Pukul setengah dua malam, satu unit mobil Limosin putih berhenti tepat di depan sebuah rumah yang masih bertekstur batu bata dan belum memiliki warna. Rumah yang tak terlalu besar dipenuhi dengan orang – orang. “Eh, lihat! Mobil siapa tuh!?” “Eh iya, siapa ya?”Perkumpulan pria paruh baya terlihat berbisik melihat satu unit mobil yang baru saja tiba itu. “Ini rumah kamu, Chel?” tanya Angel sambil melihat kearah luar mobil. “Hehe, iya. Maaf ya, rumahku ngga sebagus rumahmu, Ngel, hehe …,” sahut Chelsea sambil tertawa tipis. “Husshh! Apasih, Chel!” bentak Fanny dengan sedikit berbisik pada Chelsea. “Hahaha, becanda. Ayo masuk!”Perlahan, Chelsea membuka pintu mobil dan diikuti dengan Angel dan yang lain. Lalu, mereka pun berjalan masuk ke dalam rumah bersama – sama. “Chelsea!?” “Chelsea!? Eh!?”Semua orang yang ada disana terkejut setengah mati melihat orang yang baru saja keluar dari mobil mewah itu ternyata adalah Chelsea. Ditambah dengan William, Joe dan Da
“Eh, kalian tahu tempat makan yang enak, ngga?” “Ah, saya tahu, Ngel. Ada sebuah restoran yang cukup enak, tapi agak sedikit jauh dari sini,” “Hmm? Ya tidak masalah, berarti kita kembali dulu ke rumah Chels … eh, Chelsea!?”Ditengah perjalanan menuju rumah Chelsea setelah berpamitan dengan Ayahnya Chelsea, tiba – tiba saja terlihat kalau Chelsea sedang duduk sendirian di sebuah pondok kayu kecil di tepi jalan. “Kalian lama sekali!” kesal Chelsea. “Eh, kamu kenapa malah disini! Pantas saja dari tadi kamu tidak kelihatan,” kata Fanny. “Tahu nih! Kamu sedang apa disini coba?” tanya Angel. “Ck! Sudah lah, ayo kita kembali.”Sepertinya ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Chelsea dan dia memilih untuk tidak menceritakannya. Dia langsung berdiri dan berjalan lebih dulu. Tap … tap … tap … “Eh, tunggu dulu!” Angel masih penasaran dengan apa yang sedang terjadi pada Chelsea. Dia berlari menyusul Chelsea dan langsung merangkulnya. Seketika, Chelsea menghentikan l
“Huahhh ….”Setelah keributan selesai, Angel dan teman – temannya kembali ke rumah Chelsea dan langsung menuju mobil dan pergi ke restoran untuk mencari makanan. “Wah, mataku perih sekali nih! Malam hari sampai sekarang, aku belum ada tidur,” lanjut Angel sambil menguap dan mengusap – usap sedikit kedua matanya. “Hah? Belum ada tidur? Perasaan, saat didalam pesawat sebelum tiba di bandara, penumpang yang tidurnya paling terlelap itu kamu deh, Ngel?!” sahut Cassey, duduk di kursi paling belakang mobil tepat disamping samping Angel. “Hahaha, iya, penumpang yang tidur dengan suara dengkuran paling keras lebih tepatnya, Cass, hahaha,” kata Fanny dari arah depan. “Hahhh! Itu ngga perlu dibahas kali! Ya namanya juga tidur dalam kondisi lelah, wajar sih. Lagi pula, setelah tiba di bandara sampai sekarang aku belum ada tidur. Kalian sih enak bisa tidur di rumah Chelsea, aku ngga! Suhu di rumah Chelsea terasa dingin banget soalnya,” “Wahh, maaf ya, Ngel, di rumahku ngga ada pe
“Nah, itu restorannya. Kita tinggal belok saja.” “Oke!”Pukul setengah Sembilan pagi, Angel dan teman – temannya tiba di sebuah restoran sesuai dengan arahan Lyodra. Mereka pun keluar dari mobil satu – persatu dan masuk ke dalam restoran. Davin dan Samuel menyusul, karena mereka berdua harus memarkirkan mobil limosin itu terlebih dahulu. Sesampainya di dalam, “Hmm, restoran ini boleh juga,” kata Angel sambil menatap ke sekeliling ruang restoran. “Ah, benar, Ngel. Ini merupakan salah satu restoran yang sering saya kunjungi bersama dengan keluarga saya dulu. Restoran ini sudah buka selama dua puluh tahun lebih dan makanan disini sangat lezat sekali. Penampilan restoran yang sangat elegan dan sangat kekinian, terkesan seperti berada di dalam restoran yang ada di hotel berbintang dan …,” jelas Lyodra. “Ssstt! Kamu tidak perlu menjelaskannya terlalu mendalam, Lyodra. Dia memiliki restoran yang lebih – lebih mewah dari pada ini. Dia berkata seperti itu, itu tandanya restoran
