Malam itu, udara di tepi pantai terasa sejuk, dengan angin malam yang berhembus lembut melalui jendela kamar. Kamar itu gelap, hanya disinari oleh cahaya bulan yang menerobos tirai tipis, menciptakan bayangan samar di dinding. Selena telah lama tertidur dalam dekapan Christopher, sementara dia berbaring di sampingnya, tetapi pikirannya terusik oleh kenangan yang mulai menghantuinya kembali. Dalam tidurnya, Christopher mengerang pelan, tubuhnya bergerak gelisah di bawah selimut. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat tegang, dengan alis berkerut seakan terjebak dalam mimpi yang buruk. Dia kembali ke masa lalu dalam pikirannya, masa ketika darah, kekacauan, dan pengkhianatan adalah bagian dari hidupnya sehari-hari. Terbayang kembali saat-saat ia mengarahkan senjatanya, terlibat dalam kesepakatan gelap, dan mengorbankan apa pun demi kekuasaan. Dalam mimpinya, dia melihat Helena, tersenyum licik sambil membisikkan kata-kata penghancuran. Tawa sinisnya menggema, mengingatkannya pada
Pagi di tepi pantai yang biasanya damai kini terasa begitu ganjil. Setelah malam penuh ketegangan itu, Christopher dan Selena seolah-olah tidak bisa sepenuhnya kembali ke ketenangan yang pernah mereka miliki. Meskipun mereka masih berusaha hidup normal, ada sesuatu di udara yang membuat segalanya terasa rapuh. Ancaman dari masa lalu Christopher telah kembali, dan kali ini tampaknya semakin sulit untuk dihindari.Christopher, yang biasanya tenang, mulai menjadi lebih waspada. Dia berjalan mondar-mandir di teras rumah, pikirannya dipenuhi berbagai rencana dan kemungkinan. Selena memperhatikannya dari dalam, duduk di meja makan, berusaha menyibukkan diri dengan secangkir kopi yang kini sudah dingin.Selena tidak bisa mengabaikan perasaannya. Sesuatu tidak beres, dan kali ini dia tahu bahwa mereka tidak bisa terus melarikan diri. Ketika Christopher masuk ke dalam rumah, wajahnya tegang. Dia duduk di kursi di seberang Selena, tetapi tatapannya kosong, seakan dia sedang memikirkan sesuatu y
Malam itu terasa dingin di tepi pantai. Langit gelap tanpa bintang, seolah memberikan tanda bahwa sesuatu besar akan segera terjadi. Christopher tahu waktunya telah tiba. Semua masalah yang ditinggalkan di masa lalu kini menuntut penyelesaian, namun kali ini dia tidak akan menyerah pada amarah atau kekerasan. Dia sudah cukup belajar untuk memahami bahwa kekuasaan sejati bukan hanya tentang siapa yang paling kuat, tetapi tentang siapa yang paling bijak.Christopher duduk di ruang kerjanya, di depan meja kayu besar yang menghadap ke jendela besar yang memperlihatkan lautan yang tenang. Di tangannya, sebuah ponsel berdering pelan. Di layar tertera nama yang tidak asing: Helena. Dia tahu panggilan itu akan datang, dan dia sudah siap.Christopher mengangkat telepon dan mendengarkan suara sinis dari Helena di ujung sana."Christopher," suara Helena terdengar begitu dingin, "Sudah cukup bermain. Aku tahu kamu tidak akan bisa bertahan lama tanpa kembali ke duniamu yang sebenarnya. Waktunya un
Suasana rumah terasa sunyi meskipun malam sudah larut. Christopher berbaring di tempat tidur, dengan Selena berada di sisinya. Pikirannya masih terngiang-ngiang oleh kata-kata terakhir Helena. Dia tahu ada sesuatu yang besar yang akan datang, tapi dia tidak tahu apa. Semua terasa tenang, tapi dia juga sadar bahwa badai akan segera menyusul.Christopher duduk di tepi tempat tidur, tangannya meremas rambutnya. Wajahnya tegang, matanya menatap lurus ke arah jendela yang menghadap ke laut yang gelap. Selena, yang baru saja terbangun dari tidurnya, menyadari kegelisahan Christopher.“Kamu baik-baik saja?” tanya Selena dengan suara lembut, matanya menyipit karena mengantuk.Christopher tidak langsung menjawab. Dia memandang Selena sejenak, lalu berbalik memandang ke arah jendela lagi. “Ada sesuatu yang tidak beres, Sel. Kata-kata Helena… dia bukan tipe orang yang hanya mengancam tanpa rencana. Aku merasa dia menyiapkan sesuatu yang besar.”Selena duduk, menarik selimut ke tubuhnya sambil me
Rumah itu sepi meskipun malam telah larut. Christopher terbaring di tempat tidur, dengan Selena berada di sisinya. Mata Christopher menatap langit-langit, pikirannya melayang-layang, terngiang oleh kata-kata terakhir Helena. Ia tahu ada sesuatu yang besar dan berbahaya yang akan datang, tapi ia tidak tahu kapan atau bagaimana. Semua tampak tenang sekarang, namun ketenangan ini, dia tahu, hanya akan berlangsung sejenak. Christopher merasakan badai yang akan segera menghantamnya.Dengan napas berat, Christopher bangkit dari tempat tidurnya. Duduk di tepi ranjang, dia meremas rambutnya, wajahnya tegang, dan tatapannya lurus ke arah jendela yang menghadap ke laut yang gelap. Di luar, deburan ombak terdengar pelan, menciptakan suasana damai, tapi di dalam dirinya, semuanya kacau. Selena, yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya, menatap Christopher dengan pandangan yang masih buram karena kantuk.“Kamu baik-baik saja?” tanya Selena dengan suara serak, mencoba menyesuaikan diri dengan k
Hujan belum berhenti ketika Christopher dan Selena meninggalkan mansion itu, meninggalkan darah, mayat, dan masa lalu yang ingin mereka lupakan. Namun, di balik janji kebebasan yang mereka buat, ada kenyataan yang tak terhindarkan-dunia mafia tidak akan pernah membiarkan mereka pergi begitu saja.Christopher menyetir mobil dengan kecepatan konstan. Wajahnya tenang, namun di balik matanya yang gelap, ada ketegangan yang tak terlihat. Selena duduk di sampingnya, memeluk dirinya sendiri dalam diam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar melarikan diri. Ini adalah perang yang baru saja dimulai."Apa kau yakin kita bisa meninggalkan semua ini?" tanya Selena dengan suara yang hampir tenggelam oleh suara hujan yang memukul-mukul atap mobil. "Kamu tahu mereka akan mengejarmu."Christopher menatap lurus ke depan, tangannya memegang kemudi dengan erat. "Aku sudah menghabiskan seluruh hidupku dalam bayang-bayang kekejaman ini, Selena. Kalau kita terus di sını, kita tidak akan pernah
“Tuan Christopher, rupanya kau sudah tidak sabar ya?” Christopher Bouttier hanya berdiri dan memandangi pemuas nafsu berkedok pelayan wanita yang dikirim sang istri. Dengan ekspresinya yang dingin, mafia tampan itu tidak terkejut ataupun terpengaruh oleh rayuannya.“Kau salah sangka. Lebih baik kau meninggalkan tempat ini sekarang juga, sebelum semuanya terlambat,” ucapnya. "Tapi, aku ingin dirimu...." Mendengar ucapan manja itu, Christopher merasa seperti sedang tercekik oleh hasrat. Bukan hasrat seksual.Tapi, hasrat ingin melihat wanita di hadapannya itu merintih dan menangis. Namun, mafia yang terkenal kejam itu berusaha tegar dan menciptakan jarak emosional yang dingin. “Jangan berharap akan ada ampunan dariku. Kau telah mengambil jalur yang salah untuk mencoba menjadikanku tunduk. Pergilah setelah ini, dan katakan pada Helena bahwa aku tidak membutuhkan pelayan tak berguna sepertimu!”Sayangnya, wanita itu masih bertahan.Melihat kegigihan wanita itu, Christoper dirasuki
“Selena, sekarang ini adalah kamarmu dan hari ini. Sebetulnya adalah tugas Ibumu membantu keperluan ritual mandi Tuan Christopher. Jadi, tolong jangan membuat kesalahan apapun jika kamu ingin selamat.”Kala mendengar ucapan salah satu pelayan senior di mansion Tuan Christopher, gadis itu tersadar dari lamunan. Tunggu!Apa pekerjaannya membantu ritual mandi Tuan Christopher?Selena berusaha tenang. Namun dalam hati, sebenarnya dia gugup.“Baiklah Sarah, aku mengerti,” ucapnya, profesional.Sarah, pelayan senior itu, mengangguk. Sambil memberikan pakaian ganti untuk Selena, dia kembali berkata, “Kalau begitu ayo cepat, beliau tidak suka menunggu.” Tak lama setelahnya, Selena pun melintasi para pelayan lain di Mansion. Mereka bermacam usia, ada yang sudah lanjut usia, ada yang muda, dan ada pula yang sebaya dengan Nyonya Helena. Setiap pelayan memiliki daya tariknya sendiri dan kecantikan yang khas.Dalam perjalanan menuju kamar Tuan Christopher, Selena terkesan dengan keragaman pela
Hujan belum berhenti ketika Christopher dan Selena meninggalkan mansion itu, meninggalkan darah, mayat, dan masa lalu yang ingin mereka lupakan. Namun, di balik janji kebebasan yang mereka buat, ada kenyataan yang tak terhindarkan-dunia mafia tidak akan pernah membiarkan mereka pergi begitu saja.Christopher menyetir mobil dengan kecepatan konstan. Wajahnya tenang, namun di balik matanya yang gelap, ada ketegangan yang tak terlihat. Selena duduk di sampingnya, memeluk dirinya sendiri dalam diam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar melarikan diri. Ini adalah perang yang baru saja dimulai."Apa kau yakin kita bisa meninggalkan semua ini?" tanya Selena dengan suara yang hampir tenggelam oleh suara hujan yang memukul-mukul atap mobil. "Kamu tahu mereka akan mengejarmu."Christopher menatap lurus ke depan, tangannya memegang kemudi dengan erat. "Aku sudah menghabiskan seluruh hidupku dalam bayang-bayang kekejaman ini, Selena. Kalau kita terus di sını, kita tidak akan pernah
Rumah itu sepi meskipun malam telah larut. Christopher terbaring di tempat tidur, dengan Selena berada di sisinya. Mata Christopher menatap langit-langit, pikirannya melayang-layang, terngiang oleh kata-kata terakhir Helena. Ia tahu ada sesuatu yang besar dan berbahaya yang akan datang, tapi ia tidak tahu kapan atau bagaimana. Semua tampak tenang sekarang, namun ketenangan ini, dia tahu, hanya akan berlangsung sejenak. Christopher merasakan badai yang akan segera menghantamnya.Dengan napas berat, Christopher bangkit dari tempat tidurnya. Duduk di tepi ranjang, dia meremas rambutnya, wajahnya tegang, dan tatapannya lurus ke arah jendela yang menghadap ke laut yang gelap. Di luar, deburan ombak terdengar pelan, menciptakan suasana damai, tapi di dalam dirinya, semuanya kacau. Selena, yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya, menatap Christopher dengan pandangan yang masih buram karena kantuk.“Kamu baik-baik saja?” tanya Selena dengan suara serak, mencoba menyesuaikan diri dengan k
Suasana rumah terasa sunyi meskipun malam sudah larut. Christopher berbaring di tempat tidur, dengan Selena berada di sisinya. Pikirannya masih terngiang-ngiang oleh kata-kata terakhir Helena. Dia tahu ada sesuatu yang besar yang akan datang, tapi dia tidak tahu apa. Semua terasa tenang, tapi dia juga sadar bahwa badai akan segera menyusul.Christopher duduk di tepi tempat tidur, tangannya meremas rambutnya. Wajahnya tegang, matanya menatap lurus ke arah jendela yang menghadap ke laut yang gelap. Selena, yang baru saja terbangun dari tidurnya, menyadari kegelisahan Christopher.“Kamu baik-baik saja?” tanya Selena dengan suara lembut, matanya menyipit karena mengantuk.Christopher tidak langsung menjawab. Dia memandang Selena sejenak, lalu berbalik memandang ke arah jendela lagi. “Ada sesuatu yang tidak beres, Sel. Kata-kata Helena… dia bukan tipe orang yang hanya mengancam tanpa rencana. Aku merasa dia menyiapkan sesuatu yang besar.”Selena duduk, menarik selimut ke tubuhnya sambil me
Malam itu terasa dingin di tepi pantai. Langit gelap tanpa bintang, seolah memberikan tanda bahwa sesuatu besar akan segera terjadi. Christopher tahu waktunya telah tiba. Semua masalah yang ditinggalkan di masa lalu kini menuntut penyelesaian, namun kali ini dia tidak akan menyerah pada amarah atau kekerasan. Dia sudah cukup belajar untuk memahami bahwa kekuasaan sejati bukan hanya tentang siapa yang paling kuat, tetapi tentang siapa yang paling bijak.Christopher duduk di ruang kerjanya, di depan meja kayu besar yang menghadap ke jendela besar yang memperlihatkan lautan yang tenang. Di tangannya, sebuah ponsel berdering pelan. Di layar tertera nama yang tidak asing: Helena. Dia tahu panggilan itu akan datang, dan dia sudah siap.Christopher mengangkat telepon dan mendengarkan suara sinis dari Helena di ujung sana."Christopher," suara Helena terdengar begitu dingin, "Sudah cukup bermain. Aku tahu kamu tidak akan bisa bertahan lama tanpa kembali ke duniamu yang sebenarnya. Waktunya un
Pagi di tepi pantai yang biasanya damai kini terasa begitu ganjil. Setelah malam penuh ketegangan itu, Christopher dan Selena seolah-olah tidak bisa sepenuhnya kembali ke ketenangan yang pernah mereka miliki. Meskipun mereka masih berusaha hidup normal, ada sesuatu di udara yang membuat segalanya terasa rapuh. Ancaman dari masa lalu Christopher telah kembali, dan kali ini tampaknya semakin sulit untuk dihindari.Christopher, yang biasanya tenang, mulai menjadi lebih waspada. Dia berjalan mondar-mandir di teras rumah, pikirannya dipenuhi berbagai rencana dan kemungkinan. Selena memperhatikannya dari dalam, duduk di meja makan, berusaha menyibukkan diri dengan secangkir kopi yang kini sudah dingin.Selena tidak bisa mengabaikan perasaannya. Sesuatu tidak beres, dan kali ini dia tahu bahwa mereka tidak bisa terus melarikan diri. Ketika Christopher masuk ke dalam rumah, wajahnya tegang. Dia duduk di kursi di seberang Selena, tetapi tatapannya kosong, seakan dia sedang memikirkan sesuatu y
Malam itu, udara di tepi pantai terasa sejuk, dengan angin malam yang berhembus lembut melalui jendela kamar. Kamar itu gelap, hanya disinari oleh cahaya bulan yang menerobos tirai tipis, menciptakan bayangan samar di dinding. Selena telah lama tertidur dalam dekapan Christopher, sementara dia berbaring di sampingnya, tetapi pikirannya terusik oleh kenangan yang mulai menghantuinya kembali. Dalam tidurnya, Christopher mengerang pelan, tubuhnya bergerak gelisah di bawah selimut. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat tegang, dengan alis berkerut seakan terjebak dalam mimpi yang buruk. Dia kembali ke masa lalu dalam pikirannya, masa ketika darah, kekacauan, dan pengkhianatan adalah bagian dari hidupnya sehari-hari. Terbayang kembali saat-saat ia mengarahkan senjatanya, terlibat dalam kesepakatan gelap, dan mengorbankan apa pun demi kekuasaan. Dalam mimpinya, dia melihat Helena, tersenyum licik sambil membisikkan kata-kata penghancuran. Tawa sinisnya menggema, mengingatkannya pada
Christopher dan Selena sedang menikmati sore indah di sebuah resor mewah yang terletak di tepi pantai Italia. Udara laut segar bercampur dengan angin sepoi-sepoi membelai wajah mereka. Di sinilah mereka merasa menemukan kedamaian yang sesungguhnya, jauh dari hiruk-pikuk masa lalu yang kelam. Seiring dengan detik yang berlalu, hubungan mereka semakin erat dan kuat. Christopher telah menjauhkan dirinya dari dunia kriminal, sepenuhnya untuk Selena. Itu bukan hal mudah, tetapi cintanya padanya membuat semua pengorbanan layak dilakukan.“Apakah kamu bahagia, Chris?” tanya Selena pelan sambil menatap laut, suaranya halus seperti desiran ombak. Dia selalu memanggilnya dengan nada yang lebih lembut akhir-akhir ini, dan Christopher menyukainya.Christopher menoleh padanya, senyum tipis tersungging di wajahnya yang selama ini penuh amarah dan kesedihan. “Setiap hari bersamamu, Selena, adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku. Aku tak pernah membayangkan bisa hidup seperti ini… damai,
Helena duduk di ruang tamu mansion megahnya, sebuah bangunan yang masih memancarkan kekayaan dan kejayaan dari masa lalu, namun kini terasa seperti kuburan megah bagi seorang ratu tanpa kerajaan. Kakinya disilangkan, sepatu hak tingginya menekan lantai marmer yang dingin. Tangan Helena yang lentik menggenggam segelas anggur merah, meski bibirnya jarang menyentuh tepi gelas. Matanya kosong, mengembara ke arah jendela besar yang menghadap ke taman belakang. Sejauh mata memandang, semuanya tampak sempurna; tapi tidak baginya.Semua yang Helena miliki masih ada: rumah mewah, perhiasan berharga, kekayaan yang melimpah. Namun, tidak ada satu pun dari itu yang bisa menggantikan kehancuran yang telah merampas jiwanya. Kartel yang dulu dipimpinnya dengan tangan besi kini runtuh. Kekuasaan yang dulu membuat orang-orang tunduk dan gemetar di hadapannya kini hilang seiring dengan nama besar yang terkubur dalam kekacauan.Helena menatap pantulan dirinya di cermin besar di sudut ruangan. Gaun mahal
Hari-hari yang kini dijalani oleh Selena bersama Christopher terasa seperti mimpi yang indah. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana namun elegan di tepi pantai, jauh dari hiruk-pikuk kota, jauh dari bayang-bayang masa lalu yang kelam. Angin laut yang sejuk selalu menyapu halaman, membawa suara deburan ombak yang menemani setiap langkah mereka.Pagi itu, Selena bangun lebih dulu. Cahaya matahari pagi menembus tirai tipis di jendela kamar mereka, menghangatkan ruangan dengan lembut. Christopher masih tertidur di sampingnya, wajahnya terlihat tenang—berbeda dengan ketegangan yang dulu sering terlihat ketika dia masih memimpin kartel. Kini, dia lebih damai, lebih rileks. Waktu di rumah pantai ini telah mengubah mereka berdua.Selena menyelinap keluar dari tempat tidur, melangkah perlahan ke balkon yang menghadap ke laut. Dia berdiri di sana, menghirup udara segar pagi sambil merasakan angin laut menerpa wajahnya. Kehidupannya yang dulu penuh dengan kesedihan dan ketakutan terasa begitu