Share

Bab 8

Penulis: Chau08
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ardi dan Widia sibuk di kantor, mereka sedang menangani proyek pembangunan Hotel. Widia yang memang sekertaris Ardi, selalu mendampingi Ardi. Widia yang awalnya sekertari baru Ardi, berhasil menggoda Ardi. Sedangkan Ardi yang pada dasarnya suka main perempuan, menerima dengan senang perlakuan Widia yang selalu menggoda Ardi.

Widia merasa di atas angin bisa menyingkirkan Astri dari kehidupan Ardi. Widia merasa bangga bisa mendapatkan Ardi dan membuat Astri tersingkir. Namun satu hal yang Widia tidak tahu, bukan hanya dirinya yang menjadi kekasih Ardi di belakang Astri. Masih banyak wanita lain yang selalu Ardi kencani dan di beri janji manis, untuk di nikahi.

Sekarang Widia merasa menang, bisa mendapatkan Ardi. Namun untuk kedepan entah bagaimana nasib Widia. Ketika sedang asyik memperhatikan Ardi, tiba-tiba handphone Ardi berdering. Ardi menatap Widia yang berada di meja kerjanya. Ardi langsung megambil handphone dan melihat ada pesan masuk. Sebelum membaca pesan itu Ardi menatap Widia yang juga menatap Ardi.

"Siapa mas?" tanya Widia.

" Oh ... Ini pesan dari Pak Agung," jawab Ardi gugup. Lalu Ardi membuka pesan masuk.

[Jadi makan siang bareng sayang?]

[Jadi sayang,tunggu aku jemput!] Balas Ardi cepat. Lalu Ardi memasukan handphone ke saku celana,dan membereskan meja kerjanya.

Ardi bergegas keluar menuju pintu. Widia yang melihat Ardi keluar menghentikan Ardi," Mau kemana mas? Kok buru-buru?"tanya Widia saat Ardi hendak membuka pintu.

"Hem ... Itu... Aku lupa sayang,ada janji dengan pak Agung!" jawab Ardi sedikit terbata.

"Loh bukan nya Minggu depan ya! Lagian, hari ini Mas gak ada jadwal ke luar!"tanya Widia sedikit curiga.

"Barusan chat katanya minta ketemu hari ini. Aku pergi dulu ya! Kamu masih banyak kerjaan kan sayang! Jadi aku aja yang pergi!" Ardi mencoba menahan Widia untuk ikut.

"Ya sudah Mas hati-hati ya! Biar aku yang beresin sisa kerjaan Mas di sini!" jawab Widia lembut, sebenarnya Widia berharap di ajak Ardi. Namun, dia juga membenarkan ucapan Ardi. Kalau pekerjaannya memang menumpuk, harus di selesaikan.

Ardi bernafas lega, karena Widia gampang sekali di bohongi. Ardi berpikir Widia sama saja dengan Astri yang bisa di manfaatkan. Bedanya Widia lebih modis ketimbang Astri.

Ardi buru-buru keluar menuju parkiran. Takut Widia berubah pikiran dan merengek minta ikut. Bisa kacau menemui kekasih barunya kalau Widia ikut pikir Ardi.

Setelah sampai parkiran Ardi, memasuki mobilnya. Dia berniat menjemput Marsha, kekasih baru Ardi.

*****

Di Hotel, Syifa, Alin, dan Astri. Berniat pergi menemui Pak Herdi, Ayah dari Alin sekaligus mertua Astri. Mereka tengah bersiap pergi ke cafe yang di janjikan Ayah mereka.

Setelah Empat puluh menit di perjalanan. Akhirnya mereka sampai di tempat yang sudah Ayahnya pesan kan.

Mereka lantas turun dan mulai memasuki Cafe yang Herdi pesan kan. Ketika membuka pintu saat hendak masuk. Astri melihat Pak Herdi sudah datang. Alin, Syifa, dan Astri pun mulai melangkah namun langkahnya terhenti ketika dari tempat nya saat ini, terlihat Herdi berdiri lalu berjalan ke arah meja lain.

Betapa terkejutnya, Astri saat tau yang di datangi Ayah mertuanya, adalah anak laki-lakinya. Alias suami Astri, yang bentar lagi akan menjadi mantan Suami. Dalam hati, Astri merasa muak bila harus bertemu calon manta Suaminya.

Yang lebih mengejutkan lagi, wanita yang sedang bergelayut manja di lengan suaminya. Bukan Widia melainkan perempuan lain, bahkan Astri tak pernah melihatnya.

Benar-benar tak habis pikir, bisa-bisanya suaminya berbuat seperti itu. Bukankah Widia tengah hamil. Kenapa Mas Ardi masih bermain perempuan. Bukannya sudah mendapat istri yang di harapakannya.

Astri langsung mengajak Syifa dan Alin keluar lagi, sebelum Ardi menyadari keberadaannya. Alin yang juga melihat kakak satu Ayahnya berada di tempat yang sama. Hanya mengikuti tanpa bertanya. Mungkin Alin ngerti Astri tidak mau bertemu Ardi.

"Aku chat Ayah ya kak! Kita pindah ke cafe sebelah. Nanti aku suruh Ayah nyusul. Biar kakak gak ketemu Mas Ardi." Astri hanya mengangguk sebagai jawaban, syukurlah Alin bisa mengerti dan cukup peka terhadap apa yang Astri mau.

Lalu mereka berjalan ke Cafe yang tidak jauh. Alin mengirim pesan kepada Ayahnya. Kalau mereka sudah sampai dan menunggu di Cafe sebelahnya.

****

Di sisi lain Herdi yang tadi sedang menunggu Astri. Melihat sepasang kekasih yang berada di depan mejanya. Herdi mengenal lelakinya namun Herdi belum tahu perempuan yang datang bersama anaknya.

Herdi berjalan mendekat ke meja Ardi. Saat semakin dekat, Herdi bisa melihat wajah wanita yang di gandeng Ardi saat masuk. Herdi terkejut ternyata bukan Widia. Melainkan wanita lain yang baru Herdi lihat. Herdi langsung semakin mendekat.

"Ardi?" panggil Herdi kepada putranya.

"Aya - -ah!" jawab Ardi terbata, Ardi kaget melihat Ayahnya ada di sini." Ayah sedang apa? Sama siapa ayah kesini?" lanjut Ardi sambil menengok kanan kirinya. Seperti sedang mencari seseorang.

"Ayah ada janji dengan teman! Kamu sendiri? Kok bisa di sini? Ini kan jauh dari kantor kamu!" jawab Herdi.

Herdi tau anaknya sedang gugup. Mungkin Ardi takut Herdi akan menceritakan pertemuan Ardi dengan membawa perempuan lain. Pada kenyataannya Herdi tidak peduli. Herdi malas untuk mencampuri kehidupan anak laki-lakinya.

Saat Ardi akan berbicara tiba-tiba handphone Herdi berbunyi. Herdi langaung mengambil dan membuka handphonenya. Membuat Ardi yang hendak bicara kembali menutup mulutnya.

[Ayah,Alin tadi sama kak Astri sudah di Cafe yang ayah janjian,tapi kami keluar lagi. Kak Astri engga mau ketemu Mas Ardi. Jadi kita pindah tempat, ke Cafe sebelahnya. Alin tunggu ya Ayah!]

Setelah membaca pesan dari Alin. Herdi memasukan kembali handphonenya. Tak ingin berlama-lama, Herdi pamit keluar pada anaknya. Ardi yang melihat Herdi pamit pergi merasa senang dan lega. Akhirnya Ardi lepas dari Herdi.

Ardi bisa bebas bersama kekasih barunya tanpa harus d ketahui ayahnya. Dia berniat bersenang-senang hari ini bersama wanita yang dia pacari dua Minggu terakhir ini.

