Flora keluar lebih dulu dengan wajah yang di tekuk, dia berjalan dengan perlahan karena bagian paha dalamnya terasa sedikit perih karena Abian terlalu bernafsu ketika menggempurnya.
"Mas, mau makan sama apa?" Tanya Flora setelah dia memakai pakaian lengkap."Terserah kamu aja, di tawarin makan kamu juga Mas gak bakalan nolak." Ucap Abian dari dalam kamar mandi."Dih, emangnya aku makanan apa? Nyebelin, dua ronde apa gak kenyang?" Gerutu Flora sambil berjalan menjauh ke luar kamar.Wanita itu mengambil panci dan beberapa bahan dari dalam kulkas. Hari ini, dia ingin memasak udang tepung saus asam manis. Sudah lama dia tidak memasak itu untuk Abian dan dia tahu kalau menu itu adalah menu kesukaan pria tampan itu.Dengan hati-hati, Flora membersihkan udang itu dengan pisau dan air mengalir, hingga bersih dan membalutnya dengan telur dan tepung. Setelahnya menggoreng hingga kecoklatan lalu mengaduknya dengan bumbu yang sudah dia buat.Cukup lama kemudian, mobil yang di kendarai oleh Abian pun berhenti di sebuah restoran yang mewah. Wanita itu bahkan tidak percaya kalau pria itu mengajaknya ke tempat ini hanya untuk makan malam.Bahkan dari luar pun, tempat itu sudah terlihat benar-benar mewah. Sudah pasti kalau menu makanan disana pasti mahal-mahal."Mas, gak salah kamu ngajak aku kesini?""Enggak, kenapa memangnya?" Tanya pria itu sambil membuka seatbeltnya."Makanan disini pasti mahal-mahal.""Gapapa, mas punya uang." Jawab Abian sambil menatap wajah cantik wanitanya."Makanannya dikit, Mas. Mendingan makan di cafe atau di warung nasi aja, biar kenyang.""Haha, astaga. Gapapa cobain makan di restoran mahal, sayang. Sekali-kali..""Awas aja kalo aku gak kenyang, aku bakalan ngajakin kamu makan pecel ayam!" Rengeknya yang membuat Abian terkekeh.Restoran bintang lima berdiri kokoh di depan mata, tapi Flora malah mengajaknya makan di
"Mas, jelasin kenapa kamu bisa kenal sama Papa?" Tanya Flora pada Abian. Pria itu mengulum senyumnya, lalu menggenggam tangan wanitanya. Saat ini, keduanya sudah berada di rumah setelah Flora puas melepas rindu pada sang ayah "Sebelum kamu luluh dan mau berhubungan dengan Mas, Mas sudah lebih dulu meminta restu pada ayahmu, sayang." Jawab Abian yang membuat Flora menganga.Artinya, pria itu sudah meminta restu sang ayah sebelum dia setuju untuk menjalin hubungan dengannya? Astaga, kenapa pria itu terlihat sangat gentle? Flora terdiam mencerna semuanya, ini terlalu tiba-tiba baginya."Mas sudah bilang kan, kalau Mas serius sama kamu. Ini salah satu buktinya, sayang. Maaf kalau saat itu Mas sangat lancang, tapi Mas tidak ingin kehilangan kesempatan begitu kesempatan itu ada, sayang." Jelas Abian yang membuat Flora tersenyum, dia menghambur memeluk Abian."Terimakasih, Mas.""Sama-sama, sayang." Jawab Abian sambil membalas pelukan sang pria
"Pokoknya aku gak mau tahu ya. Mas. Aku pingin mobil dan harus kamu beliin!" Ucap Arina yang membuat Arifin memijat pelipisnya dengan keras karena semakin kesini, sifat matre Arina semakin menjadi.Minggu kemarin, Arina merengek meminta di belikan tas mahal, minggu ini dia meminta mobil. Masih mending kalau mobilnya itu bisa di beli dengan harga murah, nah ini? Dia bilang ingin mobil harganya yang jauh lebih mahal dari yang sekarang dia miliki, bahkan harganya melampaui rumah milik Flora."Kamu bisa gak sih jangan menuntut buat Mas belikan ini itu? Mas ini pusing, Arin. Proses cerai Mas sama Flora juga belum selesai, kamu sudah banyak minta." Arifin masih memijat pelipisnya, rasanya terasa nyeri apalagi ketika dia harus menghadapi sifat Arina yang benar-benar matre."Apa susahnya sih, Mas? Kamu kan direktur di perusahaan, korupsi aja gak bakalan ketahuan kalo cuma sekali dua kali doang.""Diam, Arina. Mas pusing, kamu jangan banyak mau. Mobil itu
"Flora.." Panggil seseorang yang membuat wanita itu menoleh. Seorang pria setengah berlari menghampirinya dengan cepat."Hai.." Sapanya dengan senyum kecil, membuat Flora mengernyit m sejak kapan Arifin bersikap seramah ini padanya? Rasanya sangat aneh bagi Flora yang selama ini tidak pernah mendapatkan perlakuan baik dari Arifin."Kamu baru datang?""Hmm.." Flora hanya menjawab dengan deheman. Dia tidak terlalu niat untuk menanggapi ocehan Arifin, dia rasanya sangat malas karena sudah terlalu sering di kecewakan, mungkin.Wanita itu berbalik dan mulai berjalan meninggalkan Arifin yang berjalan di belakangnya."Flo..""Ada apa lagi. Mas?""Bisakah kita bicara sebentar, berdua saja?""Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Mas. Kita sudah selesai sekarang.""Flo. Mas pikir kita perlu bicara tentang perpisahan kita. Mas tidak bisa berpisah darimu.""Kenapa? Apa karena aku sudah cantik sekarang? Tid
"Flo.." Panggil Arifin membuat wanita itu menoleh."Ada apa? Kita sudah bicara di luar, bagiku itu sudah cukup. Bagiku, meskipun kau berlutut atau mencium kakiku sekalipun, aku takkan luluh." Ucap wanita itu dengan tegas, membuat Abian mengulum senyumnya. Harusnya dia tertawa terbahak-bahak saat ini, tapi ketika menyadari kalau situasinya tidak tepat, jadinya dia akan memilih menahan tawanya."Baiklah. Ibu tidak bisa memaksa kamu." Ucap Ranti yang membuat kedua mata Arifin membulat."Bu, ayo dong bujukin lagi.""Kalau dia sudah tidak mau denganmu ya sudah, jangan di paksakan. Percuma, kamu bahagia tapi Flora tidak akan pernah bahagia hidup dengan pria egois seperti mu. Arifin." Ranti membuka kedua matanya, sejak tadi dia bicara tanpa membuka kedua matanya."Bu.." rengek Arifin sambil mendekat ke arah ibunya."Sudah, Arifin. Jangan terus menerus membuat Flora tersiksa, sudah jelas dia tidak bahagia dengan pernikahan ini. Lepaskan
"Mas, kita masih di rumah sakit." Bisik Flora membuat lamunan Abian buyar. Tidak seharusnya dia melakukan ini disaat keduanya masih di tempat umum. Bagaimana jika ada yang melihatnya? Lalu membuat semuanya semakin runyam karena status Flora yang belum resmi berpisah dengan Arifin."Aaahh, maaf.." ucap Abian lalu keduanya kembali berjalan dengan langkah santai hingga ke parkiran.Keduanya duduk dengan nyaman di dalam mobil. Abian mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan sedang."Mau mampir makan dulu gak?""Pengen makan seblak deh, kayaknya enak, Mas.""Boleh, tapi jangan pedes-pedes. Gimana?" Tanya Abian. Dia tahu benar kalau Flora itu akan memesan menu makanan pedas hingga level tertinggi."Level tiga deh. gimana?""Dua, sayang.""Gak mau, tiga ya?" Bujuk wanita itu membuat Abian mendelik."Level dua atau enggak sama sekali hmm?""Ckk, yaudah iya!" Jawab Flora dengan kesal, dia mengerucutkan
Flora pun berbalik dan berniat untuk pulang, tapi dia terkejut ketika mendengar bunyi klakson beberapa kali. Wanita itu mengernyitkan keningnya sambil melihat-lihat siapa kiranya yang ada di dalam mobil itu."Siapa sih? Orang iseng kali ya.." Lirih Flora, dia tidak menghiraukannya dan memilih untuk berjalan mencari bus atau taksi.Tapi, lagi-lagi mobil itu membunyikan klakson bahkan mengikuti langkahnya. Flora takut kalau itu adalah orang jahat, dia bersiap-siap untuk lari kalau saja jendela mobil itu tidak terbuka dan menampilkan sosok pria yang saat ini tengah mengisi hatinya."Sayang.." panggilnya sambil tersenyum, dia melambaikan tangannya, membuat Flora menghela nafasnya. Wanita itu juga mengusap dadanya dengan lega, dia kira kalau itu adalah orang jahat. Sungguh, dia tidak menyangka kalau itu adalah Abian karena mobilnya berbeda dengan yang biasanya pria itu pakai."Masuk, sayang. Malah bengong.." Ucap Abian yang membuat lamunannya buyar sek
Pria dan wanita itu berjalan menyusuri pantai dengan kaki telanjang. Abian berjalan dengan langkah tegapnya. Flora menggandeng erat tangan Abian. sebelah tangannya menenteng sendal miliknya. Abian juga tidak keberatan sama sekali dengan wanitanya yang terlihat manja padanya.Justru, ini adalah hal yang dia sukai dari Flora. Dia bisa menjadi dirinya sendiri saat bersamanya, dia cantik dengan sifat alami yang tidak di buat-buat. Dia tidak berpura-pura apapun untuk bisa menarik perhatiannya, Flora diam pun Abian tetap tertarik padanya."Suka, sayang?""Banget, Mas. Cuma kalau ke pantai gini panas ya. Mas?" Tanya Flora yang membuat Abian terkekeh."Namanya juga pantai, sayang. Mau beli topi gak?""Hah, dimana?" Tanya wanita itu dengan wajah polosnya, membuat Abian gemas sendiri. Dia menangkup wajah Flora lalu mengecup mesra bibirnya."Mas, ini di tempat umum lho.""Cuma cium doang, gak sampai main tindih-tindihan." Jawab pri