl tiba-tiba merapatkan tubuhnya dan menggamit erat

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 115-Calon Suami Datang

    Rumah sakit pada saat menjelang jam istirahat masih sangat ramai. Termasuk pada Poli Obgyn, dimana Sheryl sedang bertugas. Namun, belum waktunya beristirahat asistennya memberitahu bahwa ada orang yang mencarinya. “Siapa? Pasien?” Tanya Sheryl pada wanita berseragam perawat itu. Asistennya menggeleng, “Katanya penting. Orangnya ganteng, Dok.” Seloroh sang asisten dengan senyum menggoda. “Namanya kalau tidak salah Johan,” imbuhnya. Sheryl langsung menegakkan duduknya kala mendengar nama itu. Nama yang akhir-akhir ini membuatnya berantakan dan bertindak tak biasa. Hatinya mendadak tak tenang. Apa sebenarnya tujuan pria itu datang ke tempat kerjanya? Tak cukupkah teror yang selama ini ia berikan pada pria itu? “Suruh nunggu saja, Sus. Nanggung sebentar lagi istirahat,” perintah Sheryl pada sang asisten. Setelah asistennya pergi, buru-buru ia mengirimkan pesan pada sahabatnya untuk segera datang ke poli obgyn saat istirahat. *** Tak perlu menunggu lama, dokter kandungan cantik itu b

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 114-Kata Ibu

    Wina merebahkan tubuhnya di kasurnya yang tak begitu empuk. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Pikirannya kembali pada pertemuannya dengan Dirga tadi pagi di pemakaman. Ingin rasanya tadi memeluknya atau sekedar menyapa memberi semangat. Tapi ia sadar, tadi bukan waktunya untuk ikut campur. Mungkin lain kali?“Nduk, makan dulu!” Ajak ibunya dari arah dapur. Ya, tadi selesai jam kerjanya di caffe, gadis itu memilih pulang ke rumah. Kangen rumah, kangen keluarga kecilnya juga. Sedikit jenuh juga dengan suasana malam di rumah sakit.“Iya, Bu!” Sahutnya sedikit berteriak. Kemudian ia bangkit. Melepaskan hoodienya yang sedari tadi masih menempel di tubuh mungilnya.Aroma opor ayam yang lezat langsung menyeruak di indra penciumnnya begitu kakinya tiba di dapur. Ibunya sibuk memindahkan hasil masakannya dari panci ke meje makan. Tidak ada meja makan mewah di rumah sederhana itu, hanya meja kecil dengan empat kursi yang sama-sama terbuat dari kayu.“Adek mana, Bu?” Tan

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 113-Orang Tua Dirga

    Hari ini adalah hari yang paling tidak ingin Dirga ingat. Saat hari peringatan itu tiba, rasanya pundak pria menjadi sangat berat. Meski tak ada yang mengatakan secara langsung, ia merasa semua orang menyalahkannya atas kepergian Dira, adik perempuannya.Kejadian naas yang menimpa adiknya dulu masih meninggalkan luka dan trauma baginya dan juga orang tuanya hingga saat ini. Rasa bersalahnya tak juga sirna meski sudah lebih dari 2 dekade adiknya menyatu dengan tanah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun inipun ia pergi ke tempat istirahat terakhir sang adik. Andai diberi kesempatan sekali untuk bertemu adiknya, ia ingin sekali mengucapkan maaf.Maaf karena tidak bisa menjaganya.Maaf karena tidak bisa menyelamatkan.Terlebih lagi saat melihat wajah sedih mamanya kala itu. Bagaimanapun kehadiran Dira sangat diharapkan oleh kedua orang tuanya. Setelah melahirkan Dirga, mamanya pernah hamil lagi dua kali. Namun dikehamilan itu mamanya keguguran. Keduanya pula adik dirga berjenis kelamin

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 112-Kilas Balik Keluarga Dirga

    Saat Rizal sibuk menabur bunga di atas sebuah makam, Wina hanya diam. Matanya melirik pada Dirga yang hari itu nampak tak ada semangat. Selain gagalnya sidang tesis waktu itu, ini kali pertama Wina melihat cucu emas Hermanto itu sangat muram. Ia seakan tak mengenali wajahnya. Mereka seolah orang asing yang berada di tempat yang sama.Tak mau mengganggu kekhidmatan pria yang belum lama masuk ke hidupnya, Wina memilih sedikit menjauh. Netranya menjelajah area pemakaman umum itu, hingga matanya melihat rombongan yang sama-sama mengenakan pakain serba hitam mendekat ke arah mereka.Laki-laki dan wanita yang Wina tebak adalah suami-istri berjalan dengan dipayungi pria-pria kekar di samping mereka. Dari kejauhan saja terlihat romobongan itu sangat berkelas, entah itu dari pakaiannya yang mahal atau cara berjalannya. Apalagi paras suami-istri itu sangat good looking.Saking fokusnya, Wina sampai tidak sadar rombongan tersebut mendekat ke arahnya.“Om, tante.” Sapa Rizal membuyarkan fokus Win

  • Penakluk Hati Om Dokter   Part 111-Hari Peringatan Kematian

    Wina melangkahkan kaki pendeknya memasuki caffe yang masih sepi. Hari ini ia memang berniat berangkat kerja pagi, karena sorenya ada bimbingan skripsi dengan Dospem-nya. Tapi ia terpaksa lebih pagi dari jam kerjanya karena si boss menyuruhnya ke caffe dua jam lebih awal. Jelas caffe masih sangat sepi.Di pelataran caffe, ia melihat mobil atasannya terparkir. Karena di lantai bawah tak ia temui siapapun, sudah pasti Rizal alias owner caffe itu berada di ruang kerjanya. Winapun memutuskan langsung ke atas. Di ketuknya pintu kayu itu. Setelah terdengar sahutan dari dalam yang menyuruhnya masuk, gadis itu segera membuka pelan daun pintu itu.Setelah melihat atasannya mengenakan pakaian dengan warna senada dengannya, Wina mengernyit heran. “Kak, ini kita mau ngelayat?” Tanyanya, sebab boss-nya itu tadi pagi menyuruhnya untuk memakai baju serba hitam dan tentunya pakaian yang sopan.Dari pantulan cermin besar yang tersandar di dinding ruangannya, Rizal dapat melihat jelas ekspresi Wina. “Bu

DMCA.com Protection Status