“Yah, Bu, aku ke toilet sebentar ya,” “Hmm? Yah sudah, tapi jangan lama – lama loh … makanannya keburu dingin nanti,” “Iya, sebentar doing kok …,” “Kak Elena, aku ikut ya …,” “Hmm? Ayo!”Terlihat seorang wanita cantik berkulit putih tinggi dengan rambut kuning kecoklatan menjuntai mengenakan setelah Shift-Dress hitam. Ia bernama Elena Heaven Haward, bersama dengan keluarganya tengah menikmati makanan di restoran itu sembari menunggu jadwal penerbangan. “Kak, itu apa!?” tanya adik perempuan Elena, bernama Cheryl Nicole Haward, sambil menunjuk kearah pintu dapur. “Hmm?”Baru saja Elena dan Cheryl keluar dari toilet, tiba – tiba Cheryl melihat kerumunan orang dari arah sebelah kanan. Sontak, Elena langsung menoleh kearah kerumunan itu. Lalu, Elena mengercitkan keningnya sembari terus melihat, “Aaron, bukan?” “Aaron? Aaron siapa, Kak?” “Ah, teman kakak, Cher … hmm, bagaimana kalau kita kesana sebentar?”Tak tahu apa yang terjadi, Cheryl hanya diam dan menganggu
“Eh! Kamu yang bener aja!” “Benar, Nona … sepertinya saya tahu dimana Chelsea, tapi … ini masih berdasarkan tebakan saya. Jika anda ingin menyusul, saya akan mengirimkan lokasinya. Saya sedang dalam perjalanan menuju kesana,” “Y – yah sudah, kirim sekarang,” “Baik, Nona.”Tepat pukul enam sore menjelang malam, tiba – tiba saja Michael menghubungi Angel. Dia mengatakan kalau dirinya mengetahui lokasi keberadaan Chelsea. “Ada apa, Ngel?” tanya Cassey, yang sejak dari tadi memperhatikan dan mendengarkan Angel. “Michael mengatakan kalau dia tahu, dimana Chelsea,” jawab Angel dengan sedikit terlihat santai. “Loh! Lalu bagaimana? Dimana dia sekarang, Ngel?” tanya Fanny, meneruskan perkataan Cassey. “Hmm …, ngga tahu. Michael akan mengirimkan lokasinya padaku, Cass,” kata Angel, masih terlihat santai. “Lalu? Mengapa kamu terlihat santai sekali, Ngel?” tanya Samuel dari arah depan. “Lah? Terus? Aku harus apa? Panik?” “Hah? Ya setidaknya bahagia begitu?” “L
“Eh, kamu serius … hmm, siapa tadi? Elena?” “Lah, iya dong, Tuan … malah saya juga sudah banyak berbicara dengannya tadi ….”William terkejut setengah mati, mendengar apa yang dikatakan Aaron. Akan tetapi, dia masih belum sepenuhnya percaya dan bertanya kembali pada Elena dan saat Elena mengiyakannya, “Sial! Kenapa kalian tidak bilang dari tadi!” bentak William. “Saya sudah berusaha memberitahu kamu sejak tadi William … tapi kalian malah asik berkenalan!” kesal Aaron. “Ck! Hmm … ba … hmm … bagaimana? Hmm … ah! Aaron, bagaimana kalau kamu perintahkan untuk membatalkan penerbangan pesawat itu?” “Hmm … sepertinya tidak bisa, Will. Kalau lima menit sebelum persiapan untuk lepas landas, kemungkinan bisa. Sepertinya, pesawat sudah siap – siap untuk lepas landas, atau mungkin sudah lepas landas …,” “Ck! Hissssh! Kemana rute penerbangannya!?” “Ve …,” “Eh, tunggu – tunggu! Sebenarnya ini ada apa sih!?”Sejak tadi, Sonia hanya diam sembari memandangi William dan Aaron
“Aaarrrggghhh, tolooong!” “Tolooong!” “Mohon perhatian, semuanya langsung berlari ke pintu darurat!” “Aaarrrgggh!” “Hmm?” Jegeeer! Duaaarrr! Bip … bip … bip … “Eh!? Ada apa ini!?”Suasana hening nan tenang diiringi suara tipis mesin pesawat dan cahaya yang sedikit redup, kiri berubah menjadi menegangkan dan memerah. Chelsea yang awalnya tengah tertidur dalam kondisi duduk, seketika terbangun dan melihat kalau semua orang sedang berlarian kesana – kemari dengan alarm bahaya berbunyi dan lampu berwarna merah berkedip beberapa kali, menandakan kalau kondisi pesawat sedang tidak baik – baik saja. “Eh, hmm … maaf, Nona, i – ini ada apa, ya?” tanya Chelsea, berdiri dari tempat duduknya dan menghentikan seorang wanita paruh baya yang tengah berlari kearahnya. “Baling – baling pesawat tersambar petir! Cepat selamatkan di …,” Duaaarrr!!! “Aaarrrggghhh!” “Aaarrrggghhh!” “Aaarrrggghhh!” “Hmm? Eh, Nona, anda kenapa?” “Eh? Ah, ng – nggak apa – apa, Nyo
“Huaaahh, hmm ….”Chelsea terbangun dari tidur karena sempat bermimpi aneh. Ia termenung sambil menatap kearah luar jendela tepat disampingnya, memandangi awan – awan. “Permisi, Nona …,”Ditengah renungan itu, tiba – tiba seorang pramugari menghampiri sembari membawa beberapa roti dan minuman yang diletakkan diatas tray. Spontan, Chelsea langsung berbalik dan langsung menyapa balik, “Iya, ada ap … eh, Lyodra!?” “Hmm? Iya, Nona? Kok …?”Graabb!!!Tanpa banyak berbicara, Chelsea langsung memeluk Pramugari itu dengan erat. Namun, si Pramugari itu terlihat kebingungan dan langsung mendorong pelan tubuh Chelsea, menjauh darinya. “Maaf, Nona, anda siapa!?” kesal Pramugari itu bertanya pada Chelsea. “Eh? Kamu tidak ingat padaku?” tanya Chelsea, terkejut mendengar perkataan Pramugari itu. “Maaf sekali lagi, Nona, saya tidak mengenal anda. Memangnya anda siapa, ya?” tanya Pramugari itu sambil mengernyitkan keningnya. “Ini aku, Lyodra … ini aku, Chelsea! Masa’ kamu tidak
“Yah, mungkin seperti itu kejadiannya dan …,” “Lyodra, ayo,” “Eh, iya. Hmm, Chel, aku pergi dulu ya. Lain kali, kita ngobrol lagi. Nomorku disimpan saja,” “Iya, Lyodra.”Tepat pada pukul Sembilan malam, si Pramugari itu dipanggil oleh salah seorang temannya. Baru bertemu beberapa menit setelah sekian tahun tidak bertemu, akhirnya mereka berpisah kembali. Lyodra yang merupakan seorang Pramugari pesawat itu ternyata sahabat Chelsea saat kecil. Chelsea bertemu dengan Lyodra, saat Lyodra bermain di salah sebuah taman bermain di Venezuela bersama dengan kedua orang tuanya. Saat itu, banyak sekali anak ditemani oleh orang tuanya tengah bermain di taman bermain itu. Namun, ada seorang anak perempuan kecil berpakaian sedikit kusam yang tengah berdiri sendiri diluar taman bermain. Ia sedang memperhatikan anak – anak lain yang sedang bermain disana dengan perasaan bahagia. Tiba – tiba, Lyodra kecil yang tengah bermain di sebuah ayunan seketika menghentikan ayunannya dan matanya tertuju
“Mohon maaf, Tuan dan Nona, kita telah tiba di bandara Venezuela.”Pukul Sembilan tiga puluh, pesawat yang ditumpangi Angel dan teman – temannya tiba di bandara Venezuela. Perlahan, Angel dan teman – temannya terbangun satu – persatu karena suara seorang Pramugara itu. “Huaaahhh … hmm, serius?” tanya Angel sambil menguap. “Iya, Nona. Kita baru saja tiba,” jawab Pramugara itu. “Huaaahhh … mataku baru saja terpejam, eh udah sampai saja! Terbang tiga puluh menit lagi ngga bisa? Kemana begitu? Aku masih ngantuk nih!” kesal Angel, sambil meregangkan tubuhnya. Sssrrrkkk! “Eh, tukang tidur! Kamu pikir pesawat ini apaan, hah! Mobil!? Ayo bangun, dasar pemalas!” bentak Cassey, menarik rambut Angel. “A – aduh! Sakit tahu! Iya – iya aku bangun, ah!” kesal Angel kesakitan.Dengan berat hati, Angel pun berdiri dari tempat duduknya dan perlahan berjalan keluar dari pesawat, diikuti oleh teman – temannya. Sssrrruuuppp! Fiuuuhh … “Wah, segar kali udaranya,” kata Fanny sambi
“Kak Angle tidak me …,” Grabbb! “Eh?!” “Ah, saya memilih untuk tetap tinggal, Ron. Masih ada beberapa urusan yang belum saya selesaikan, hehe …,” jawab William, sambil menutup mulut Sonia. “Hmm, begitu ya. Jadi, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Aaron. “Ini, pacarku ingin makan sesuatu katanya. Jadi kami ingin ke restoran terlebih dahulu dan setelah itu, kami akan kembali ke kantor,” jawab William dengan santai. “Ah, kebetulan sekali, saya juga ingin pergi ke restoran. Saya masih ada beberapa jam lagi untuk istirahat. Bolehkah saya bergabung?”Seketika William terdiam sejenak. Entah apa yang sedang dipikirkannya, tapi tiba – tiba perasaannya menjadi tidak enak setelah mendengar perkataan Aaron. Disatu sisi, William tidak ingin Aaron ikut bersama mereka saat itu. Akan tetapi, “Will, bagaimana?” “Ah, kamu ingin bergabung? Ya – yah sudah, ayo ….”Akhirnya William mengiyakan dan mengajak Aaron untuk bergabung. Ia pun melepaskan tangannya dari mulut Sonia, lal
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri