Christopher terus bergerak membasahi setiap inci tubuh Selena, lidahnya menyapu bersih setiap bagian yang diinginkan. Selena melihat Christopher masih bergerak lembut, menikmati puncaknya dengan bibirnya yang lembut dan basah. Setiap sensasi yang dia dapatkan membuat Selena terisak-isak atau bahkan mendesah, “Uhmm.”“Sekali lagi apa yang eungh!.... Mengapa Anda baru mencariku di hari ke-8? Kenapa Anda baru datang mencariku? Dan kenapa, selalu terpancar rasa marah dan khawatir dalam ekspresimu yang sama?”Tanya Selena dengan nada penasaran di tengah interaksi mereka berdua.Christopher mendongak, menatap tajam ke arahnya, namun tetap menyatakan, “Aku tak punya Jawaban untuk semua pertanyaanmu, Selena,” dengan nada tegas yang khas.Namun, melihat air mata mengalir dari mata biru Selena, Christopher merasa terkejut. la segera mengasumsikan bahwa itu adalah dampak dari aktivitas kasar yang saat ini tengah dilakukannya, tanpa sadar bahwa air mata Selena sebenarnya dipicu oleh jawaban singk
“Aku bisa saja, tanpa sengaja, menjadi ancaman bagimu. Apakah kau tak merasa takut?” ujar Christopher dengan tajam, mata yang memancarkan kedahsyatan.Meski upaya intimidasinya jelas terasa, Selena tetap tenang, matanya lembut. Sikapnya yang damai dan reaksinya yang tenang membuat Christopher sulit untuk membaca perasaan Selena.“Meskipun anda mungkin kembali kasar karena pengaruh obat dan luka ini, saya akan menerima segala perlakuan anda. Bahkan jika anda berencana membunuh saya, saya siap menerimanya. Saya berjanji, saya akan selalu berada di sisi anda, Tuan Christopher.”Jawaban lugu dari Selena membuat Christopher membuka matanya dengan lebar, terkejut dan terkesan dengan keyakinan yang dibawakan oleh Selena.Setelah mendengar kata-kata Selena. Christopher mengungkapkan perasaannya dengan penuh intensitas, dan melepaskan segala yang ada di dalam dirinya ke tubuh Selena yang paling dalam. Sambil memperhatikan reaksi Selena yang sangat erotis walau terlihat terkejut dan hampir sepe
“Kau memberikan pelukan, sentuhan, kepercayaan, dan waktu yang tak pernah diberikan gadis itu,”Ujar Helena sambil tersenyum miris, lalu melanjutkan, “Namun, hal tersebut tak berarti bahwa kau bisa membuatnya tunduk. Dia gadis yang cerdas, Christopher. Bahkan, si gadis muda itu mungkin lebih licik dariku. Kau harus berhati-hati.”Tenggorokan Helena terasa kering, sehingga ia meraih teh yang disajikan oleh pelayan khusus untuknya. Setiap kata yang diungkapkan Helena penuh makna, seolah-olah ia memberikan peringatan kuat kepada Christopher untuk tidak terjebak di dalam intrik dan tipu daya.Christopher menunjukkan perhatian saat mendengar suara Helena yang terdengar tercekik, memberikan kesan bahwa ini bukanlah Helena yang dikenalnya. Ucapan-ucapannya dipenuhi dengan misteri yang menggumpal di udara, menciptakan suasana yang sarat akan rahasia yang terselubung.Dengan tenang, Christopher menyampaikan perintah, “Pindahkan Selena ke kamar khusus, sehingga tidak terjadi lagi alasan bagi Se
Selena membuka matanya perlahan, merasakan hening yang mengisi ruangan kamar Christopher tanpa jejak kehadiran sang tuan rumah. Ruangan terasa sunyi dan sepi, membuatnya merasa bersalah dan malu karena merasa terlalu berani hingga membiarkan Christopher bangun lebih dahulu. Namun, dipikirannya terbit pemahaman bahwa situasi ini tak sepenuhnya kesalahannya; teringat akan detail terakhir pertemuan mereka sebelum tidur, dimana Christopher memberikannya obat agar tidur nyenyak.Selena melihat bekas-bekas cengkraman kuat Christopher yang meninggalkan jejak yang dalam di lengannya. Namun, pandangannya kemudian teralih ke langit-langit kamar yang terbuat dari kaca. Saat menengadah, dia menemukan jejak cinta Christopher yang sengaja ditinggalkan sebagai tanda kepemilikan.“Ah, begitu banyak. Mengapa beliau dengan sengaja meninggalkan semua jejak ini, apa dia sengaja ingin membuatku malu?” bisik Selena sambil menutupinya dengan sehelai kain dari gaun tidurnya.Rasa campur aduk antara kesedihan
“Hei Joey, kau melukainya.”“Itu bagus sekali, lebih baik dia mati saja daripada membuat onar terus!”Namun, situasi menjadi semakin kejam ketika Joey tiba-tiba melemparkan sebuah tempat sampah kecil ke arah kepala Selena, menyebabkan luka di kepalanya akibat benturan yang keras dan tiba-tiba. Selena hanya bisa merasakan rasa sakit dan kehancuran dalam hatinya, terpuruk oleh perlakuan kasar dan kekerasan yang dialaminya, menciptakan nuansa keputusasaan dan ketidakadilan yang melingkungi situasi tersebut.“Joey, apa yang kau lakukan?” ujar Selena, sambil terkejut melihat darah mengalir dari kepalanya.Tetapi Joey, tanpa menunjukkan penyesalan, malah membalas dengan sinis.“Apa yang ada dalam pikiranmu, kau yang melakukan kesalahan tapi malah menyalahkan aku. Astaga, Selena, di masa depan lebih berhati-hati ya!” teriak Joey sambil membanting appron ke arah Selena yang sibuk membersihkan darah yang terus mengalir dari kepalanya.Setelah itu, Joey pergi meninggalkan Selena sendirian.Mesk
“Keluar kalian semua!” Teriak seorang Kepala pelayan menggema di ruangan para pembantu.“Ya ampun, ada apa ini?”“Entahlah, tapi sepertinya masalah ini sangat serius.”“Ayo cepat-cepat.”Ketegangan mencuat di kamar para pembantu saat kepala pelayan memasuki ruangan dengan cambuk, memancarkan ancaman dan ketidakadilan bagi pelaku.Suara cambuk yang membentak bersama dengan ancaman atas pemecatan dan larangan mendapatkan pekerjaan, menciptakan atmosfer yang tegang di dalam ruangan.“Seret mereka dari dalam kamar!” Kepala Pelayan itu membentak bodyguard yang bertugas.Rasa takut dan kepanikan merajalela di antara para pembantu ketika Joey dan rekan-rekannya ditarik keluar oleh bodyguard, memperkuat suasana yang sarat konflik dan ketidakpastian.Suasana di kamar para pembantu menjadi tegang ketika kepala pelayan, dengan wajah murka, menegur Joey dengan keras. Marah dan kecewa terpancar jelas dari wajah kepala pelayan.“Sudah ku tegaskan berkali-kali bahwa pentingnya menghormati Selena dan
Christopher segera mendekati Selena, dia berdiri di depan gadis 20 tahun tersebut dan menatapnya dengan sinis. Dengan cepat, Christopher meraih dagu Selena, membuatnya terangkat dan terpaksa menatap ke arahnya.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu menyadari bahwa kau adalah milikku, Selena?” tanyanya dengan nada jengkel.Selena merasa takut dan gugup, namun akhirnya ia melangkah maju dan memeluk pinggang Christopher. Dengan gemetar, ia mengucapkan permintaan maafnya yang tulus.“Maafkan saya Tuan Christopher.” Ucap Selena dengan lembut.Christopher, yang sebelumnya marah, merasa luluh saat merasakan ketulusan dan kerendahan hati dalam sikap Selena. Gestur lembut dan lugu milik Selena berhasil mencairkan ketegangan di antara mereka, menciptakan momen penuh kedamaian dan kebersamaan di antara mereka.“Maafkan saya, Tuan Christopher. Saya tidak bermaksud membuat Anda merasa seperti ini. Saya hanya merasa tidak pantas untuk dicintai oleh pria sehebat Anda. Saya merasa terlalu renda
“Ya, ternyata dia adalah anak pemilik rumah Mode dan dari situlah dia menyembunyikan statusnya. Menyoroti kehidupan mewahnya sangat berbanding terbalik dengan situasi nyatanya, dia ingin bermain-main dengan organisasi baru yang dibentuknya. Nama mu sudah di seret Christopher, jadi kau harus menindak Vito dan Diego sebelum mereka menghancurkan pondasi mu.”“Siapa dalang di balik Vito? Tidak mungkin baginya menguasai Paris dalam semalam,” tegas Christopher dengan ekspresi serius, merenungkan rencana dan mengungkapkan keraguan atas kemungkinan seseorang bisa merebut kendali wilayah mereka dengan begitu cepat.(Pernyataan ‘dalam semalam’ dipakai untuk menggambarkan keinginan lawan mereka untuk merebut wilayah secara instan.)“Besok kita akan melakukan penyelidikan, sekarang kau harus fokus pada urusan yang lebih mendesak, Christopher,” ujar Harvey dengan serius, sebelum ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih santai.Dia menyalakan sebatang rokok sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang
Hujan belum berhenti ketika Christopher dan Selena meninggalkan mansion itu, meninggalkan darah, mayat, dan masa lalu yang ingin mereka lupakan. Namun, di balik janji kebebasan yang mereka buat, ada kenyataan yang tak terhindarkan-dunia mafia tidak akan pernah membiarkan mereka pergi begitu saja.Christopher menyetir mobil dengan kecepatan konstan. Wajahnya tenang, namun di balik matanya yang gelap, ada ketegangan yang tak terlihat. Selena duduk di sampingnya, memeluk dirinya sendiri dalam diam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar melarikan diri. Ini adalah perang yang baru saja dimulai."Apa kau yakin kita bisa meninggalkan semua ini?" tanya Selena dengan suara yang hampir tenggelam oleh suara hujan yang memukul-mukul atap mobil. "Kamu tahu mereka akan mengejarmu."Christopher menatap lurus ke depan, tangannya memegang kemudi dengan erat. "Aku sudah menghabiskan seluruh hidupku dalam bayang-bayang kekejaman ini, Selena. Kalau kita terus di sını, kita tidak akan pernah
Rumah itu sepi meskipun malam telah larut. Christopher terbaring di tempat tidur, dengan Selena berada di sisinya. Mata Christopher menatap langit-langit, pikirannya melayang-layang, terngiang oleh kata-kata terakhir Helena. Ia tahu ada sesuatu yang besar dan berbahaya yang akan datang, tapi ia tidak tahu kapan atau bagaimana. Semua tampak tenang sekarang, namun ketenangan ini, dia tahu, hanya akan berlangsung sejenak. Christopher merasakan badai yang akan segera menghantamnya.Dengan napas berat, Christopher bangkit dari tempat tidurnya. Duduk di tepi ranjang, dia meremas rambutnya, wajahnya tegang, dan tatapannya lurus ke arah jendela yang menghadap ke laut yang gelap. Di luar, deburan ombak terdengar pelan, menciptakan suasana damai, tapi di dalam dirinya, semuanya kacau. Selena, yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya, menatap Christopher dengan pandangan yang masih buram karena kantuk.“Kamu baik-baik saja?” tanya Selena dengan suara serak, mencoba menyesuaikan diri dengan k
Suasana rumah terasa sunyi meskipun malam sudah larut. Christopher berbaring di tempat tidur, dengan Selena berada di sisinya. Pikirannya masih terngiang-ngiang oleh kata-kata terakhir Helena. Dia tahu ada sesuatu yang besar yang akan datang, tapi dia tidak tahu apa. Semua terasa tenang, tapi dia juga sadar bahwa badai akan segera menyusul.Christopher duduk di tepi tempat tidur, tangannya meremas rambutnya. Wajahnya tegang, matanya menatap lurus ke arah jendela yang menghadap ke laut yang gelap. Selena, yang baru saja terbangun dari tidurnya, menyadari kegelisahan Christopher.“Kamu baik-baik saja?” tanya Selena dengan suara lembut, matanya menyipit karena mengantuk.Christopher tidak langsung menjawab. Dia memandang Selena sejenak, lalu berbalik memandang ke arah jendela lagi. “Ada sesuatu yang tidak beres, Sel. Kata-kata Helena… dia bukan tipe orang yang hanya mengancam tanpa rencana. Aku merasa dia menyiapkan sesuatu yang besar.”Selena duduk, menarik selimut ke tubuhnya sambil me
Malam itu terasa dingin di tepi pantai. Langit gelap tanpa bintang, seolah memberikan tanda bahwa sesuatu besar akan segera terjadi. Christopher tahu waktunya telah tiba. Semua masalah yang ditinggalkan di masa lalu kini menuntut penyelesaian, namun kali ini dia tidak akan menyerah pada amarah atau kekerasan. Dia sudah cukup belajar untuk memahami bahwa kekuasaan sejati bukan hanya tentang siapa yang paling kuat, tetapi tentang siapa yang paling bijak.Christopher duduk di ruang kerjanya, di depan meja kayu besar yang menghadap ke jendela besar yang memperlihatkan lautan yang tenang. Di tangannya, sebuah ponsel berdering pelan. Di layar tertera nama yang tidak asing: Helena. Dia tahu panggilan itu akan datang, dan dia sudah siap.Christopher mengangkat telepon dan mendengarkan suara sinis dari Helena di ujung sana."Christopher," suara Helena terdengar begitu dingin, "Sudah cukup bermain. Aku tahu kamu tidak akan bisa bertahan lama tanpa kembali ke duniamu yang sebenarnya. Waktunya un
Pagi di tepi pantai yang biasanya damai kini terasa begitu ganjil. Setelah malam penuh ketegangan itu, Christopher dan Selena seolah-olah tidak bisa sepenuhnya kembali ke ketenangan yang pernah mereka miliki. Meskipun mereka masih berusaha hidup normal, ada sesuatu di udara yang membuat segalanya terasa rapuh. Ancaman dari masa lalu Christopher telah kembali, dan kali ini tampaknya semakin sulit untuk dihindari.Christopher, yang biasanya tenang, mulai menjadi lebih waspada. Dia berjalan mondar-mandir di teras rumah, pikirannya dipenuhi berbagai rencana dan kemungkinan. Selena memperhatikannya dari dalam, duduk di meja makan, berusaha menyibukkan diri dengan secangkir kopi yang kini sudah dingin.Selena tidak bisa mengabaikan perasaannya. Sesuatu tidak beres, dan kali ini dia tahu bahwa mereka tidak bisa terus melarikan diri. Ketika Christopher masuk ke dalam rumah, wajahnya tegang. Dia duduk di kursi di seberang Selena, tetapi tatapannya kosong, seakan dia sedang memikirkan sesuatu y
Malam itu, udara di tepi pantai terasa sejuk, dengan angin malam yang berhembus lembut melalui jendela kamar. Kamar itu gelap, hanya disinari oleh cahaya bulan yang menerobos tirai tipis, menciptakan bayangan samar di dinding. Selena telah lama tertidur dalam dekapan Christopher, sementara dia berbaring di sampingnya, tetapi pikirannya terusik oleh kenangan yang mulai menghantuinya kembali. Dalam tidurnya, Christopher mengerang pelan, tubuhnya bergerak gelisah di bawah selimut. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat tegang, dengan alis berkerut seakan terjebak dalam mimpi yang buruk. Dia kembali ke masa lalu dalam pikirannya, masa ketika darah, kekacauan, dan pengkhianatan adalah bagian dari hidupnya sehari-hari. Terbayang kembali saat-saat ia mengarahkan senjatanya, terlibat dalam kesepakatan gelap, dan mengorbankan apa pun demi kekuasaan. Dalam mimpinya, dia melihat Helena, tersenyum licik sambil membisikkan kata-kata penghancuran. Tawa sinisnya menggema, mengingatkannya pada
Christopher dan Selena sedang menikmati sore indah di sebuah resor mewah yang terletak di tepi pantai Italia. Udara laut segar bercampur dengan angin sepoi-sepoi membelai wajah mereka. Di sinilah mereka merasa menemukan kedamaian yang sesungguhnya, jauh dari hiruk-pikuk masa lalu yang kelam. Seiring dengan detik yang berlalu, hubungan mereka semakin erat dan kuat. Christopher telah menjauhkan dirinya dari dunia kriminal, sepenuhnya untuk Selena. Itu bukan hal mudah, tetapi cintanya padanya membuat semua pengorbanan layak dilakukan.“Apakah kamu bahagia, Chris?” tanya Selena pelan sambil menatap laut, suaranya halus seperti desiran ombak. Dia selalu memanggilnya dengan nada yang lebih lembut akhir-akhir ini, dan Christopher menyukainya.Christopher menoleh padanya, senyum tipis tersungging di wajahnya yang selama ini penuh amarah dan kesedihan. “Setiap hari bersamamu, Selena, adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku. Aku tak pernah membayangkan bisa hidup seperti ini… damai,
Helena duduk di ruang tamu mansion megahnya, sebuah bangunan yang masih memancarkan kekayaan dan kejayaan dari masa lalu, namun kini terasa seperti kuburan megah bagi seorang ratu tanpa kerajaan. Kakinya disilangkan, sepatu hak tingginya menekan lantai marmer yang dingin. Tangan Helena yang lentik menggenggam segelas anggur merah, meski bibirnya jarang menyentuh tepi gelas. Matanya kosong, mengembara ke arah jendela besar yang menghadap ke taman belakang. Sejauh mata memandang, semuanya tampak sempurna; tapi tidak baginya.Semua yang Helena miliki masih ada: rumah mewah, perhiasan berharga, kekayaan yang melimpah. Namun, tidak ada satu pun dari itu yang bisa menggantikan kehancuran yang telah merampas jiwanya. Kartel yang dulu dipimpinnya dengan tangan besi kini runtuh. Kekuasaan yang dulu membuat orang-orang tunduk dan gemetar di hadapannya kini hilang seiring dengan nama besar yang terkubur dalam kekacauan.Helena menatap pantulan dirinya di cermin besar di sudut ruangan. Gaun mahal
Hari-hari yang kini dijalani oleh Selena bersama Christopher terasa seperti mimpi yang indah. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana namun elegan di tepi pantai, jauh dari hiruk-pikuk kota, jauh dari bayang-bayang masa lalu yang kelam. Angin laut yang sejuk selalu menyapu halaman, membawa suara deburan ombak yang menemani setiap langkah mereka.Pagi itu, Selena bangun lebih dulu. Cahaya matahari pagi menembus tirai tipis di jendela kamar mereka, menghangatkan ruangan dengan lembut. Christopher masih tertidur di sampingnya, wajahnya terlihat tenang—berbeda dengan ketegangan yang dulu sering terlihat ketika dia masih memimpin kartel. Kini, dia lebih damai, lebih rileks. Waktu di rumah pantai ini telah mengubah mereka berdua.Selena menyelinap keluar dari tempat tidur, melangkah perlahan ke balkon yang menghadap ke laut. Dia berdiri di sana, menghirup udara segar pagi sambil merasakan angin laut menerpa wajahnya. Kehidupannya yang dulu penuh dengan kesedihan dan ketakutan terasa begitu