Tawa dan canda selalu menghiasi keluarga Abian dan Flora. Anak kembar mereka, Hanan dan Hanin, berlarian di taman belakang, dikejar oleh Arifin, kembaran Abian yang tak kalah enerjik. Santi, Roby, duduk di teras sambil mengobrol santai dengan Ranti, mertuanya
"Wah, lihatlah anak-anak itu! Mereka selalu saja penuh energi," seru Robi, tertawa melihat tingkah lucu Hanan dan Hanin."Ya, Pak Robi. Mereka memang seperti anak kembar Abian dan Arifin kecil dulu," jawab Santi, tersenyum."Benar sekali. Abian dan Arifin juga dulu seperti itu. Selalu berlarian dan membuat ulah," timpal Ranti, yang baru saja keluar dari rumah."Tapi, anak kembar itu sekarang sudah dewasa dan bertanggung jawab," sahut Abian, yang baru saja pulang dari kantor.Mereka pun langsung menoleh, dan menyambut hangat Abian. Hanan dan Hanin berlarian menuju ayahnya, dan Flora pun langsung memberikan kecupan ringan di bibir pria itu. Mereka berempat seperti keluarga harmonis dalAbian baru saja meninggalkan kantor melangkahkan kaki menuju mobilnya yang terparkir di area parkir khusus. Tetapi baru saja ia hendak masuk ke dalam mobil, sebuah pukulan keras datang dari arah belakang tubuhnya. Tepat mengenai tengkuknya.Abian memekik, tetapi setelah itu ia langsung kehilangan kesadarannya. Dua orang lelaki langsung menangkap tubuh Abian dan memasukan tubuh Abian ke dalam mobilnya."Cepat pergi sebelum security datang!" ucap salah satu dari pria tersebut.Mobil sport milik Abian melesat dengan cepat. Sementara Abian sendiri masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.Mobil berhenti di sebuah hotel, dengan sigap kedua pria itu membawa tubuh Abian masuk ke dalam hotel dan berhenti di depan sebuah kamar hotel."Nona kami datang." Pria itu mengetuk pintu hotel.Seorang wanita muncul dari balik pintu yang kini terbuka."Bagus, cepat baringkan dia di tempat tidur." Perintahnya.Kedua lelaki itupun den
Di dalam kamar hotel.Tepat pukul dua belas malam Abian baru bangun. la sungguh terkejut karena melihat dirinya yang bertelanjang dada dengan Siska yang tertidur pulas di sampingnya."Kenapa aku bisa ada di sini?" Abian memijat pelipisnya yang terasa sakit. la mencoba untuk mengingat kejadian sebelumnya.Yang ia ingat ia akan pulang ke rumah tadi sore. Lalu ada seseorang yang memukulnya dari belakang dan setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi."Shit! Aku telah dijebak. Kurang ajar kau Siska." Abian perlahan bangun dan memakai bajunya lagi. la melihat kunci mobilnya tergeletak di atas nakas.Pria itu segera menyambarnya dan segera pergi dari kamar hotel tersebut. Setengah berlari Abian segera menuju tempat parkir, ia mencari mobilnya. la yakin Siska telah melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya."Oh apa yang sebenarnya dilakukan wanita sialan itu?" Abian terlihat kesal. la segera masuk ke dalam mobilnya.Perasaannya men
"Flora!"Seseorang memanggil Flora saat ia baru saja keluar dari supermarket untuk belanja kebutuhan anak kembarnya, Hanan dan Hanin. Wanita itu membalikkan badannya dan melihat sosok Siska yang baru saja turun dari mobilnya."Kau sudah melihat foto yang aku kirimkan padamu bukan?" tanya Siska tanpa basa-basi lagi.Senyum smirk tersemat di bibirnya. la menatap wajah Flora dengan sinis.Flora kaget dan langsung berpikir kalau ternyata gadis yang ada didepannya adalah Siska yang telah menjebak Abian suaminya. Flora yang sudah tahu akal bulus Siska pun hanya terdiam dan menatap jengah pada wanita itu."Kasihan sekali kau Flora. Abian telah mengkhianati mu di belakangmu. Apa kau masih ingin bersama dengan pria seperti dia?" Siska melipat kedua tangannya di depan dada.Flora makin malas menanggapi ocehan Siska. Semakin jelas maksud Siska dengan mengirimkan foto-foto itu padanya. Dia hanya ingin memisahkan dirinya dan Abian."
Sayang, maaf hari ini aku tidak bisa menjemputmu, hari ini aku ada meeting dengan klien seusai kerja.Flora membaca sebuah pesan masuk dari Abian."Kenapa? Pak Abian tidak bisa jemput?" tanya Hana yang sedang menata kue di etalase di samping Flora."Huum..." Flora mengangguk."Mau aku antar?" Hana menawarkan diri."Tidak usah Han, aku pulang naik taksi saja.""Ya sudah kalau begitu, aku ke parkiran dulu." Hana dan Flora pun berpisah.Flora bergegas keluar dari toko kue nya.Flora berjalan dengan tergesa. Di pinggir jalan sana kebetulan ada taksi yang sepertinya baru saja lewat. Flora langsung menghentikannya."Tolong antar ke Flamboyan Indah Pak." Flora berbicara dengan sopir taksi."Baik."Flora kembali sibuk dengan ponselnya, sampai ia tidak menyadari kalau ada yang aneh dengan sopir taksi tersebut.Sopir itu memakai topi dan juga masker yang menutupi sebagian wajahnya. Mobi
Debit air sudah mencapai leher Flora saat wanita itu turun. Air yang begitu dingin membuat tubuh Flora menggigil.Pria itu kemudian mengikat tubuh Flora pada tiang kayu itu. Flora kembali berusaha memberontak sekuat tenaga, tetapi tangan pria itu terlalu kuat. Semua usahanya sia-sia. Tali ini dan pria ini terlalu kuat untuk ia lawan."Ini akan menjadi tempat peristirahatanmu yang terakhir, Nona," ucap pria itu dengan suara dingin dan aura mencekam dari dirinya. la seperti algojo yang siap mencabut nyawa Flora.Tatapan dingin menusuk membuat Flora hampir kehilangan harapan untuk bisa selamat dari tempat ini.BYARRR!!!Di tengah situasi genting itu tiba-tiba kilat menyambar hingga cahayanya membuat bulu kuduk berdiri. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Langit gelap di atas sana telah tertutup awan tebal yang menghitam."Tuhan sepertinya telah menantimu." Pria itu menyeringai dari balik masker yang ia kenakan.Hati
Hujan deras terus mengguyur di selingi dengan petir yang terus menyambar. Bahkan kabut tipis menyelimuti alam. Sedikit menghalangi pemandangan Abian yang kini terlihat begitu cemas.Mobil milik Abian terus melaju dengan kecepatan tinggi membelah derasanya hujan dan jalanan berliku mengikuti menuju titik GPS ponsel Flora berada.Pria itu hampir gila saat membayangkan kemungkinan buruk yang mungkin tengah Flora alami sekarang. la menyesal karena tidak menjemput Flora dan malah membiarkan ia pulang sendirian."Flora, bertahanlah, aku akan segera datang." Abian bergumam dengan wajah gusar.Sesekali ia memukul kemudi untuk melepaskan rasa tegang dan gelisahnya.Semakin lama, Abian semakin merasa asing dengan tempat itu. la sempat ragu saat mobilnya memasuki kawasan hutan belantara. Tapi titik GPS itu menunjukkan kalau ponsel Flora berada di sana.Sementara itu di tempat lain.Guyuran deras air hujan yang tercurah dari langit
Bab 186"Flora!" Abian menepuk pipi Flora. Jantung Abian berdebar kencang hingga tubuhnya bergetar. Rasa takut mulai menyelimutinya. Bagaimana kalau Flora benar-benar pergi meninggalkannya?"Tidak... tidak kau tidak boleh meninggalkan aku Flora ." Abian menggelengkan kepalanya. la segera memeriksa denyut nadi Flora. Dan Abian menghela napasnya saat denyut nadi Flora masih terasa walaupun sudah melemah.Dalam keadaan panik Abian segera melakukan CPR sebagai penyelamatan pertama untuk menolong nyawa Flora.Flora yang seperti terlempar ke dunia lain beberapa saat yang lalu kini merasakan sebuah kehangatan muncul tiba-tiba. la merasakan tangan hangat sedang memeluknya.Pada saat itu Abian sedang melakukan pernapasan buatan pada Flora. Dan di saat itulah Flora merasakan ada aliran udara yang perlahan memenuhi rongga jantungnya."Uhuk... uhuk... uhuk...!"Flora akhirnya tersadar dan mengeluarkan semua air yang memenuhi rongga
Flora menceritakan semua yang terjadi pada dirinya sore itu. Abian dan Kala mendengarkan dengan seksama. Abian sepertinya menahan geram. Terlihat dari beberapa kali ia mengepalkan tangannya. "Pak saya yakin pelakunya adalah orang yang tidak ingin melihat kalian bahagia." Kala menyatakan pendapatnya. Abian juga sependapat. Tapi siapa kira-kira yang berani melakukan hal senekat itu? Pikiran Abian tertuju pada Arifin. Dia adalah salah satu orang yang berpotensi melakukan kejahatan seperti ini karena Arifin merasa sudah tidak ada harapan lagi memiliki Flora jadi bisa saja dia berbuat nekad. "Kurang ajar, kau pasti akan merasakan akibatnya Arifin. Jika kau memang benar pelakunya aku tidak akan segan menyeretmu kembali ke penjara!" Abian memukulkan tangannya ke atas meja. "Apa kau yakin pelakunya dia Mas?" Flora memicingkan matanya. Sebenarnya dia juga sependapat dengan Abian tetapi dia masih ragu apa mungkin Arifi