“Kalau tidak ada, mengapa kamu sampai babak belur begini? Ckckck … kamu ini, sudah tahu salah, masih mau mengelak,” kata petugas keamanan itu.
“Astaga … sudah saya bilang, saya tidak pernah …,” “Sudah-sudah! Simpan alasanmu … ayo kita keluar sekarang, ada yang ingin bertemu denganmu,” potong petugas keamanan itu. “Sia … e-eh!”Belum sempat pria itu menyelesaikan perkataannya, petugas keamanan itu menarik kerah bajunya secara paksa, membawanya keluar dari pos penjagaan itu.
“Woy! Dasar pria mesum!”
“Rasakan itu!” “Usir saja dia, Pak! Usir!”Sesampainya diluar pos, sudah ramai para Mahasiswa yang berkumpul dan menyoraki pria di depan pos penjagaan. Ada yang melemparkan botol plastik, gulungan kertas, dan sampah-sampai lainnya ke pria itu. Petug
“Ke depan mana, Ngel?” tanya Chelsea, mengerutkan keningnya. “Ke depan sana, Chel …,” jawab Angel, sambil menunjuk kearah Samuel dan yang lain. “Hmm … sepertinya sedikit sulit, Ngel, kita harus menerobos masuk ke tengah-tengah keramaian ini,” sahut Fanny. “Iya, sih … apa, tidak ada cara untuk bisa sampai kesana tanpa menerobos keramaian ini? Atau apapun itu, yang penting bisa sampai kesana. Masalahnya, Samuel sedang berhadapan dengan Rektor. Dia bisa terancam dikeluarkan dari kampus, loh …,” kata Angel. “Eh, mengapa Samuel yang dikeluarkan dari kampus, Ngel? Secara ‘kan, bukan dia yang bersalah?” tanya Fanny pada Angel. “Benar, Ngel … menurut informasi yang kami dengan, kalau pria yang wajahnya terluka itu lah yang bersalah, dan komplotan Camille yang menjadi korban. Samuel disini, ha
“Apa-apaan si Angel itu! Mau cari muka dia, di depan Rektor dan para Mahasiswa-Mahasiswa itu, ya?” bisik Camille pada teman-temannya.Camille merasa geram melihat Angel yang bertingkah, berlagak menjadi seorang pahlawan di depan Rektor dan para Mahasiswa yang tengah menyaksikan itu. Camille membuka mulutnya, berniat untuk membantah Angel. Namun, “Ang …,” “Hei, Ngel! Kamu tiba-tiba datang, lalu mengintrogasi kami semua untuk apa? Kamu ingin unjuk gigi di depan Pak Rektor, dan para Mahasiswa ini, ya? Ah, atau kamu suka dengan Michael?” potong Sherly, bertanya pada Angel, dengan raut wajahnya yang sudah sangat kesal pada Angel. “Ah, pantas saja dia tiba-tiba muncul dan berkata, layaknya seperti sedang menyudutkan kita, agar orang-orang menganggap kalau kita hanya membuat berita bohong, dan menyelamatkan Michael. Wah, seandainya cara ini berhasil, kamu bisa menaikkan nama di
“Oke, berdirinya saya disini, ingin …,” “Hmm, maaf, Saudara Michael …, la-langsung pada inti permasalahannya saja, hehe … maaf kalau saya lancang,” potong Hans, dari arah seberang Michael.Sontak, seluruh Mahasiswa itu langsung tertawa terbahak-bahak, melihat kelakuan dari Michael. Terlihat, Rektor itu tengah menggelengkan kepala sambil menekan kening menggunakan jari tangannya, dan tersenyum kecil melihat kelakuan Michael. Michael hanya bisa tertawa dan menunduk sambil menggaruk kepalanya, berusaha menutupi rasa malunya. “Oke-oke, sudah cukup tertawanya … untuk Saudara Michael, silahkan …,” kata Pak Rektor, menghentikan seluruh Mahasiswa itu.Seketika, suasana kembali hening. Suara-suara yang mentertawakan Michael tadi, seketika hilang. Mental Michael jatuh setelah mendapat ejekan dari para Mahasiswa yang sangat banyak itu. Namun, dia mencoba menenangkan diriny
Masalah selesai, Rektor itu berjalan mendekati Angel dan Michael, dan berdiri di depan mereka menghadap para Mahasiswa yang tengah duduk itu. “Oke, atas kesalahpahaman yang telah kita saksikan bersama tadi, saya selaku Rektor di kampus ini, meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya harap, kejadian ini tidak terulang lagi, dan kejadian ini mengajarkan kita semua untuk tidak menuduh orang sembarangan, apalagi berniat untuk mempermalukannya di depam umum. Karena sebenarnya, orang yang berniat untuk mempermalukan orang lain, sama hal nya dengan mempermalukan dirinya sendiri. Itu saja yang bisa saya sampaikan, dan sekali lagi, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya pamit undur diri, terima kasih ….”Rektor itu berbicara pada seluruh Mahasiswa itu, bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karena kejadian itu, para Mahasiswa sempat merekamnya menggunakan ponsel mereka masing-masing dan sampai permasalahan itu selesai pun
Setelah Angel masuk dan menutup pintu mobil, Michael langsung menginjak pedal gas mobilnya, dan berangkat pergi meninggalkan kampus. Saat mobil Michael berjalan kearah gerbang, mata Samuel masih terpusat menatap mobilnya tanpa berkedip, sampai mobil Michael pergi meninggalkan kampus, seketika pandangan Samuel terhenti kearah jalan. Anehnya, Samuel masih terus menatap kearah jalan, dan tak bergerak sedikitpun seperti sedang melamuni sesuatu. Tampak dari arah pintu pos penjagaan, petugas keamanan yang membawa Michael tadi baru saja keluar, sambil membawa segelas kopi. Lalu, dia berjalan menghampiri Samuel. Merasa kebingungan dengan apa yang sedang diperhatikan oleh Samuel sampai membuatnya tak bergerak dengan mulut terbuka, petugas keamanan itu melambaikan telapak tangannya ke hadapan wajah Samuel, lalu mengikuti arah matanya. “Kamu sedang melihat apa, Sam?” tanya Petugas Keamanan itu. “Michael baru saja pergi menggunakan mobil
Setelah kejadian yang sangat memalukan itu, Camille dan kedua temannya memutuskan mendatangi sebuah tempat karaoke dan menyewa satu ruangan untuk melampiaskan kekesalan mereka. Brak! “Sialan si Angel itu! Sumpah, aku malu banget tadi! Iggghhh!!!” kesal Camille sambil mengepalkan kedua telapak tangannya dan menghempaskan tubuhnya di sofa. “Iya, lama-lama si Angel itu semakin melunjak, ya! Sementang dia anak dari keluarga yang sangat kaya, jadi dia bisa seenaknya saja mempermalukan orang lain di depan umum seperti tadi. Aduh, kalau tak memikirkan terancam di keluarkan dari kampus karena membuat keributan di depan umum, apalagi ada Rektor yang turut hadir disana, sudah ku habisin dia,” sahut Sherly ikut menghempaskan tubuhnya di sofa. “Iya, apalagi dia muncul secara tiba-tiba, dan langsung menyudutkan kita. Hmm, mungkin kalau aku memiliki banyak uang, mungkin aku akan membayar se
“Hai, Max,” “Hans? Kamu datang terlambat lagi hari ini. Ada masalah?” “Ah, tidak ada kok. Tadi, ada sedikit perdebatan saja di kampus. Sekalian, aku mampir sebentar ke makamnya ayahku,” “Perdebatan? Perdebatan apa yang sampai membuatmu datang terlambat ke toko kita ini, Hans?” “Ah, tidak ada, Kok. Hanya masalah kecil saja.”Hans, seorang pria tampan bermata biru dengan gaya rambut pendek berwarna pirang, yang tadi sempat membantu Angel menyelesaikan permasalahan yang menimpa Michael. Setelah masalah selesai, Hans langsung menghilang entah kemana, di tengah kemenangan yang berhasil di raih oleh Michael, atas kesalahpahaman yang membuat wajahnya menjadi memar karena pukulan dari para Mahasiswa itu.Hans adalah sosok seorang pria yang sedikit pendiam dan tertutup. Semenjak kematian sang ayah yang masih belum diketahui penyebabnya, membuatn
“Relasi katanya, hmm … bagaimana caranya, ya? Biasanya, kalau ingin mempromosikan sesuatu itu, apa saja yang dibutuhkan, ya? Hmm ….”Hans berjalan di pinggir trotoar sambil memikirkan cara, agar toko roti peninggalan ayahnya itu bisa menjadi ramai seperti dulu. Temannya Max mengatakan kalau, dia ingin membuat tokonya itu menjadi ramai seperti dulu, dia harus menambah relasi atau berteman dengan banyak orang. Namun, cara itu sepertinya sangat sulit untuk dilakukan olehnya. Secara, dia tidak terlalu aktif di kampus, berbaur dengan para Mahasiswa lain. Dia lebih memilih untuk menyendiri, menyelesaikan pelajarannya di kampus dan pulang. Dia lebih sering menghabiskan waktunya dengan membaca buku di perpustakaan, dibanding berkumpul dengan Mahasiswa lain.Lalu, saat Hans tengah berjalan seorang diri, tiba-tiba dia melihat beberapa orang yang tengah berdiri tepat di seberang jalan, sambil membagi-bagikan selembaran kertas kepada orang-orang yang meli
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri