“Tidak, aku serius untuk kali ini … kita kembali ke LA dulu. Setelah pekerjaanku selesai, aku akan menjemputmu lagi dan kita akan kembali ke sini. Sekalian, aku juga akan mempertemukanmu dengan Kak Angel. Kamu mau?”
Awalnya, Sonia sangat keberatan kalau William ingin mengantarkannya pulang ke Lost Angles. Dia tidak percaya dengan perkataan William, setelah apa yang baru saja terjadi sebelumnya. Namun, karena dijanjikan akan dipertemukan dengan Angel, Sonia pun berubah pikiran dan dengan sedikit ragu, dia pun mengiyakannya.
“Tenang saja, aku tidak akan membohongimu kali ini …,” kata William.
“Yah, semoga saja lah ….”William kembali fokus mengemudi menuju bandara terdekat yang ada di Washington DC. Tidak ada percakapan apa pun lagi yang keluar dari mulut mereka berdua.
Beberapa saat kemudian, waktu menunjukkan pukul dua siang. William dan Sonia, masih dalam perjalanan
“Taksi!” Ciiittt! Brakk! “Pak, kita ke bandara ya …,” “Baik, Nona.”Pukul dua lewat sepuluh siang, Chelsea baru saja selesai melakukan pengiriman uang melalui Teller Bank. Setelah itu, dia pun langsung berangkat pergi menuju bandara menggunakan taksi. “Pak, kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kita sampai di bandara?” tanya Chelsea sambil memeriksa ulang isi koper miliknya. “Ah, kita masih sangat jauh, Nona … butuh sekitar empat sampai lima jam lagi untuk sampai di bandara,” jawab si pengemudi taksi itu sambil mengemudi. “Hmm, oke deh. Kalau bisa, sedikit dipercepat lagi ya, Pak, saya sedang terburu-buru nih,” kata Chelsea. “Baik, Nona ….” Kreeekk …Selesai memeriksa ulang semua barang-barangnya yang ada di dalam koper, dia pun meletakkan kopernya tepat di sampingnya, lalu dia pun menyandarkan tubuhnya sembari menatap kearah luar taksi. Terdiam sembari termenung menikmati pemandangan beberapa kendaraan yang tengah melintas, dan beberapa pe
“Eh, by the way … si Chelsea apa kabar?”Beberapa saat kemudian, makanan dan minuman yang telah dipesan oleh Davin tiba di meja makan. Angel dan yang lainnya pun menikmati makan siang mereka bersama-sama. “Iya, nih … sudah hampir pukul tiga sore. Kita sudah harus tiba di bandara sebelum pukul enam sore, tapi … sudah hampir pukul tiga sore, kita masih duduk dan menikmati makan siang, dan si Chelsea ngga tahu dimana rimbanya,” sahut Cassey, duduk sambil menikmati makan siangnya disamping Angel. “Ngga tahu deh! Kepalaku pusing kalau harus memikirkan itu! Lagian, untuk apa coba pake acara kabur-kabur segala!? Hadehh … sejak kapan sih tuh anak jadi seperti itu!?” tanya Angel dengan raut wajah kesal, melihat kearah teman-temannya. “Hmm …, bukan nya mau gimana-gimana, ya, tapi … kamu sih, Ngel, sudah tahu situasinya sedang tidak enak, eh kamu malah bercanda. Siapa coba, yang ngga marah? Iya, ‘kan?” tanya balik Samuel. “Sluurrrrpph … lho!? Kok malah jadi aku yang salah!? Eh,
“Tak berniat menghina? Eh, kamu tahu kenapa si Chelsea bisa sampai kabur begitu?” “Iya, saya tahu, tapi sekali lagi saya katakan, kalau Nona Angel tidak berniat untuk menghina. Saya tidak bermaksud membela nya, tapi memang kenyataannya seperti itu,” “Lalu?” “Hmm … Nona Angel memang suka sekali bercanda, terlebih lagi pada sahabatnya. Akan tetapi, dia masih belum tahu kapan waktunya untuk bercanda, dan waktu untuk serius. Begini … Nona Angel memang terlihat sudah lebih dewasa dengan usianya sekarang ini, tapi … dia masih sering terlihat lebih ke kanak-kanakan. Kamu adalah sahabatnya ‘kan? Masa’ kamu tidak tahu akan hal itu?”Davin mencoba mengarang sedikit perkataannya, agar emosi Cassey meredah. Dia berbicara seolah-olah sering bersama dengan Angel, dan membuat Cassey yang seolah-olah jarang bersama dengan Angel. “Eh, aku sudah berteman dengannya sejak awal masuk ke Universitas. Sifat, karakter, gaya bicara, bahkan sampai isi-isi dalam si Angel itu, aku sudah tahu semua! B
Vroom – vroom … “Nah, sekarang … kita akan pergi kemana?”Selesai makan, Angel dan teman – temannya langsung kembali ke mobil dengan Samuel sebagai supirnya. Davin sebagai supir cadangan, duduk tepat disamping Samuel. Kemudian, Cassey dan Fanny berada di kursi tengah, dan Angel berada di kursi paling belakang seorang diri. “Hmm … sebentar,” kata Angel.Bergegas, Angel mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas. Lalu, ia pun melihat kearah ponselnya. “Hmm, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Tiga jam lagi, kita harus sudah tiba di bandara. Kalau seandainya kita mencari Chelsea sekitar satu atau satu setengah jam lagi, apakah mungkin, Vin?” tanya Angel, menoleh kearah Davin. “Hmm … maaf kalau saya lancang, Nona, tapi … sepertinya itu tidak mungkin. Begini, target awal kita untuk sampai ke Venezuela itu tepat di pukul enam sore. Yah, memang jarak kita sekarang menuju bandara hanya memakan waktu dua jam saja. Akan tetapi …,” “Hmm …, Benar juga. Ini sudah pukul tiga
Perlahan, Michael menceritakan tentang pertemuannya dengan Chelsea, sampai akhirnya dia berpisah. Joe mencoba fokus mendengarkan cerita Michael dengan raut wajah yang serius dan tak berpaling sedikitpun. “Nah, jadi seperti itu, Joe. Chelsea tidak ingin kalau Nona Angel termasuk kamu, mengetahui kalau saya bertemu dengannya beberapa jam yang lalu. Dia juga …,” “Lalu, bagaimana, Tuan!? Apakah dia baik – baik saja!? Kemana dia akan pergi, Tuan!? Ayo kita berangkat sekarang, Tu …,” “Eitttsss … ssttt! Sebentar dulu, kamu ini main potong – potong saja! Saya belum selesai bicara, lho!” kesal Michael. “Maaf, Tuan, saya terbawa suasana tadi,” sahut Joe, menundukkan kepalanya. “Hadeh … sabar dulu, saya belum selesai bicara! Nah, jadi … Chelsea dalam keadaan baik. Yah, walaupun sempat hampir ditabrak oleh mobil, tapi berhasil di …,” “Apa?! Jadi bagaimana kondisinya, Tuan!? Apakah ada yang luka atau ba …,” “Ck! Hei! Bisa tidak, kalau saya sedang berbicara, kamu dengarkan te
“Hah? Serius? Perasaan kemarin saya baru saja terbang ke Venezuela di jam yang sama. Kenapa tidak bisa?” “Maaf, Nona, cuaca sedang tidak bagus dan … terdapat beberapa masalah di unit pesawat yang akan terbang kesana. Jika berkenan, anda bisa datang lagi besok pagi,” “Besok? Apakah tidak bisa hari ini, Tuan? Tolong dong, saya sangat terburu – buru sekali ini … saya harus hadir di acara pemakaman Ibu saya,” “Saya mengerti, Nona, tetapi memang begitu adanya. Tidak ada unit lagi yang akan terbang kesana hari ini dan terakhir, baru saja terbang beberapa jam yang lalu ….”Seketika, William dan Sonia beserta Aaron langsung menoleh kearah wanita yang tengah berdebat dengan Airline Ground Staff, seorang pria yang bertugas menyampaikan informasi tentang jadwal penerbangan, penjualan tiket dan lain – lain. “Jadi bagaimana? Masa’ saya harus menunggu sampai besok? Tolong dong, coba kalau kamu berada di posisi saya … bagaimana perasaan kamu?” “Iya, Nona, saya tahu perasaan anda bagai
“Hufffttt … kenapa anda tak mengatakan ini sejak dari tadi, Tuan? Saya lelah menghubungi Chelsea sambil mengelilingi kota seharian dan … ternyata ponselnya sudah dijual? Hadehh …,”Terlihat raut wajah Joe yang sudah lesu dengan nada bicara yang sudah terlamat melambat. Tak sedikitpun wajahnya menoleh kearah Michael saking terempasnya. “Yee … mana saya tahu! Nona Angel dan teman – temannya yang lain juga tak memberitahu saya. Yah sudah, kalau semisal kita berkeliling sekali lagi bagaimana? Harap – harap kita bisa menemukan Chelsea,” kata Michael mencoba member semangat pada Joe. “Harap – harap bisa menemukan Chelsea? Kalau … tidak ketemu juga, Tuan? Bagaimana?” tanya Joe dengan nada pelan sambil termenung menatap kearah luar mobil. “Saya akan menghubungi Nona Angel untuk mempertanyakan itu. Lagi pula, sampai saat ini mereka masih terus mencari Chelsea,” jawab Michael. “Hufffttt … yah sudah, saya ikut saja. Lalu, kemana kita akan pergi sekarang, Tuan?” “Kita coba telus
“Yah, Bu, aku ke toilet sebentar ya,” “Hmm? Yah sudah, tapi jangan lama – lama loh … makanannya keburu dingin nanti,” “Iya, sebentar doing kok …,” “Kak Elena, aku ikut ya …,” “Hmm? Ayo!”Terlihat seorang wanita cantik berkulit putih tinggi dengan rambut kuning kecoklatan menjuntai mengenakan setelah Shift-Dress hitam. Ia bernama Elena Heaven Haward, bersama dengan keluarganya tengah menikmati makanan di restoran itu sembari menunggu jadwal penerbangan. “Kak, itu apa!?” tanya adik perempuan Elena, bernama Cheryl Nicole Haward, sambil menunjuk kearah pintu dapur. “Hmm?”Baru saja Elena dan Cheryl keluar dari toilet, tiba – tiba Cheryl melihat kerumunan orang dari arah sebelah kanan. Sontak, Elena langsung menoleh kearah kerumunan itu. Lalu, Elena mengercitkan keningnya sembari terus melihat, “Aaron, bukan?” “Aaron? Aaron siapa, Kak?” “Ah, teman kakak, Cher … hmm, bagaimana kalau kita kesana sebentar?”Tak tahu apa yang terjadi, Cheryl hanya diam dan menganggu
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri