"Mas, aku izin beli tanaman lagi. Boleh gak?" Tanya Flora. Dia sedang melihat-lihat tanaman yang belum dia miliki di halaman rumahnya.
"Boleh, hobi kamu bermanfaat juga kok. Biar gak jenuh juga di rumah sambil ngurusin si kecil." Jawab Abian sambil mengusap kepala istrinya dengan lembut."Mau bunga aster, Mas. Boleh kan?""Boleh, sayangku. Beli aja apapun yang bisa bikin kamu happy, Mas gak akan ngelarang, sayang.""Hehe, makasih, Mas.""Sama-sama, sayang. Mas kerja juga buat kalian, buat apa Mas banyak uang kalo istri sama anak-anak Mas gak seneng?""Yaudah, baguslah.""Weekend nanti kita jalan-jalan ke mall yuk? Ajakin si kembar.""Pasti mereka borong mainan." Ucap Flora seakan tahu apa yang akan di lakukan oleh baby twins nanti. Tapi sepertinya Abian juga sudah menebak kalau itu akan terjadi dan dia tidak mempermasalahkannya sama sekali."Gapapa, sayang. Kan Mas mau nyenengin mereka, biar gak rewel d"Ibu, udah belanjanya?" Tanya Flora sambil keluar dan berjalan mendekat ke arah ibu mertuanya lalu mengambil alih Hanan dari tangan Ranti."Udah. sayang. Atau mau yang lain? Nanti ibu masakin." Ucap Ranti sambil memperlihatkan barang belanjaan yang ada di dalam kresek hitam."Ibu bell cumi asin?""Iya, tadinya mau bikin sambel cumi. Gimana?""Mantep itu, tapi di rumah habis daun bawang, ibu beli?""Lah. lupa. Sebentar yaa.." Ranti berbalik dan membeli satu ikat daun bawang, setelahnya keduanya pun berjalan beriringan dengan Flora yang menggendong Hanan di pelukannya. Dilihat sekilas mata saja sudah terlihat bahwa menantu dan mertua itu sangatlah akur, mereka tidak tahu saja kalau dulu Flora pernah di perlakukan secara tidak adil oleh mertuanya ini. Sejak dulu. Flora tidak pernah berganti mertua hanya berganti suami saja."Hanin mana?""Sama Mas Abi.""Hati-hati di gigit lagi. Abi itu orangnya memang gemesan gitu
Di lain tempat. Abian baru saja sampai di kantor. Pria itu memasuki ruangannya dan duduk di kursi kebesarannya. Kala masuk dengan beberapa berkas di tangannya."Tuan. Ini berkas yang harus di tandatangani.""Hmm. Kala..""Iya. Tuan. Kenapa?" Tanya pria itu setelah memberikan berkas pada Abian."Hari Ini Flora ulang tahun, kira-kira apa yang harus aku berikan untuknya? Tapi harus membuatnya terkesan, aku tidak tahu harus memberikan apa." Abian sudah memikirkannya tapi dia masih tidak tahu harus memberikan apa pada istrinya."Hmm. apa ya? Sebentar. boleh aku berpikir sambil duduk?""Tentu." Jawab Abian dan Kala pun duduk di kursi satunya. membuat posisinya saling berhadapan satu sama lain."Bagaimana kalau dinner di luar, hanya berdua.""Istriku takkan mau karena dia selalu memikirkan si kembar.""Kalau begitu, berikan hadiah saja. Bunga atau coklat? Atau..""Atau apa?""Saham perusahaan
Tepat pukul delapan malam. Flora dan Abian pergi menggunakan mobil yang di setiri oleh suaminya. Dia mengembangkan senyumnya sambil melihat-lihat pemandangan malam hari yang terlihat indah dengan jutaan lampu yang menerangi setiap sudut di kota. Flora tersenyum senang. padahal keluar seperti ini tidak pernah membuatnya sesenang dulu. Tapi sekarang rasanya begitu menyenangkan, mungkin karena dia sudah lama tidak keluar rumah karena sibuk mengurusi si kembar yang sedang aktif-aktifnya."Kamu senang. sayang?""Iya. Mas. Senang sekali.." Jawab Flora sambil melirik ke arah sang suami yang tengah fokus mengemudikan mobil sedan kesayangannya itu."Maaf ya. kalau Mas jarang ngajakin kamu jalan. Soalnya repot kalo harus bawa si kembar, waktu itu aja kita kewalahan kan?" Abian mengungkit kerempongannya saat mengajak istri dan si kembar jalan-jalan. Meskipun ada Ranti, tapi tetap saja kewalahan karena si kembar yang terlalu aktif, meleng sedikit saja sudah pasti si k
Setelah acara makan malam bersama selesai, Abian dan Flora pun memutuskan untuk pulang. Wanita itu tak henti-hentinya menyentuh kalung pemberian sang suami dengan senyum yang mengembang indah. Dia sangat bahagia, padahal jika ingin dia bisa saja meminta pada suaminya sejak awal, tapi Flora memang bukan tipe wanita yang matre dan haus akan harta."Kenapa sih? Dari tadi senyum aja terus, itu kalungnya juga di liatin terus, kenapa?" Tanya Abian sambil tersenyum kecil, lucu sekali melihat kelakuan istrinya."Kalungnya bagus, aku suka banget, Mas.""Kamu udah bilang itu berapa kali sejak dari cafe tadi." Ucap Abian sambil terkekeh, dia tidak menyangka kalau reaksi yang di tunjukan sang istri akan seperti ini, sebesar apapun hal yang di berikan Abian pada istrinya, wanita itu pandai mensyukuri semuanya, dia selalu menerimanya meskipun barangnya kecil."Ya faktanya memang gitu, kalungnya bagus." Jawab wanita itu sambil tersenyum ke arah suaminya yang ten
Bab 176"Malam ini nginep disini aja ya, Mbak?" Tawar Flora."Mbak sih terserah Mas Robi aja." Jawab Santi yang sibuk memakan kuenya, sedangkan Robi hanya duduk sambil memainkan ponselnya. Dia tidak terlalu menyukai makanan manis meskipun Flora telah memberikan jatah juga untuknya."Boleh, malam ini Mas mau ngobrol juga sama Abi." Jawab Robi yang langsung membuat kedua wanita itu saling lempar tatapan lalu kompak tertawa. Ya, beginilah kalau sudah bestie, baru tatap-tatapan saja langsung tertawa karena frekuensi yang langsung nyambung.Jadinya, malam ini Flora dan Santi asik mengobrol sambil bermain dengan si kembar di ruang bermain karena masih belum waktunya tidur, para pria juga sedang fokus membahas bisnis yang membuat kepala para wanita keheranan sendiri, kok bisa mereka memahaminya bahkan membicarakannya seolah tanpa beban, sedangkan mereka saja yang mendengarnya terasa tertimpa beban berat karena tidak paham apa maksudnya, wkwk."M
Abian menggendong Hanin, si gadis kecil yang paling dekat dan menempel dengan sang ayah. Sementara Robi, dia menggendong Hanan."Siapa yang di jahilin?" Tanya Abian yang membuat Flora dan Santi menoleh seketika."Enggak kok, Mas. Ayo makan.." Ajak Flora sambil tersenyum manis."Perasaan aku gak punya salah apa-apa, terus kenapa si kembar jahil sama Mas ya?" Tanya Abian. Ternyata, pria itu mendengar percakapan antara sang istri dan kakak iparnya."Coba di pikir lagi, Mas." Abian pun terlihat berpikir seperti orang bener, tapi ya kadang otaknya ini gak ada bener-benernya."Enggak ada.""Ckk, amnesia. Kamu kan sering jengukin mereka, Mas. Terlalu sering kena sembur itu, makanya mereka kesel terus bikin kamu muntah-muntah.""Dasar nakal, Papa cubit ya kalian berdua.""Kalau mau aku pukul pake wajan sih silahkan aja." Jawab Flora dengan wajah seriusnya, dia tidak akan membiarkan suaminya mencubit kedua buah hatinya.
Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Arifin, dimana hari ini adalah hari kebebasannya. Pria itu keluar dari penjara setelah menghabiskan masa hukuman karena pengajuan dari Abian di setujui, jadi hukumannya jauh lebih ringan dari tuntutan. Abian melangkahkan kakinya keluar dari sel, saat itu dia mendongak dan menatap tak percaya bahwa disana sudah ada Ranti yang tersenyum ke arahnya. Ini membuktikan bahwa kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah pudar, sebesar apapun kesalahannya, orang tua selalu memaafkan kesalahan anaknya. Saat itu, Abian berlari dan memeluk sang ibu, dia menangis di dekapan hangat yang begitu dia rindukan. Pelukan yang sangat dia dambakan setelah beberapa tahun barulah dia bisa mendapatkannya kembali, pria itu menangis sambil memeluk erat Ranti yang juga membalas pelukannya tak kalah erat. "Ibu, Arif minta maaf atas semua kesalahan yang sudah Bima lakukan." Ucap Arifin di tengah isakannya. "Jadikan pelajaran, Nak. Kamu harus berubah menjadi pri
Tawa dan canda selalu menghiasi keluarga Abian dan Flora. Anak kembar mereka, Hanan dan Hanin, berlarian di taman belakang, dikejar oleh Arifin, kembaran Abian yang tak kalah enerjik. Santi, Roby, duduk di teras sambil mengobrol santai dengan Ranti, mertuanya"Wah, lihatlah anak-anak itu! Mereka selalu saja penuh energi," seru Robi, tertawa melihat tingkah lucu Hanan dan Hanin."Ya, Pak Robi. Mereka memang seperti anak kembar Abian dan Arifin kecil dulu," jawab Santi, tersenyum."Benar sekali. Abian dan Arifin juga dulu seperti itu. Selalu berlarian dan membuat ulah," timpal Ranti, yang baru saja keluar dari rumah."Tapi, anak kembar itu sekarang sudah dewasa dan bertanggung jawab," sahut Abian, yang baru saja pulang dari kantor.Mereka pun langsung menoleh, dan menyambut hangat Abian. Hanan dan Hanin berlarian menuju ayahnya, dan Flora pun langsung memberikan kecupan ringan di bibir pria itu. Mereka berempat seperti keluarga harmonis dal