Hai readers, yang baca cerita ini, tolong tinggalkan ulasan bintang lima dong hehehe
“Husshh!! Sembarangan kamu kalau ngomong!”“Mbak Sarah gak percaya? Saya ngelihat sendiri loh dengan mata kepala saya. Tadi malam mereka berdua naik ke lantai atas. Mana pake acara gandengan tangan lagi,” sambung Laras.“Kamu salah liat kali!”“Ihh, Mbak Sarah gak percayaan banget sama saya. Oh iya, kemarin siang juga saya dengerin suara Nina di toilet di ujung dapur itu, eh pas saya ketokin pintunya, ternyata Tuan Muda yang keluar. Terus itu si Tuan gak mau ngebukain pintunya lebar-lebar, padahal kan saya mau memastikan! Eh malah saya disuruh ambilin handuk di lantai atas. Habis itu, saya ke bawah lagi, si Nina udah ada di dapur! Mencurigakan banget kan, Mbak?”Sarah hampir termakan omongan Laras yang terdengar meyakinkan. Tetapi dirinya belum sebenarnya percaya dengan apa yang dikatakan Laras. Sarah meyakini bahwa Nina adalah anak baik-baik dan juga tuan mudanya itu tidak mungkin melakukan hal yang aneh-an
Dada Nina terasa sesak. Semua tuduhan yang Laras katakan itu benar apa adanya. Nina semakin gugup karena Laras sudah mencurigainya.‘Matilah aku. Aduh. Bagaimana ini?’“Nina, jawab! Kamu tidur bareng Tuan Muda, ya?”Nina hanya diam membisu. Matanya mulai memanas. Ingin rasanya ia mengeluarkan air mata saking takutnya, tetapi Nina berusaha menahannya.Laras yang semena-mena langsung menjambak rambut Nina kuat-kuat dan kembali membentak Nina. Wajah Nina kelihatan panik dan ketakutan mendapatkan perlakuan buruk dari Laras.“Bener, kan? Kamu tidur bareng Tuan Muda? Kamu pelet dia, ya?!! Kok dia mau sih tidur bareng sama gadis jelek kayak kamu?!”Sarah berusaha melerai Laras dan menetralkan suasana.“Laras, hentikan! Kamu buat Nina ketakutan!”“Anak ini sudah keterlaluan loh, Mbak! Dia ngasih pelet ke Tuan Muda!” hardik Laras.“Apa benar yang dikatakan sama Lar
Bryan bersama sopir pribadinya telah tiba di rumah sakit tempat Rosalina dirawat. Bryan langsung memapah sang ibu ke kursi roda dan membawanya menuju mobil mereka. Diikuti oleh Fredrinn dan juga sopir yang mengangkat barang bawaan majikannya.“Pa,” gumam Bryan saat mobil sudah berjalan, menuju bandara Soetta.“Hm.” Fredrinn hanya menyahut tanpa menatap anaknya. Matanya masih fokus melihat ipad, membaca laporan saham perusahaan dari manajernya. Sedangkan Rosalina, tertidur nyaman di kursi empuk mobil mewah tersebut.“Apa Papa yakin mau nyerahin urusan perusahaan ke aku? Aku belum punya pengalaman apa-apa loh, Pa.”Bryan mengungkapkan isi hatinya. Jujur saja ia merasa belum sanggup untuk mengurus perusahaan Papanya itu. Saham dan segala hal yang berkaitan dengan perusahaan bukanlah keahlian Bryan.“Makanya kamu yang ngegantiin Papa sementara, biar ada pengalaman. Nanti ada Pak Raka yang membimbingmu.
Melissa tersipu malu. Raut wajahnya menjadi merah padam. Tetapi hatinya terasa bahagia. ‘Wah, asik. Aku gak perlu capek-capek godain dia, tapi dia udah terpesona denganku. Huh! Emang susah jadi cewek cantik kayak aku. Lelaki modelan Pak Bryan aja langsung kesemsem.’“Bagaimana, Melissa? Boleh kan aku mencium tangan mulusmu ini?” tanya Bryan yang masih menunggu jawaban dari sekretarisnya.Melissa mengangguk pelan kemudian melemparkan senyuman manisnya. “Boleh, Pak. Dengan senang hati.”Bryan pun mengecup tangan Melissa dengan lembut dan berkata, “Apa kamu sibuk malam ini?”“Tidak, Pak Bryan. Saya tidak sibuk sama sekali,” sahut Melissa.“Good. Setelah jam kerja berakhir, tunggu aku di area parkir. Biar aku yang mengantarkanmu pulang. Ok?”“Baik, Pak Bryan,” jawab Melissa disertai anggukan.“Sekarang kembalilah bekerja.”&ldqu
“Aduuhh. Maaf aku gak sengaja nyenggol punya kamu. Sakit banget ya, Mel?” Setelah meminta maaf, Bryan justru semakin nakal. Lelaki itu meletakkan tangannya pada payudara Melissa. “Sini aku usap-usap biar gak sakit lagi ya, Mel.”“Hngghh… aahh.. makasih Pak Bryan. Tapi masih sakit, Pak,” ujar Melissa sembari mendesah agar libido Bryan semakin naik.Melissa memegang tangan Bryan dan menuntunnya untuk meremas lebih kuat gunung kembarnya itu. Bryan hanya menurut karena jelas itu adalah hobinya.Melissa bisa mendengar napas bos mudanya itu yang semakin berat. Dia pun mengerahkan satu tangannya mengelus-elus barang pusaka di balik celana kain Bryan.“Punya Bapak sepertinya besar,” ucap Melissa yang kini menggigit bibir bawahnya, membangkitkan gairah sensual Bryan.“Apa kamu mau melihatnya lebih jelas?” tanya Bryan yang kini bersuara serak.Melissa menganggukkan kepalanya pelan. &ld
“T-tidak kok, Pa. Semuanya baik-baik saja.”“Bryan. Ingat pesan Papa! Kamu jangan buat ulah di kantor! Kalau sampai Papa dengar berita buruk soal kamu, Papa tidak segan-segan menghapus nama kamu dari calon pewaris perusahaan. Dan juga Papa akan mengusir kamu dari rumah kalau kesalahan yang kamu perbuat itu fatal. Paham kamu, Bryan?!”Bryan meneguk ludah susah payah. Paniknya semakin bertambah. Kondisi ruangan yang tadinya dingin tetiba menjadi panas saat Papanya melontarkan kalimat yang terdengar mengancam.Tidak mendapat sahutan dari Bryan, Fredrinn pun semakin meninggikan suaranya. “Bryan, kamu dengar Papa, kan?!! Awas kamu, ya!”“I-iya, Pa. A-aku gak macem-macem kok. Papa bisa pegang janjiku.”“Oke. Bagus! Kalau begitu, Papa tutup telponnya.”Bryan menghela napas berat setelah panggilan itu berakhir. Bryan menolehkan kepalanya dan memandangi Melissa yang sudah siap untuk diterkam
Sontak kalimat Laras sukses membuat Bryan murka. “Lancang ya kamu menanyakan hal itu ke majikan sendiri!! Kamu mau aku pecat, huh?”“T-tidak, Tuan Muda. M-maaf. S-Saya pergi dulu ya, Tuan. Permisi,” ucap Laras tergagap kemudian beranjak pergi setelah mengambil uang di tangan Bryan itu.Bryan pun melanjutkan makan malamnya hingga selesai.*Pukul 01.00, tengah malam…Seperti malam-malam sebelumnya, Bryan selalu pulang dalam keadaan mabuk. Pria bajingan itu berjalan sempoyongan menuju kamar Nina.Klek!Pintu kamar dibuka oleh Bryan. Dengan mata sayunya, Bryan masih bisa menangkap sosok Nina yang sudah tertidur lelap di kasurnya. Samar-samar aroma alkohol tercium menguar di ruangan kecil itu. Bryan mendekati Nina dan meraba-raba tubuh gadis itu.Bryan mengecup bibir Nina berkali-kali untuk membangunkannya. “Nina sayang, ayo bangun. Aku kepengen.”“Nina cantik, ayo ba
“Apa kau lupa tentang kesepakatan kita di awal?! Ingat Nina, aku sudah membayarmu! Kau tidak boleh berhenti begitu saja!” Bryan menekankan kalimatnya dan bicara dengan nada tinggi karena Nina terus saja memberontak.“Apa Tuan juga sudah lupa, bahwa Tuan-lah yang memulai!! Tuan yang memperkosaku waktu itu. Aku rasa uang yang Tuan berikan bahkan masih kurang untuk membayar kesucianku yang telah Tuan Bryan rampas!!” Nina tidak mau kalah. Nina juga membalas Bryan dengan berbicara menggunakan nada tinggi dan mendorong tubuh majikannya agar menjauh darinya.“Sudah sana! Tuan Muda pergi saja! Saya mau tidur, Tuan!” usir gadis itu, berlagak berani.“NINA!! KAU—”Bryan mengangkat tangannya seolah-olah akan menampar Nina.“Kenapa, Tuan? Tuan Bryan mau menampar saya? Tampar saja, Tuan! Tampar!” tantang Nina tak kenal takut.Bryan kembali menurunkan tangannya seraya menghela napas berat.
Dua bulan kemudian, kini usia kandungan Nina sudah menginjak sembilan bulan. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengontrol kehamilannya. Kata dokter, kira-kira dua minggu lagi Nina akan melahirkan kedua bayinya.Dan saat ini Nina sedang melihat-lihat kamar bayi untuk kedua calon buah hatinya itu. Nina berjalan mengelilingi kamar bayi yang didominasi warna pink. Nina semenjak tau kedua bayinya berjenis kelamin perempuan, langsung berbelanja perlengkapan bayi untuk bayi perempuan, mulai dari baju, kaos kaki, kupluk dan lainnya. Saat berbelanja, Nina ditemani oleh ibunya, karena saat itu Bryan sedang ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.“Kenapa kamu berbelanja sebanyak ini, Nak? Beli bajunya beberapa pasang saja. Jangan terlalu boros!” imbuh Aliyah memberi saran kala itu.“Bayinya kan ada dua, Bu. Kalau beli sedikit, mana cukup.”“Baju bayi Brianna dulu kamu simpan di mana? Itu kan bisa kamu gunakan kembali untuk bayimu nanti, Nak
Waktu terus berjalan hingga tak terasa kehamilan Nina telah memasuki usia 7 bulan. Hari ini rumah Bryan dan Nina terlihat ramai dipenuhi oleh para tamu undangan. Kedua pasangan itu mengadakan syukuran atas kehamilan Nina yang sudah berusia 7 bulan.Acara itu Nina serahkan sepenuhnya kepada Even Organizer sehingga dia tidak perlu repot mengurus segala pernak-pernik acara itu.Nina tampil cantik dengan balutan kaftan berwarna baby pink. Dia sengaja memilih warna baby pink karena menurut hasil USG, kedua bayinya berjenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk riasan rambutnya, disanggul yang menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus. Riasan wajahnya tipis tapi elegan yang membuat Nina semakin mempesona. Sedangkan Bryan mengenakan kemeja batik dengan motif dan warna yang senada, begitu pula dengan Brianna yang juga memakai kaftan yang persis dengan ibunya.Bryan menatap istrinya yang tampil cantik hari ini. Hari di mana dia menjadi sorotan di acara tujuh bulanan
Setelah obat sudah ada di tangan Bryan, pria itu menghampiri istrinya yang sedang duduk manis di kursi tunggu.“Yuk kita pulang sekarang!” ajak Bryan.Bryan lalu menggandeng tangan istrinya menuju lobi rumah sakit. Sesekali dia mengecup kepala Nina dengan lembut. Hal itu tentu saja menjadi perhatian orang yang melintas dan berpapasan dengan mereka. Nina berusaha melepaskan diri dari suaminya. Nina merasa malu karena Bryan berlaku mesra di depan umum. Namun usahanya sia-sia karena lengan kiri Bryan segera memeluk pinggang Nina. Hal itu justru membuat mereka tampak semakin mesra, sehingga banyak pasang mata mengulum senyum ketika bertemu pandang dengan mereka. Sebagiannya lagi ada yang tampak iri hati melihat kemesraan pasangan suami istri itu.“Mas, kamu bikin malu saja ihh.”“Kenapa malu? Aku memeluk istriku sendiri, bukan istri orang lain,” elak Bryan. Dia menatap istrinya kemudian mengerlingkan sebelah mata pada Nina.
Hari demi hari terlewati. Tak terasa kini kandungan Nina sudah masuk pada usia 10 minggu. Bryan kembali membawa istrinya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.“Ibu Nina Anatasya, silakan masuk,” panggil suster di depan pintu ruang prakter dokter kandungan.Nina bangkit dari kursi dan melangkah ke arah pintu ruang praktek tersebut, diikuti oleh Bryan. Nina melakukan pemeriksaan tensi darah terlebih dahulu oleh suster tersebut sebelum bertemu dengan dokter kandungan itu.“Tensinya normal ya, Bu. Silakan bertemu dengan dokter.”“Baik, Sus.” Nina lalu melangkah menghampiri sang dokter.Dokter kandungan itu tersenyum ramah kala Nina sudah duduk di kursi, di depan meja kerjanya.“Ada yang bisa dibantu?” tanya dokter.“Saya ingin kontrol kehamilan, Dok. Sekalian ingin melakukan pemeriksaan USG. Saya dan suami saya ingin tau, apakah janin saya baik-baik saja.”
Hari ini, Nina sudah siap dengan pakaian casual dilengkapi jaket kulit warna hitam. Rambutnya diikat seperti ekor kuda. Membuat penampilannya semakin cantik dan segar. Dia berjalan menuju halaman rumah untuk menemui Bryan yang sudah menunggunya di sana. Sesampainya di halaman rumah, Nina tertegun melihat penampilan Bryan yang tampak seperti aktor hollywood yang tampan dan gagah.Sama seperti istrinya, Bryan juga mengenakan pakaian casual dan jaket warna hitam. Suaminya itu tengah duduk di atas motor gede yang baru saja dia beli.Senyum mengembang terbit dari bibir Bryan kala melihat istrinya sudah sampai di teras rumah.“Bagaimana dengan Brianna? Aman gak kalau kita tinggal? Kita akan lama nanti, karena aku akan mengajak kamu keliling kota Jakarta.”“Brianna sedang tidur, Mas. Aku menitipkan dia sama Mbak Siti. Jadi kamu tenang saja. Semuanya pasti aman terkendali.”“Oke. Sekarang kamu pakai ini. Setelah itu kita berangkat.” Bryan menyerahkan helm full face yang sudah dia siapkan untu
“Ya aku membelinya di restoran.”“Terus kenapa harganya bisa semahal mobil sport?” tanya Nina bingung.“K-karena tadi uangku kurang dan aku meminjamnya pada Jonas. Lalu aku memberikan mobilku kepada Jonas sebagai bentuk pelunasan utang.”“Astaga, Mas. Apa itu tidak terlalu berlebihan? Kenapa semudah itu kamu memberikan mobil kepada karyawanmu?”“Mobilku kan masih banyak, sayang.”“Itu di Indonesia, Mas. Tapi di sini, hanya itu mobil kamu. Masa harus dikirim lagi sih dari Jakarta? Atau kamu mau membeli baru? Boros dong.”“Udahlah, sayang. Jangan dipikirin. Kamu habiskan saja gulai kambingnya biar aku gak kecewa karena telah mengorbankan mobilku untuk beliin kamu gulai kambing ini.”Akhirnya mereka menghabiskan gulai kambing itu berdua dan saling menyuapi secara bergantian. Suatu hal yang sering mereka lakukan dari awal kenal dan hal sekecil itu mampu membuat suasana menjadi lebih berkesan dan romantis.“Terima kasih ya, Mas. Hamil kali ini terasa beda. Karena ada kamu yang bakalan menem
“Selamat! Istri Anda hamil, Pak,” ucap dokter kandungan yang kini memeriksa Nina.Melalui USG yang dilakukan, walau janin Nina masih kecil, tapi hasil gambar yang ditangkap di layar cukup membuktikan bahwa saat ini Nina tengah hamil lagi.“Apa istri saya mengandung bayi kembar, Dok?”“Saya belum bisa memastikan, Pak. Karena kehamilan istri Bapak masih berusia 4 minggu. Sulit untuk dideteksi. Bapak dan ibu bisa kembali lagi untuk melakukan pemeriksaan USG di usia kehamilan 10 minggu untuk memastikan apakah benar ada janin kembar atau tidak,” jawab dokter.Bryan menganggukkan kepalanya, tanda paham. “Oh begitu ya. Baiklah.”“Dok, kami di Sydney ini hanya sementara. Mungkin dalam minggu ini kami akan kembali ke Jakarta. Apa kondisi istri saya yang hamil ini, aman untuk bepergian naik pesawat dalam waktu yang lama?” tanya Bryan lagi. “Oh ya, kami menggunakan pesawat pribadi,” timpa
Melihat raut wajah Nina yang kebingungan, Jonas pun kembali berbicara sembari memasang senyum tipisnya. “Silakan berbicara bahasa Indonesia saja, Nyonya. Kebetulan saya menguasai bahasa Indonesia juga.”Nina menghela napas lega. “Baguslah. Saya hari ini ingin jalan-jalan, bisakah kamu rekomendasikan tempat menarik yang bisa kami kunjungi hari ini?”“Tentu. Saya akan mengantar dan memandu Nyonya ke tempat wisata yang menarik di kota ini. Mari kita berangkat sekarang. Pertama saya akan mengantar Anda untuk mengunjungi Museum dan Galeri Australia. Lalu Anda bisa ke Taronga Zoo Sydney. Kemudian Anda juga bisa mengunjungi pasar budaya Sydney, di sana Anda bisa berbelanja produk buatan suku Aborigin.” Jonas menjelaskan sambil berjalan menuju area parkir tempat mobilnya berada.“Oh, baiklah. Saya mau mengunjungi tempat yang kamu maksud. Lalu kalau saya mau berbelanja bahan makanan sehari-hari, apa bisa di pasar yang kamu sebutk
“Hari ini aku akan meeting dengan pegawaiku di kantor. Jadi aku tidak bisa ikut makan siang bersamamu. Kamu makan siang sama Mbak Siti saja ya. Mungkin besok kesibukanku sudah berkurang. Rencananya besok aku akan mengajak kamu berkunjung ke kantor. Aku ingin memperkenalkanmu kepada rekan kerjaku. Mereka sangat penasaran dengan sosok Nina Anatasya, istri dari Bryan Lawrence.” Bryan berkata sambil mencium bibir istrinya.“Kalau begitu, hari ini aku jalan-jalan bertiga ya, Mas. Aku mau jalan-jalan sekalian makan siang di luar. Setelah makan siang, rencananya aku akan belanja bahan makanan untuk kita makan malam nanti.” Nina berkata sambil menatap kagum pada suaminya yang sudah berpenampilan rapi.“Oke. Nanti aku akan menyuruh Jonas untuk mengantar kamu ke tempat yang akan kamu kunjungi hari ini.”“Iya, Mas. Terima kasih.”Setelah itu mereka keluar dari kamar untuk sarapan bersama. Mereka sarapan bersama B