Share

Bab 242

Sedangkan Abian menatap putrinya itu cukup lama. Kemudian menggeleng pelan. "Nggak! Kamu nggak Daddy kasih izin untuk naik motor sendiri. Kalau apa-apa sama Hanan aja," jelasnya.

Bahu Hanin meluruh. "Ya, kok gitu, sih, Dad? Daddy nggak adil dong kalau gitu," protesnya.

"Daddy nggak mau kamu kenapa-napa sayang. Mending sama Hanan aja naik motornya, kamu di bonceng sama dia." Abian menatap putrinya itu penuh penegasan.

"Nggak seru, Dad." Hanin mengerucutkan bibirnya. "Lebih seru naik motor sendiri," sambungnya.

"Nggak boleh, sayang."

Hanin menunduk sedih. Dulu dia pikir jadi anak perempuan itu satu-satunya enak. Tapi, dia salah besar. Dia malah agak terkekang, apa-apa tidak boleh, dikit-dikit tidak boleh. Daddy menjaganya dengan kewaspadaan. Takut dia luka atau lecet sedikit saja. Belum lagi Hanin punya tiga pengawal yang selalu memantaunya saat mereka bersama-sama. Meski Hendra nakal begitu, Hendra selalu pose
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status