Bab 176
"Malam ini nginep disini aja ya, Mbak?" Tawar Flora."Mbak sih terserah Mas Robi aja." Jawab Santi yang sibuk memakan kuenya, sedangkan Robi hanya duduk sambil memainkan ponselnya. Dia tidak terlalu menyukai makanan manis meskipun Flora telah memberikan jatah juga untuknya."Boleh, malam ini Mas mau ngobrol juga sama Abi." Jawab Robi yang langsung membuat kedua wanita itu saling lempar tatapan lalu kompak tertawa. Ya, beginilah kalau sudah bestie, baru tatap-tatapan saja langsung tertawa karena frekuensi yang langsung nyambung.Jadinya, malam ini Flora dan Santi asik mengobrol sambil bermain dengan si kembar di ruang bermain karena masih belum waktunya tidur, para pria juga sedang fokus membahas bisnis yang membuat kepala para wanita keheranan sendiri, kok bisa mereka memahaminya bahkan membicarakannya seolah tanpa beban, sedangkan mereka saja yang mendengarnya terasa tertimpa beban berat karena tidak paham apa maksudnya, wkwk."MAbian menggendong Hanin, si gadis kecil yang paling dekat dan menempel dengan sang ayah. Sementara Robi, dia menggendong Hanan."Siapa yang di jahilin?" Tanya Abian yang membuat Flora dan Santi menoleh seketika."Enggak kok, Mas. Ayo makan.." Ajak Flora sambil tersenyum manis."Perasaan aku gak punya salah apa-apa, terus kenapa si kembar jahil sama Mas ya?" Tanya Abian. Ternyata, pria itu mendengar percakapan antara sang istri dan kakak iparnya."Coba di pikir lagi, Mas." Abian pun terlihat berpikir seperti orang bener, tapi ya kadang otaknya ini gak ada bener-benernya."Enggak ada.""Ckk, amnesia. Kamu kan sering jengukin mereka, Mas. Terlalu sering kena sembur itu, makanya mereka kesel terus bikin kamu muntah-muntah.""Dasar nakal, Papa cubit ya kalian berdua.""Kalau mau aku pukul pake wajan sih silahkan aja." Jawab Flora dengan wajah seriusnya, dia tidak akan membiarkan suaminya mencubit kedua buah hatinya.
Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Arifin, dimana hari ini adalah hari kebebasannya. Pria itu keluar dari penjara setelah menghabiskan masa hukuman karena pengajuan dari Abian di setujui, jadi hukumannya jauh lebih ringan dari tuntutan. Abian melangkahkan kakinya keluar dari sel, saat itu dia mendongak dan menatap tak percaya bahwa disana sudah ada Ranti yang tersenyum ke arahnya. Ini membuktikan bahwa kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah pudar, sebesar apapun kesalahannya, orang tua selalu memaafkan kesalahan anaknya. Saat itu, Abian berlari dan memeluk sang ibu, dia menangis di dekapan hangat yang begitu dia rindukan. Pelukan yang sangat dia dambakan setelah beberapa tahun barulah dia bisa mendapatkannya kembali, pria itu menangis sambil memeluk erat Ranti yang juga membalas pelukannya tak kalah erat. "Ibu, Arif minta maaf atas semua kesalahan yang sudah Bima lakukan." Ucap Arifin di tengah isakannya. "Jadikan pelajaran, Nak. Kamu harus berubah menjadi pri
Tawa dan canda selalu menghiasi keluarga Abian dan Flora. Anak kembar mereka, Hanan dan Hanin, berlarian di taman belakang, dikejar oleh Arifin, kembaran Abian yang tak kalah enerjik. Santi, Roby, duduk di teras sambil mengobrol santai dengan Ranti, mertuanya"Wah, lihatlah anak-anak itu! Mereka selalu saja penuh energi," seru Robi, tertawa melihat tingkah lucu Hanan dan Hanin."Ya, Pak Robi. Mereka memang seperti anak kembar Abian dan Arifin kecil dulu," jawab Santi, tersenyum."Benar sekali. Abian dan Arifin juga dulu seperti itu. Selalu berlarian dan membuat ulah," timpal Ranti, yang baru saja keluar dari rumah."Tapi, anak kembar itu sekarang sudah dewasa dan bertanggung jawab," sahut Abian, yang baru saja pulang dari kantor.Mereka pun langsung menoleh, dan menyambut hangat Abian. Hanan dan Hanin berlarian menuju ayahnya, dan Flora pun langsung memberikan kecupan ringan di bibir pria itu. Mereka berempat seperti keluarga harmonis dal
Abian baru saja meninggalkan kantor melangkahkan kaki menuju mobilnya yang terparkir di area parkir khusus. Tetapi baru saja ia hendak masuk ke dalam mobil, sebuah pukulan keras datang dari arah belakang tubuhnya. Tepat mengenai tengkuknya.Abian memekik, tetapi setelah itu ia langsung kehilangan kesadarannya. Dua orang lelaki langsung menangkap tubuh Abian dan memasukan tubuh Abian ke dalam mobilnya."Cepat pergi sebelum security datang!" ucap salah satu dari pria tersebut.Mobil sport milik Abian melesat dengan cepat. Sementara Abian sendiri masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.Mobil berhenti di sebuah hotel, dengan sigap kedua pria itu membawa tubuh Abian masuk ke dalam hotel dan berhenti di depan sebuah kamar hotel."Nona kami datang." Pria itu mengetuk pintu hotel.Seorang wanita muncul dari balik pintu yang kini terbuka."Bagus, cepat baringkan dia di tempat tidur." Perintahnya.Kedua lelaki itupun den
Di dalam kamar hotel.Tepat pukul dua belas malam Abian baru bangun. la sungguh terkejut karena melihat dirinya yang bertelanjang dada dengan Siska yang tertidur pulas di sampingnya."Kenapa aku bisa ada di sini?" Abian memijat pelipisnya yang terasa sakit. la mencoba untuk mengingat kejadian sebelumnya.Yang ia ingat ia akan pulang ke rumah tadi sore. Lalu ada seseorang yang memukulnya dari belakang dan setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi."Shit! Aku telah dijebak. Kurang ajar kau Siska." Abian perlahan bangun dan memakai bajunya lagi. la melihat kunci mobilnya tergeletak di atas nakas.Pria itu segera menyambarnya dan segera pergi dari kamar hotel tersebut. Setengah berlari Abian segera menuju tempat parkir, ia mencari mobilnya. la yakin Siska telah melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya."Oh apa yang sebenarnya dilakukan wanita sialan itu?" Abian terlihat kesal. la segera masuk ke dalam mobilnya.Perasaannya men
"Flora!"Seseorang memanggil Flora saat ia baru saja keluar dari supermarket untuk belanja kebutuhan anak kembarnya, Hanan dan Hanin. Wanita itu membalikkan badannya dan melihat sosok Siska yang baru saja turun dari mobilnya."Kau sudah melihat foto yang aku kirimkan padamu bukan?" tanya Siska tanpa basa-basi lagi.Senyum smirk tersemat di bibirnya. la menatap wajah Flora dengan sinis.Flora kaget dan langsung berpikir kalau ternyata gadis yang ada didepannya adalah Siska yang telah menjebak Abian suaminya. Flora yang sudah tahu akal bulus Siska pun hanya terdiam dan menatap jengah pada wanita itu."Kasihan sekali kau Flora. Abian telah mengkhianati mu di belakangmu. Apa kau masih ingin bersama dengan pria seperti dia?" Siska melipat kedua tangannya di depan dada.Flora makin malas menanggapi ocehan Siska. Semakin jelas maksud Siska dengan mengirimkan foto-foto itu padanya. Dia hanya ingin memisahkan dirinya dan Abian."
Sayang, maaf hari ini aku tidak bisa menjemputmu, hari ini aku ada meeting dengan klien seusai kerja.Flora membaca sebuah pesan masuk dari Abian."Kenapa? Pak Abian tidak bisa jemput?" tanya Hana yang sedang menata kue di etalase di samping Flora."Huum..." Flora mengangguk."Mau aku antar?" Hana menawarkan diri."Tidak usah Han, aku pulang naik taksi saja.""Ya sudah kalau begitu, aku ke parkiran dulu." Hana dan Flora pun berpisah.Flora bergegas keluar dari toko kue nya.Flora berjalan dengan tergesa. Di pinggir jalan sana kebetulan ada taksi yang sepertinya baru saja lewat. Flora langsung menghentikannya."Tolong antar ke Flamboyan Indah Pak." Flora berbicara dengan sopir taksi."Baik."Flora kembali sibuk dengan ponselnya, sampai ia tidak menyadari kalau ada yang aneh dengan sopir taksi tersebut.Sopir itu memakai topi dan juga masker yang menutupi sebagian wajahnya. Mobi
Debit air sudah mencapai leher Flora saat wanita itu turun. Air yang begitu dingin membuat tubuh Flora menggigil.Pria itu kemudian mengikat tubuh Flora pada tiang kayu itu. Flora kembali berusaha memberontak sekuat tenaga, tetapi tangan pria itu terlalu kuat. Semua usahanya sia-sia. Tali ini dan pria ini terlalu kuat untuk ia lawan."Ini akan menjadi tempat peristirahatanmu yang terakhir, Nona," ucap pria itu dengan suara dingin dan aura mencekam dari dirinya. la seperti algojo yang siap mencabut nyawa Flora.Tatapan dingin menusuk membuat Flora hampir kehilangan harapan untuk bisa selamat dari tempat ini.BYARRR!!!Di tengah situasi genting itu tiba-tiba kilat menyambar hingga cahayanya membuat bulu kuduk berdiri. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Langit gelap di atas sana telah tertutup awan tebal yang menghitam."Tuhan sepertinya telah menantimu." Pria itu menyeringai dari balik masker yang ia kenakan.Hati