“Hai, Ngel ....”Setelah jam kuliah usai, Cassey, Chelsea dan Fanny langsung bergegas pergi bekerja. Saat itu Angel sedang berdiri tepat di tepi jalan tak jauh dari gerbang Kampus menunggu taksi. Tiba-tiba, satu unit Acura NSX berhenti tepat didepannya. “Sam! Kamu ngapain! Nanti dilihat orang loh ...,” bisik Angel sambil melihat ke sekeliling. “Makanya buruan naik supaya nggak dilihat orang,” kata Samuel. “Ck!”Tak ingin berdebat lagi, Angel pun langsung bergegas masuk ke dalam mobil. Setelah itu, mereka pun berangkat pergi. “Kenapa kamu menjemputku, Sam! Aku ‘kan bisa naik taksi,” kata Angel. “Aku bosan di rumahmu. Joe sudah pulang ke rumahnya dan sepertinya Davin juga ikut bersamanya. Truss, aku ngapain di rumah kamu? Lebih baik aku keluar,” kata Samuel. “Halah, bilang aja kalau kamu rindu padaku ‘kan, hehe ...,” “Dih!”Diperjalanan, Angel dan Samuel berbincang santai. Samuel mengajak Angel untuk pergi ke restoran sebelum pulang ke rumah. “Hahaha ..., me
“Benar. Saya Ibunda dari Alan Faena dan ... salah seorang teman kuliah kamu, Sherly Faena ....”Angel terkejut setengah mati mendengar nama terakhir yang diucapkan Wanita itu. Sejak awal bertemu dengan pemilik awal dari Hotel Mendez, dia tak pernah berpikir tentang Sherly dan ternyata dia baru mengetahui kalau Sherly memiliki nama belakang seperti pemilik awal Hotel Mendez yang tak lain adalah Alan Diego Faena. ‘Wah, sepertinya yang ‘Kaya’ itu bukanlah Camille, tapi si Sherly! Wah, gila sih!’ bisik Angel dalam hati. Sejak awal masuk kuliah, Angel sama sekali tidak begitu memperdulikan nama lengkap dari teman-teman sekelasnya. Dia tidak menyangka kalau ternyata Sherly adalah keturunan dari orang yang terbilang kaya, jika dilihat dari Kakaknya yang dulunya pemilik Hotel yang sekarang menjadi milik Angel. “Ada apa, Angel? Mengapa raut wajahmu terlihat terkejut seperti itu?” tanya Wanita itu menyeringai kearah Angel. “Hmm? Tidak ada. Lanjutkan,” jawab Angel singkat. “Seperti
Meski masih ada lanjutan di perkataan Angel, mendengar kalau sebenarnya dia setuju dengan penawarannya, Wanita paruh baya itu terlihat sangat terkejut. Dia tidak akan menduga kalau di harga se-rendah itu Angel langsung menyetujuinya. Seketika, pikiran jahat yang sejak awal merasuki kepalanya langsung merangkai kata per kata untuk menghasut Angel lebih jauh.Samuel yang hanya bisa berdiri dengan bibir yang sejak dari tadi ingin berbicara menyanggah pembahasan Angel dan Wanita itu, seketika ikut terkejut mendengar perkataan Angel. Namun lagi-lagi dia masih tidak bisa berbuat apa-apa dengan ujung pistol yang masih menempel di punggung belakangnya. “Eh, kenapa? Ada apa?! Saya belum selesai bicara loh ...,” kata Angel, sesekali melihat ke sekeliling. “Ah, hahaha. Maaf, Ngel, saya hanya sedikit syok saja mendengarnya. Silahkan lanjutkan,” sahut wanita itu “I-iya, saya sebenarnya setuju dengan penawaran anda, tapi ya itu ... balik ke awal, tanpa Assisten saya, saya tetap belum
“Ditambah lagi, seperti yang anda katakan sebelumnya kalau Hotel itu belum beranjak satu tahun, tapi keuntungannya sudah menutupi modal beli dan modal renovasi. Apakah itu yang dinamakan harga asset sedang turun? Oke, katakanlah harga asset sedang turun, tapi tidak untuk harga jasanya, Nyonya. Sama halnya dengan mobil taksi tadi, benar?” ‘Sialan! Kenapa tiba-tiba dia bisa menjadi se-pintar itu!?’Wanita itu langsung terdiam dengan bertubi-tubi serangan yang dilontarkan oleh Angel. Dia tidak menyangka kalau Angel memiliki pengetahuan yang cukup tinggi di dunia bisnis. Berniat ingin menipu yang berakhir menjadi malu. Begitulah pikir Wanita itu. Melihat itu, Angel langsung tersenyum tipis. Dia sadar kalau saat itu, dia sudah menang. ‘Coba lawan perkataanku!’ bisiknya dalam hati. “Cih! Ternyata benar, kamu masih ‘Awam’ di dunia bisnis ya, Ngel ...,” “Loh!? Ada yang salah dengan perkataan saya, Nyonya?” tanya Angel, terkejut. “Oh, tidak. Perkataan kamu itu tidak salah, tap
“Nah, sekarang ... mau kemana? Ngga mungkin pulang ‘kan? Iya ‘kan? Iya dong!?”Dengan kecepatan dibawah lima puluh Kilometer Per Jam, Angel mengemudi sembari memikirkan tujuan selanjutnya. Ditengah perjalanan dia hanya melihat kearah kiri dan kanan sambil berbicara sendirian. Dia benar – benar sangat bingung pada saat itu. “Sumpah ya! Kemana aku harus pergi sekarang!? Otak! Tolong berpikir dong! Kasih aku tujuan supaya nggak bosen begini! Aaaghhhh!” teriak Angel sambil memukul kemudi mobil. Brum – brumm ...Angel menepikan mobil dan menghentikannya di tepi jalan tepat di belakang beberapa mobil yang tengah terparkir. Lalu, dia pun mematikkan mesin mobil dan menyandarkan tubuhnya di tempat duduk mobil. Seeettt ...Dia mengambil tas miliknya yang tergeletak di tempat duduk yang ada di sebelahnya dan mengeluarkan ponselnya. Kemudian, baru saja dia menghidupkan layar ponselnya, “Lah! Aku ngapain, coba!?”Lagi-lagi dia berbicara sendiri. Dia juga menghentikan mobil dan tida
“Tidak, Tuan, tadi ‘kan saya sudah bilang. Saya juga sudah selesai makan,” jawab Angel dengan santai. “Ah, baiklah. Sebelum itu, saya ingin memperkenalkan diri. Saya Faena Christ Dalbert. Saya ingin ...,” “Tadi Istrinya, sekarang Suaminya mungkin, hadehhh ....” gumam Angel sambil memasukkan ponsel ke dalam tas miliknya. “Ah, maaf?” tanya Pria itu, seketika menghentikan perkataannya. “Ah, tidak – tidak. Lanjutkan, Tuan,” jawab Angel. “Maaf, tapi sepertinya tadi anda sedang berbicara ...,” “Oh, ngga, saya sedikit terkejut saja dengan ... ya, tadi Istri anda sempat menemui saya sih. Yah, walau pertemuan itu AGAK sedikit kurang meng-enakkan, hehehe ...,” potong Angel.Raut wajah Angel seketika berubah setelah mengetahui kalau orang yang saat itu ada di hadapannya adalah Suami dari Rebecca Carolinna, atau Rebecca Faena, atau Ayah dari Alan Faena dan Sherly Faena. Seketika dia langsung paham dengan apa yang ingin disampaikan Pria itu selanjutnya. “Ah, jadi
Nada bicara Tuan Faena seketika berubah semenjak Angel melakukan sedikit kesalahan saja padanya. Saat itu, yang awalnya Angel merasa bosan dan muak dengan pembahasan itu, seketika jantungnya langsung berdetak kencang. Posisi sekarang berbalik padanya. Angel langsung terdiam saat mendengar itu. “Jangan sombong kamu! Kamu pikir karena saya sangat membutuhkan Hotel itu, kamu bisa se-enaknya berbicara, hah! Saya bisa saja mendapatkan Hotel itu secepatnya! Masih baik saya menemui kamu dengan cara baik-baik seperti ini!” Krekkk ... “Eh, ada apa tuh?”*** “Spike, kita istirahat dulu kali ya ....”Setelah beberapa saat mengelilingi kota, Hans merasa lelah. Dia pun memutuskan untuk menghentikan mobilnya di dekat sebuah taman. Dia pun keluar dari mobil dan mengunjungi sebuah market kecil untuk membeli minuman dan sebungkus rokok, lalu kembali ke Spike. Dia pun mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku kayu panjang yang ada di dekat mobilnya. Kemudian, membakar sebatang rokok dan ber
Brum – brum!Dalam perjalanan, Nyonya Faena atau biasa dipanggil Rebecca, meminta Supirnya untuk menambah kecepatan mobilnya saking panik, mengingat kalau Joe, Davin beserta tim dari kepolisiannya masih mengikuti. Dia bermaksud langsung menuju ke pesisir pantai, karena beberapa timnya sudah berada disana bersama dengan kapal untuk bisa melarikan diri. Titik awal Hotel, dimana mereka bertemu dengan Angel menuju pantai membutuhkan waktu dua jam perjalanan. “Mereka masih mengikuti!?” tanya Nyonya Faena panik. “Masih, Nyonya. Beberapa mobil polisi sudah hampir mendekati mobil kita. Ada dua unit SUV juga mengikuti,” jawab salah seorang tim perempuan Nyonya Faena yang duduk di kursi belakang mobil. “Sialan! Hmm ..., kamu! Di depan, ambil jalur kanan, kemudian langsung ambil ke kiri dan masuk ke jalur kecil!” bentak Nyonya Faena.Mendengar itu, Supir perempuan Nyonya Faena langsung mengangguk, mengiyakan perkataannya. Tibalah mereka di perempatan dan kebetulan, lampu saat itu t
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri