Share

Bab 9

"Aku harus berubah kan? Tidak seharusnya aku sehancur ini padahal suamiku sedang bersenang-senang dengan wanita lain di luar sana." Gumam Flora. Matanya menatap lurus ke arah hamparan lautan yang luas seolah tiada memiliki ujung itu.

"Benar, kamu harus berubah. Jangan bodoh dengan menangisi pria murahan seperti Arifin."

Flora menoleh. "Dan Mas berjanji akan membantuku membalaskan dendam, kan?"

Abian tersenyum lebar, dan mengangguk. "Tentu."

"Kenapa Mas seolah mendukungku untuk melakukan hal itu. sedangkan Arifin adalah saudaramu sendiri?" Tanya Flora.

"Aku tidak mungkin mendukung orang yang salah. Flora. Sampai kapanpun. dengan apapun alasan nya, perselingkuhan tidak pernah di benarkan. Lagipula, kamu tahu benar apa alasanku melakukan hal ini bukan?" Tanya Abian sambil tersenyum kecil.

"Bukankah kata Mas tadi perselingkuhan itu tidak dibenarkan? Kalau Mas mengajak aku selingkuh, bukankah artinya Mas sama murahan nya dengan suamiku?" Tanya perempuan itu membuat Abian terdiam seketika.

Apa yang ditanyakan oleh perempuan itu memang benar. tapi hasrat nya untuk bisa memiliki Flora sudah benar-benar berada di ujung tanduk.

Dia tidak mungkin melepaskan kesempatan yang sangat bagus ini. Bagi Abian. ini adalah kesempatan nya untuk bisa merayu Flora agar mau menerima nya dan menjalin hubungan.

"Tapi sayang sekali bukan, kalau kamu setia tapi dia berselingkuh? Lalu untuk apa kamu setia sampai sebegitunya tapi hal itu tidak berarti apa-apa untuk suamimu." Ucap Abian sambil tersenyum menatap wajah cantik Flora.

"Tidak adil jika kamu memberikan dia cinta yang tulus tapi yang dia berikan hanya rasa sakit. Flora."

"Tapi...."

"Sakit dibalas maaf itu tidak adil, Flora. Dari pada kamu terus bertahan. ada baiknya kamu membalas semua perbuatan Arifin. Jika dia bisa selingkuh di belakang mu, lalu kenapa kamu tidak?" Tanya Abian mengompori Flora. Perempuan itu terdiam, jujur saja iman nya mulai goyah mendengar ucapan-ucapan meyakinkan yang di ucapkan oleh Abian.

"Diamlah. Mas. Saat ini aku sedang tidak ingin membahasnya."

"Baiklah, aku tunggu jawabanmu. Pikirkan dengan baik-baik, Sayang."

"Jangan memanggilku seperti itu, Mas." Ucap Flora membuat Abian tersenyum ketika melihat wajah perempuan itu yang memerah.

"Kenapa? Apa karena Arifin tidak pernah memanggilmu seperti itu? Tidak perlu khawatir, mulai saat ini aku yang akan selalu memanggilmu dengan panggilan sayang."

"Cukup. Mas."

"Haha, baiklah. Sudah cukup tenang? Bagaimana kalau kita makan lalu pulang?" Ajak Abian.

"Boleh, Mas."

"Kamu mau makan apa?"

"Bakso atau mie ayam, boleh?" jawab Flora lirih. Abian pun menganggukan kepalanya mengiyakan.

Dia dengan senang hati menuruti apapun yang diinginkan oleh Flora. Hitung-hitung, ini adalah salah satu langkahnya untuk membuat Flora jatuh ke dalam pelukan nya.

"Bayarannya cium, gimana?" tanya Abian membuat Flora mendelik.

Dia refleks memukul lengan besar Abian, tapi bukannya marah atau pun meringis kesakitan, justru pria itu malah terkekeh.

"Aku hanya bercanda, Sayang. Tapi kalau kamu mau. aku dengan senang hati menerimanya." Jawab Abian sambil menaik turunkan alisnya dengan genit.

"Maaassss!"

"Hahahah, iya iya. Ayo aku traktir bakso sama mie ayam." Jawab Abian sambil tersenyum kecil.

Dia pun tanpa ragu menggandeng tangan Flora seolah tidak ada kecanggungan sama sekali. Dari pada ke arah adik ipar, Abian memperlakukan Flora lebih seperti pada kekasihnya.

Malam harinya. Flora dan Abian pun pulang ke rumah dengan menggunakan mobil sedan mewahnya itu. Pria itu keluar lebih dulu dan tak lama kemudian di susul oleh Flora yang juga ikut keluar dari dalam mobil dengan membawa kresek berisi makanan.

Perempuan itu mengekor dengan langkah perlahan. Hatinya sudah merasa risau karena takut dengan kemarahan ibu mertua juga iparnya.

Kedua mata perempuan itu melirik ke arah garasi, di sana sudah ada kendaraan beroda dua milik suaminya. Motor yang tadi dia gunakan untuk membonceng seorang wanita dan berhenti di penginapan. Tiba-tiba saja hatinya terasa sesak dan setetes cairan bening menetes begitu saja tanpa bisa di cegah sama sekali.

Abian yang sadar kalau Flora tidak ada di belakangnya pun berbalik dan melihat Flora tengah berdiri sambil menatap kendaraan roda dua milik kembarannya yang terparkir dengan rapih di garasi. Artinya, pria itu sudah pulang.

"Jangan terus meratapi yang sudah terjadi. Flora. Kamu hanya perlu berubah, jangan takut untuk melawan jika dia berbuat kasar padamu.

"M-mas, apa aku bisa? Rasanya sangat sakit ya."

"Aku yakin kau pasti kuat dan mampu menghadapi semua ini. jangan khawatir aku ada di sampingmu. Ucap Abian sambil menepuk pelan pundak Flora, lalu menarik tangan perempuan itu masuk ke dalam rumah.

Ternyata, kedatangan keduanya sudah di tunggu oleh seluruh penghuni rumah. termasuk Arifin yang menatap tajam istrinya.

"Tegakkan kepalamu, Folra. Ingat. jangan takut. Kau harus berubah!" Ucap Abian lirih.

Comments (15)
goodnovel comment avatar
Respati Wilis
seru nich lanjut kk
goodnovel comment avatar
Masitoh Umi
saya suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Ambia Zoel
menarik untuk dibaca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status