“Ma – maaf, Tuan, bu – bukannya kami tidak ingin melakukannya, ta – tapi mereka baru saja duduk dan menikmati makanan. Mo – mohon berikan waktu sebentar lagi, Tuan,” “Heh! Kamu ngga bisa dibilangi ya! Sekarang, usir mereka! Kalau kamu membantah lagi, saya akan meminta Papa untuk memecat kalian semua!!!” “Hey, apa – apaan kamu! Enak saja, aku yang akan makan disana! Hey, kamu! Kalian semua! Usir mereka sekarang dan juga nih, usir si gendut ini!!!” “Eh, kamu yang pergi! Dasar je …,” “Maaf, Tuan – Tuan dan Nona – Nona sekalian. Maaf mengganggu perdebatan seru nya ….”Ditengah perdebatan yang tak kunjung usai itu, Davin pun tiba bersama dengan Angel disampingnya. Seketika, perdebatan itu pun selesai dengan seluruh mata mereka menatap kearah Davin dan Angel. “Siapa kamu! Berani sekali kamu memotong pembicaraan kami!” bentak seorang pria yang sejak dari tadi meminta seluruh pelayan restoran untuk mengusir Angel dan teman – temannya. “Maaf kalau saya lancang sudah mengga
“Sialan, berani – beraninya dia menantangku seperti itu! Memangnya siapa dia!?”Pria itu keluar dari restoran dengan perasaan marah. Wajahnya terlihat sangat merah dengan kedua tangan yang masih mengepal keras. “Hey, Queen! Kamu kenapa diam saja!? Memangnya kamu terima dipermalukan seperti itu di restoranmu sendiri, hah!?” bentak pria itu bertanya pada seorang wanita bernama Queen.Queen Valencia Roberto Christoper adalah seorang wanita cantik berkulit putih, memiliki rambut hitam lurus hingga menyentuh punggung dengan sentuhan hijau pudar di akhiran rambut, bertubuh tinggi langsing serta memiliki mata berwarna biru. Queen adalah putri pertama dari pasangan pengusaha kaya dan juga Kakak dari si Pria itu. Pria itu bernama King Maximus Roberto Chrishtoper. Seorang Pria muda yang tak terlalu tampan. Dia memiliki tubuh gemuk yang bertolak belakang dengan Queen. “Gila! Hey, aku juga masih punya harga diri tahu!” jawab Queen. “Trus, kenapa kamu diam saja saat si brengsek itu menan
Ternyata, itu adalah si Gendut King. Dia bersama dengan teman – temannya membawa enam belas orang bawahan Ayahnya untuk member pelajaran pada Angel dan yang lain. “Hahaha ... wah, habis pasti mereka,” sahut salah seorang teman King. “Hahaha. Duh, aku ngga sabar melihat mereka berlutut dan memohon padaku!” “Hahaha, pasti seru sih. Nah, apalagi yang kamu tunggu, King? Ayo masuk!?” “Sebentar, kita biarkan mereka disiksa terlebih dahulu, lalu kita masuk ke dalam sambil tertawa, hahaha ...,” “Wah, kamu memang ...,” “Eh, King, itu bawahan Ayah kamu, ‘kan?” salah seorang teman King menunjuk kearah depan. Terlihat kalau seorang Pria berbadan kekar menggunakan seragam hitam ketat berkacamata berjalan kearah mobil King. Melihat itu, King dan teman – temannya langsung keluar dari mobil. “Ada apa?” tanya King. “M – maaf, Tuan, pelayan – pelayan itu mengatakan kalau orang yang anda cari itu sudah tidak ada,” jawab si pria berbadan kekar itu dengan raut wajah panik. “Apa
“Maaf, tadi Chelsea berpesan kalau dia sedang mengunjungi salah satu teman lamanya, Tu ... ah, Pak,” sahut Joe.Angel yang tadinya sedang berpikir keras mencari alasan, seketika menatap wajah Joe. Dia merasa sedikit terbantu dengan adanya jawaban dari Joe. “Ah. Iya, Pak, saya hampir saja lupa,” sahut Angel sambil menyeringai dan menggaruk kepalanya. “Ah, begitu ...,” “Oh iya, Pak, sejak awal kami tiba disini, kami belum memperkenalkan diri sebelumnya. Saya Angel dan ...,” “Saya, Cassey, Pak ....” Seluruh teman – teman Angel dan juga William bersama dengan Sonia memperkenalkan diri mereka masing – masing sambil berjabat tangan dengan Ayahnya Chelsea. Lalu, saat giliran Joe untuk memperkenalkan dirinya, “Oh iya, Pak, itu, Joe ... dia adalah kekasihnya Chelsea,” kata Angel. “Ah, iya, Pak, salam kenal ... saya, Steve Joe,” sahut Joe sambil berjabat tangan dengan Ayahnya Chelsea dan sedikit membungkukkan tubuhnya. “Wah ... ternyata Chelsea punya kekasih juga, ya, hah
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri