Joe dan Samuel langsung melompat dan terguling di atas pasir. Lalu, Joe dengan cepat langsung bangkit dan berlari langsung menuju Nyonya Faena dan langsung menangkapnya, menarik tangannya ke belakang dan mengarahkan pistol kearah kepalanya. Samuel mengikuti Joe, lalu menyandra salah seorang Wanita dari tim Nyonya Faena. Bersamaan dengan itu, tim dari kepolisian tiba dan sudah dapat dipastikan kalau Nyonya Faena beserta tim tidak dapat melakukan apa-apa saat itu. “Cih!” kesal Nyonya Faena. “Mau kemana?” tanya Joe sambil tersenyum tipis.Nyonya Faena beserta tim dibawa masuk ke salah satu mobil dari tim kepolisian, lalu pergi meninggalkan kapal.*** “Iya, jadi begitu, Ngel ... padahal ngga tahu bagaimana ceritanya Dosen itu bisa begitu,” “Hahaha, iya terkadang memang seperti itu lah kelakuan Dosen, ya.”Setelah Tuan Faena pergi meninggalkan Cafe, Angel dan Hans masih duduk sambil berbicara santai. Mereka sepertinya sudah melupakan kejadian sebelumnya. “Eh, teman-tema
“Nah, iya bener! Ih, tumben pinter kamu, Sherl, hahaha. Nah, kalau kamu kerja disana, kita ‘kan bisa makan gratis setiap hari, hahaha ...,” sahut Camille. “Ya ngga gitu juga kali, Cam, hahaha. Bisa-bisa si Hanny langsung dipecat kalau gitu,” kata Sherly. “Tahu tuh! Bukannya ngasih saran yang bener gitu, eh malah menyesatkan teman, huh ...,” kesal Hanny. “Hahaha ... santai, Hann, bercanda kok. Lagian ....” Ding ... ding ... ding ... Tap ... tap ... tap ...Belum sempat Camille menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba saja Sherly beranjak dari tempat tidurnya dan langsung berlari keluar kamar sembari ponsel miliknya berdering. “Eh, si Sherly kenapa, tu?” “Ngga tahu, Cam. Eh, kamu nyadar gak sih kalau si Sherly akhir-akhir ini agak aneh?” “Hmm ... ngga tahu deh. Dia ‘kan emang begitu....” “Siapa ya?”Sesampainya Sherly diluar kamar Asrama, dia tidak langsung menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya itu. Dia menatap ke layar ponselnya sambil bertan
Percakapan tiba-tiba terhenti dan semua orang menoleh kearah suara seseorang yang baru saja tiba di ruangan itu. Suara yang sangat dikenali oleh Nyonya Faena, seketika membuatnya terkejut dan langsung mengangkat kepalanya. “Sayang!?” Nyonya Faena seketika panik melihat kalau orang yang baru saja tiba itu ternyata adalah Suaminya, Tuan Faena. Dia tidak menyangka kalau Suaminya bisa datang ke kantor polisi saat itu.Perlahan, Tuan Faena mengambil satu buah kursi kosong yang ada di sudut ruangan, lalu membawanya sambil berjalan mendekati Anggota Kepolisian dan Nyonya Faena diikuti oleh dua orang timnya melewati Angel, Joe dan Davin. Lalu, ia pun mendudukkan tubuhnya. “Jadi, bagaimana? Bolehkah saya mengetahui apa yang sedang terjadi disini?” tanya Tuan Faena sambil tersenyum, sesekali menatap satu per satu orang yang ada di dalam ruangan.Semua orang yang ada di ruangan masih berdiri mematung, terdiam menatap kearah Tuan Faena. Tak ada satu orang pun yang menjawab perta
Sherly langsung berlari masuk ke dalam kantor itu, diikuti oleh Camille dan Hanny yang masih terlihat bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya.Beberapa langkah mereka masuk ke dalam kantor, mereka melihat seorang pria muda yang mungkin tak asing lagi bagi mereka. Pria itu sesekali mengintip ke dalam sebuah ruangan, lalu memalingkan lagi pandangnya. “Sam! Dimana ruangannya!?” “Eh, ka-kalian kenapa ada disini!?” “Dimana ruangannya! Cepat!!!” “I-ini ....”Sherly pun langsung bergegas membuka pintu ruangan dan kemudian masuk ke dalam. Camille dan Hanny masih terlihat bingung saat itu. “Sam, ada apa sih?” tanya Camille, berbisik pada seorang Pria muda yang ternyata adalah Samuel. “Kalian kenapa ada disini!? Ck!” Samuel langsung terlihat panik melihat mereka. “Nggak tahu, cek ada ke dalam,” lanjutnya.Camille menjadi ragu saat itu setelah melihat orang-orang yang ada di dalam ruangan. Lalu, pandangannya terhenti saat melihat seorang Wanita muda yang sedang ber
Pukul delapan malam. Perlahan, mata Sherly pun terbuka. Samar-samar, tubuhnya merasa dingin dengan pandangannya melihat seperti cahaya putih. “A – aku … d – dimana ini?” “Hmm? Eh, Sherl!? Kamu sudah sadar?”Merasa ada pergerakan dari tempat Sherly, Hanny yang sedang melipat kedua tangannya di tempat tidur Sherly dan menyandarkan kepala sambil memejamkan mata, seketika langsung terbangun. “I – ini dimana, Hann?” tanya Sherly, terbaring di atas tempat tidur. “Ini di rumah sakit. Sini, ku bantu …,” jawab Hanny, berdiri dan membantu Sherly untuk bangkit dan duduk di tempat tidur. “Aaaghhh, sshhhh … a – aduh …,” “Pelan-pelan ….”Hanny mengambilkan sebotol minuman yang terletak di atas meja kecil tepat di samping tempat tidur Sherly, lalu membukanya dan memberikannya pada Sherly. “Ssrrruphh … ck! Ahhh … hmm …, kenapa aku bisa disini?” tanya Sherly, perlahan menutup kembali botol minumannya. “Ah, sini biar aku saja. Tadi itu, kamu tiba-tiba nggak sadarkan
Baru saja Angel ingin berlagak sok di depan Samuel dan lainnya, tiba-tiba saja suara perutnya berbunyi. Joe yang melihat itu langsung tersenyum kecil sambil menepuk keningnya. “Tuh, kamu belum makan, ‘kan? Ini makan dulu, kami beli banyak,” kata Samuel. “Hehehe …, boleh deh, mumpung gratis, hihi ….”Angel pun duduk dan bergabung bersama dengan Samuel dan yang lainnya di lantai dan menikmati makan malam bersama. “Joe, sini makan juga, jangan malu-malu ah!” kata Samuel. “Ah, tidak, Sam, saya sudah makan tadi,” jawab Joe, menarik satu buah kursi dan duduk di samping pintu masuk. “Ah, bohong, Sam! Nyam – nyam … dia juga belum makan tuh!” sahut Angel, sambil mengunyah makannya. “Tuh ‘kan, ini makan, keburu habis loh!” kata Samuel. “Hahaha … ngga, duluan saja. Lagi pula, kalau saya ikut, nanti makanannya habis loh …,” kata Joe. “Lah, ini masih banyak! Ck! Sudah sini!” “Ah, yaudah boleh!” ‘Pfffttt … hahaha … mereka random banget sih ….’ bisik Sh
Pukul sepuluh malam, Angel dan yang lain pun telah selesai makan dan mereka pun hanya berbicara santai malam itu. “Hahaha … iya, mungkin bisa begitu sih. Eh, udah jam sepuluh nih, aku pamit pulang dulu ya, Chelsea dan yang lainnya udah nungguin.”Ditengah pembicaraan, Angel pun memutuskan untuk pulang saat itu karena hari sudah mulai larut. “Oh, yaudah, Ngel, makasih ya udah mau mampir kesini …,” sahut Sherly, duduk di tempat tidur. “Ah, sama-sama, Sherl …,” kata Angel sambil tersenyum. “Oh iya, besok kita masuk ‘kan ya? Hmm, bolos sehari boleh kali ya, Sherly sendirian juga disini ‘kan … ngga ada yang nemenin,” kata Camille. “Boleh kok. Nanti aku kasih tahu kalau misalkan ada tugas ….” Angel berdiri sambil mengangkat tas miliknya dan mengenakann
“Eh, Tuan? Belum tidur, Tuan?” Dua orang timnya yang menjaga pintu kamar Tuan Faena terkejut melihat pintu kamar tiba – tiba terbuka dan yang membuka itu adalah Tuan Faena. “Kalian berdua!” “Ya, Tuan?” Grabbb! Brak!!! “Aaarrrghhh! T – Tuan … a – apa … a – ada apa, T – Tuan!?”Tuan Faena langsung mencekik leher salah seorang timnya dan mendorongnya ke dinding Hotel yang sedang berdiri dihadapannya. Dia terlihat sangat marah sampai matanya memerah. “T – Tuan, a – ada apa, Tuan …,” kata salah seorang timnya yang lain, mencoba melerai Tuan Faena. “Diam kamu! Si Bajingan ini yang sudah mengadu ke anak – anakku sampai mereka terlibat di masalah tadi! Iya, ‘kan!?” benta