Bab terkait

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 9

    Astri menunggu kedatangan Ayah mertuanya. Dia cukup was-was, takut jika suaminya melihat dirinya. Sungguh Astri benar-benar tidak ingin melihat suaminya. Dia ingin segera bercerai, namun keadaan tidak memungkinkan untuk saat ini. Dengan terpaksa Astri harus menunda keinginan yang satu ini. "Maaf, Ayah lama ya?" tanya Herdi mengagetkan Astri yang sedang melamun. "Ayah!" Alin langsung mengahmbur ke pelukan Ayahnya. Lalu Astri menyalimi Herdi, begitupun dengan Syifa. Herdi memeluk Syifa dan mendudukkan Syifa di pangkuannya. " Kakek ... Syifa berat ya! Jangan pangku nanti kake pegel. Syifa udah gede nanti kake keberatan,"kata Syifa pada kakeknya. " Kakek masih kuat pangku Syifa! Kakek juga kuat gendong Syifa," ucap Herdi sambil tetap memangku Syifa. "Syifa kan udah gede kek, pasti Syifa berat," bantah Syifa yang kekeuh merasa bukan anak kecil lagi. "Iya ... Iya cucu kakek udah besar sekarang,"Herdi mengalah kepada cucu kesayangannya. "Ayah apa kabar?" tanya Astri. "Ayah baik nak, m

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 10

    Hedi sampai di rumah nya menjelang Maghrib. Dia masuk ke rumah namun, tidak terlihat keberadaan istrinya. Herdi mencari Anisa di setiap ruangan rumah, namun tetap tidak menemukan Anisa. Akhirnya Herdi memutuskan untuk mandi, karena sebentar lagi akan menjelang malam. Selesai mandi dan berpakaian Herdi keluar kamar, berniat mencari istrinya. Namun tetap tidak ada, hanya ada Ardi yang sedang duduk di ruang keluarga. Herdi yang tidak ada kegiatanpun menghampiri putranya. " Lagi apa nak?" Herdi menepuk bahu Ardi. "Ayah.." ucap Ardi yang kaget dengan kelakuan Ayahnya. Namun Ardi teringat pertemuan dengan Ayahnya di Cafe. Membuat Ardi urung melanjutkan kata-katanya. " Kenapa? Kok diam," Herdi kebingungan melihat anaknya langsung diam. "Tidak apa yah! Ayah baru pulang?" Ardi mengalihkan bicaranya. Takut Ayahnya akan membahas masalah di Cafe. "Anak Ayah sudah besar ya! Sudah mau punya anak dua!" Herdi berucap tanpa sadar. Sedangkan Ardi tampak bingung. Ardi berpikir Ayahnya melantur. "S

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 11

    Pagi ini Astri tengah berkemas, rencananya mereka berangkat pukul 10. Astri sudah menghubungi Ayah mertuanya. Astri yang awalnya berencana tinggal di Bali, kini berubah setelah tahu, kalau dia sedang hamil, dan pada akhirnya Astri, akan pergi ke Bandung, Astri akan memulai kehidupan barunya di kota Bandung. Alin yang mengetahui akan pindah ke Bandung, senang bukan kepalang. Dari pagi Alin sudah tidak sabar, untuk segera pergi ke Bandung. Selama ini, Alin tak pernah sekalipun di ajak jalan-jalan ke luar kota. Jangankan luar kota, bisa keluar untuk sekolah pun, Alin sudah sangat bersyukur. "Dek! Sudah kabarin Ayah?" tanya Astri."Udah kak, tadi Ayah bilang udah di jalan,menuju ke sini," Astri lalu melanjutkan membereskan barang-barang nya. Setelah selesai berkemas Astri menghubungi sekertaris nya. [Assalamualaikum, May?] [Waalaikumsalam, Bu!] [Jemput jam berapa, May?] [Ini Bu, Maya lagi jalan ke situ!] [Ok, di tunggu ya, May!] [Iya Bu,] [Hati-hati, May! Assalamualaikum?] [Iya

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 12

    Astri, Alin, dan Syifa sampai di Bandara 'Husein Sastra Negara'. Mereka keluar dari Bandara, menunggu Mang Ujang menjemput mereka.Alin tampak menikmati suasana kota Bandung, wajahnya ceria, tidak seperti sebelumnya, yang selalu tampak suram. Astri sedang mencoba menghubungi seseorang.[Halo][assalamualaikum mang Ujang?][Waalaikummsalam, Mbak Astri.] [Mang, Astri tunggu di depan pintu masuk, ya!][iya, Mbak. ini saya sudah di parkiran. Mbak teh di mana?][oh .... Mamang di parkiran ya? ya udah Astri ke parkiran sama anak-anak ya mang.][iya, Mbak!][Astri tutup ya Mang! assalamualaikum!][waalaikumsalam, mbak]Setelah menutup panggilan, Astri mengajak Alin dan Syifa menghampiri supirnya. "Ayo Dek, sudah di tunggu di parkiran," Aline mengikuti Astri berjalan, untungnya mereka tidak banyak membawa barang, jadi tidak kerepotan.Setelah menemukan keberadaan Mang Ujang, Astri langsung masuk ke dalam mobil. Mereka langsung menuju rum

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 13

    Hari ini Astri berencana untuk membenahi ruangan yang kosong. Astri berniat untuk menjadikan ruang kerja. Ruangan yang akan Astri jadikan ruang kerja, berada di samping rumah. Astri memilihnya, karena terpisah dari rumah. Jika ada rekan kerja dan karyawan datang, tidak mengganggu orang-orang di rumah. Kantor mini yang Astri siapkan tepat menghadap taman mini. Jadi ketika bekerja Astri bisa melihat pemandangan yang asri dan sejuk. Meskipun tengah hamil, tidak membuat semangat Astri luntur. Astri di bantu Mang Ujang, untuk menyiapkan kantornya. Astri juga memanggil tukang, untuk sedikit merenovasi kantornya. Sebisa mungkin, Astri ingin membuat suasana nyaman ketika nanti bekerja. Rencananya setelah merenovasi kantornya, Astri akan mendaftarkan Alin dan Syifa, kebetulan Astri sudah menemukan sekolah yang cocok untuk mereka berdua. Astri memilihkan sekolah terbaik di kota Bandung. Astri benar-benar ingin melakukan semua yang te

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang    Bab 14

    Kini mereka berada di kantin rumah sakit, Astri asyik berbincang dengan sahabat lamanya. Alin juga sesekali ikut berbicara, meski baru pertama bertemu namun, Caca dan Alin sudah terlihat akrab. Alin juga sesekali bertanya pada Caca mengenai pekerjaan Caca, sebagai seorang Dokter. “Kak Caca, Alin juga cita-citanya mau jadi Dokter. Tapi itu dulu waktu Alin kecil. Sekarang Alin sudah besar, Alin mengerti Alin sepertinya tidak bisa untuk jadi Dokter,” Alin berbicara dengan lirih. “Kenapa tidak bisa?” Tanya Caca heran.“Alin kasihan sama ayah, kak! Jadi Dokter kan harus punya uang banyak, jadi Alin ga mau bikin Ayah sudah,” Astri tahu betul Alin pasti tidak mau menjadi beban buat Ayahnya. Astri bersyukur dengan bertemunya Caca, Astri jadi tau apa yang jadi keinginan Alin. Astri pasti akan mengusahakan semua yang terbaik untuk Alin. Sekarang Alin tanggung jawabnya, Alin adiknya yang harus Astri penuhi kebutuhannya. “ Sek

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 15

    Pagi ini merupakan, pagi yang sangat mendebarkan bagi Alin, ini hari pertama Alin masuk ke sekolah baru. Alin sejak pagi sudah bangun dan bersiap dengan seragam sekolah barunya. Alin menuruni tangga, menggendong tas sekolah, tas yang dari dulu Alin inginkan, dan baru bisa Alin dapatkan dari kakak tercintanya.Bukan hanya tas baru, bahkan sepatu, jam tangan, semua yang Alin pakai barang baru. Ini karena Astri ingin memberikan yang terbaik untuk Alin.“ Pagi, kak?” Sapa Alin pada Astri. Terlihat Astri tengah membantu, BI Ina menyiapkan sarapan.“ pagi, dek! Baru kakak mau panggil buat sarapan,” ucap Astri.“ Iya kak, hari ini pertama masuk, jadi aku harus siap dong!”“ Semoga betah ya, di sekolah yang barunya.”“ iya, kak. Do’akan Alin ya! Kak?” tanya Alin ragu.“ kenapa?”“ kalau Alin punya teman boleh?” Astri di buat bingung dengan pertanyaan Alin. Bukankah setiap orang pasti memiliki teman, kenapa Alin bertanya seperti itu. Apa selama ini Alin t

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 16

    “ Selama pagi, pak” sapa Alin gugup.“ Selamat pagi, Alin,” Alin tampak kaget, kepala sekolahnya tau namanya.“ Perkenalkan, nama saya Andre. Saya temannya Astri, sekaligus kepala sekolah di sini,” ucap Andre memperkenalkan diri. Sedangkan Alin mulai paham, mengapa Andre tahu namany, pasti kakaknya yang sudah menitipkan Alin.“ Sudah Astri beri tahu kelasnya di mana?” Tanya Andre.“ Belum pak, mungkin kakak saya lupa,” jawab Alin.“ Ya, sudah saya antar ke kelas,” lalu Andre bangkit dari duduknya. Mereka berjalan menuju kelas yang akan Alin tempati, sampai nanti Alin lulus, dan masuk SMA.Pak Andre mengetuk pintu, tak lama keluar seorang guru wanita.“ Selamat pagi Bu? Ini saya mau mengantar murid baru,” ucap pak Andre.“Selamat pagi, pak! Baik pak,” jawabnya sopan.“kalau begitu, saya pamait dulu,Bu!” setelah mendapat anggukan Pak Andre meninggalkan Alin dan gurunya.“Perkenalkan nama saya, Bu Tias , saya guru matematika,” Bu Tias memperkenalkan diri pada Alin.“Saya Alin , Bu,” jawa

Bab terbaru

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 26

    Hari ini Astri, Alin, Syifa, dan juga Reta. Mereka akan pergi berlibur, karena Astri yang tengah hamil, jadi mereka memutuskan liburan kali ini hanya mengunjungi tempat-tempat indah di kota Bandung.Rencana pertama mereka akan mengunjung Maribaya. Mereka akan menginap dan menghabiskan waktu selama beberapa hari di sana.Mereka memilih Glamping di Maribaya. Suasan yang sejuk, pemandangan yang indah, ada juga wahana bermain untuk Syifa, juga spot foto untuk Alin dan Reta.Alin dan Reta asyik menikmati pemandangan sekitar, apalagi Alin yang selama ini hanya terkurung di rumah. Alin begitu senang bisa pergi berlibur, dia dan Reta berfoto, lalu memposting di akun sosial medianya.“Alin, yang ini bagus deh ftonya!” ucap Reta.“Ihh iya , ta! Bagus coba kamu yang post nanti tag ke aku ya!” pinta Alin pada Reta.Reta pun langsung memposting fotonya bersama Alin. Banyak komen dan laike di akun sosmed nya Reta. Apalagi mereka berdua cantik di tambah background pemandangan yang mendukung.Se

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 25

    Setelah mengantar Syifa dan Aline. Astri tidur kembali, karena tiba-tiba dia merasa mual dan lemas.Saat tengah tidur tiba-tiba handphone Astri berdering. Astri bangun melihat siapa yang menelepon.‘ayah , ada apa ya?’ gumam Astri pelan, langsung mengangkat telepon dari Ayah.[Assalamualaikum, ayah].[Waalaikumsalam,nak! Ayah ganggu ya? Kayanya lagi tidur ya?][Tidak yah, tadi ketiduran, hehe,,, ada apa yah?][Tumben jam segini tidur,nak? ][Tadi pagi mual lagi ,yah! Jadi tiduran . Eh malah keterusan tidur!][Pasti lemes ya ,nak? ][Iya ayah, makanya Astri udah ga ke kantor lagi. Pasti repot kalau mual di kantor.][Iya ayah setuju, baiknya kamu Istirahat di rumah, nak .][Iya ayah][Oh iya Ayah sampai lupa, Ayah mau ngabarin, nanti sore Ayah pergi ke tempat proyek yang di Kalimantan,ya][Ayah, serius. Ayah bisa pergi kesana?][Iya, kemarin Ayah sudah mengundurkan diri, kebetulan atasan Ayah mengijinkan][Loh , Ayah keluar? Bukannya Ayah bilang mau ijin ya?][Tadinya Ay

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 24

    Alin dan Syifa pulang ke rumah telat, karena Alin ada kelas ekskul tambahan. Syifa dengan senang hati menemani Alin. Jadilah mereka sampai di rumah hampir Maghrib.Saat memasuki rumah mereka tidak melihat keberadaan Astri. Akhirnya mereka memutuskan pergi mandi dan bersih-bersih. Selesai mandi Alin mengerjakan tugas sekolahnya. Untuk di kumpulkan besok. Setelah selesai Alin keluar, dia duduk di balkon kamarnya, sambil menikmati angin malam.Alin selalu bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ia jalani. Kakak yang baik, keponakan yang menemani, Ayah yang sangat menyayanginya walau pun jauh.Tak pernah terpikir sebelumnya Alin bisa bebas dari pahitnya , kehidupan sebelumnya, sekarang Alin merasa semua yang dia inginkan bisa dia dapat.“Dek?” . Alin terkejut saat ada yang memanggil dan menepuk bahunya, sepontan Alin langsung menengok ke belakang.“Kakak panggil dari tadi loh! Ga taunya lagi di sini!” ucap Astri.“Eh iya ,kak! Kenapa?” balas Alin , masih dengan muka terkejutnya.“

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 23

    Ketika Astri bangun, dia langsung mandi, dan berpakaian. Dia berniat bertemu dengan pemuda aneh, yang di temui beberapa hari ini. Yang selalu mengganggunya.Setelah selesai Astri turun ke bawah, dia mencari BI Ina, ternyata BI Ina, sedang di dapur.“Bi?” Sapa Astri.“Loh, neng bikin kaget bibi saja!” “Iya, habis bibi serius benar. Lagi apa sih BI?” Tanya Astri penasaran.“Ini loh bibi lagi coba masakan baru neng, bibi dapat resep dari hape!” Seru BI Ina senang.“ Oh gitu, toh! Ehm BI?”“ Kenapa neng? Ada mau sesuatu? Biar bibi buatkan!”“Enggak kok bi, Astri cuman mau titip pesan. Astri mau keluar sebentar. Nanti kalau Syifa sama Alin, pulang bibi bilang aja Astri , mau bertemu teman ya!” ucap Astri menjelaskan.“siap ,neng!” balas BI Ina yang masih fokus pada bahan masaknnya.“ya udah, Astri pamit BI, assalamualaikum!” setelah mendapat jawaban dari BI Ina. Astri langsung pergi keluar.Astri memilih membawa mobil sendiri untuk bertemu dengan Devan. Biar mang Ujang bisa jemput, anak-a

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 22

    POV AstriHari ini aku di rumah sendirian, tadi pagi saat akan berangkat kerja, tiba tiba aku sedikit pusing dan merasa lelah. Aku bingung kehamilanku yang sekarang lebih mudah lelah. Tak jarang pula aku merasa malas melakukan sesuatu.Saat kehamilan Syifa aku masih bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tapi sekarang bawaannya lelah dan malas. Akhirnya aku memutuskan hanya rebahan di kasur yang sangat nyaman ini.Ah, aku melupakan sesuatu! Aku harus mencari orang untuk mengecek proyek di luar pulau. Sepertinya aku tau harus meminta tolong siapa. Akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya.[Assalamualaikum, ayah][Waalaikumsalam, nak][Apa kabar, Ayah? Ayah sehat kan?][Alhamdulillah, ayah sehat! Gimana kabar kamu? Alin dan Syifa baik,nak?][Alhamdulillah, kami di sini baik Ayah! Ayah jangan khawatir,][Syukurlah kalau kalian baik! Tumben telepon Ayah? Kamu tidak sibuk kerja,nak?][Tidak, Ayah. Sudah dua hari aku di rumah. Akhir-akhir ini aku mudah lelah, bawaannya malas terus

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 21

    Pagi ini Astri tidak berangkat ke kantor, setelah mengantar Alin dan Syifa, Astri kembali pulang ke rumah. Astri sedang memikirkan orang yang akan Astri percayakan mengurus pembangunan di luar pulau. Tiba-tiba Astri teringat seseorang. Ya Astri sudah tau siapa orangnya. Astri memutuskan untuk meneleponnya nanti siang.Astri lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di ranjang. Astri teringat akan suaminya. Suami yang dulu sangat Astri cintai. Namun, sekarang rasa cintanya sedikit menghilang, tergantikan dengan rasa kecewa dan benci.Di depan semua orang Astri bisa terlihat tegar, akan tetapi bila sedang sendiri Astri selalu teringat saat, di mana suaminya begitu sempurna di matanya.Dulu sempat suaminya begitu memanjakannya, di awal Astri merasa jatuh cinta pada suaminya. Namun itu hanya bertahan tiga tahun lamanya. Sampai sekarang Astri belum tahu penyebab suaminya berubah. Yang pasti ada campur tangan Ibu mertuanya.Saat sedang membayangkan sikap manis suaminya, tiba-tiba handphone As

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 20

    Astri duduk di sofa ruang keluarga, dia sedang menonton tv. Astri menunggu Alin dan Syifa pulang. Alin dan Syifa sekolah di sekolah bertaraf internasional school. Mereka sekolah full day, jadi baru sampai rumah jam lima sore. Sedangkan Astri pulang jam tiga sore, untuk beberapa bulan kedepan, sampai waktunya melahirkan tiba.Karena lelah bekerja di masa kehamilan, Astri sampai ketiduran di sofa. Tidak lama Alin dan Syifa pulang.“Assalamualaikum,” kompak ucapan salam Alin dan Syifa.“Loh, kok mama tidur di sini Otty?” tanya Syifa pada Alin.“Kan Otty baru pulang, kak ! Kok tanya Otty sih?” Syifa menepuk jidatnya sendiri, sambil nyengir kuda.“kamu ini, mungkin kak Astri capek! Kayanya baru pulang kantor!”ucap Alin.“ Iya , ya udah Kakak ke kamar mau mandi Otty! Mama jangan di bangunin suruh istirahat aja!” “Iya , kasian mama km cape banget kayanya, ya udah Otty juga mau mandi. Gerah tadi habis ekskul!” sebelum mereka pergi mandi, Syifa menyelimuti Astri terlebih dahulu. Lalu mereka p

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 19

    Semakin hari Alin, semakin dekat dengan teman barunya. Mereka merasa sangat cocok satu sama lain. Alin bahkan tak canggung menceritakan semua kisah hidupnya, begitu juga dengan Reta, dia dengan suka hati berbagi kisah kehidupannya pada Alin.Mereka terlihat seperti sahabat yang sudah lama bersama. Namun nyatanya Alin baru beberapa bulan ini mengenal Reta.Saat ini mereka tengah menikmati semangkuk bakso di kantin, terlihat sangat ramai ,karena waktunya semua siswa beristirahat.“Lin,” panggil Reta.“Kenapa ta?” Alin menghentikan makannya lalu menatap Reta.“Seminggu lagi ujian semester, ada rencana liburan ga?”“emh ... Ga tau? Belum bicara sama kakakku! Kamu?”“ Ga ada, bunda kurang sehat, ayah lagi sibuk di kantornya. Jadi ga pergi kayanya!” ucap Reta lesu, Alin hanya mengangguk lalu melanjutkan makannya kembali.“Lin , kalau berencana liburan ajak aku ya!” pinta Reta memohon.“Siip, nanti aku izin sama kak Astri.”“benar ya jangan bohong, loh!” “iya ga bohong kok, paling lupa, heh

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 18

    “Masuk!” Terdengar sahutan seseorang dari dalam. Astri membuka pintu, lalu masuk setelah di persilahkan oleh sang empunya ruangan.“Bu Astri!” Panggil Ridwan kaget.“Selamat pagi Pak? Apa kabar?” Sapa Astri ramah.“Selamat pagi, Bu. Saya baik, Bu! Ibu apa kabar? Lama tidak bertemu?” tanya pak Ridwan balik.“Alhamdulillah, saya baik Pak!” jawab Astri.“ Silahkan duduk, Bu!” “ Terima kasih , Pak.” Jawab Astri sambil duduk di hadapan Ridwan. Pria yang di utus almarhum papanya. “Saya sangat senang, Bu! Mendengar Ibu akan kembali ke kantor,” ucap Ridwan dengan tulus.“ iya, paman! Saya juga sepertinya kangen suasana kantor,” jawab Astri sambil tersenyum.“Saya juga senang, Bu! Akhirnya Ibu mau turun tangan langsung.”Astri hanya tersenyum, “ sebenarnya saya ingin sekali Pak, secara langsung mengurus kantor. Akan tetapi untuk sekarang belum bisa, saya paling bisa sesekali, di tambah saya sedang hamil anak kedua Pak, jadi belum bisa langsung semua saya ambil alih, saya masih butuh bantuan

DMCA.com Protection Status