Share

Bab 6

Penulis: Chau08
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi harinya Alin dan Syifa berniat untuk berenang. Sayang kalau fasilitas Hotelnya tidak di gunakan. Mereka pun turun ke lantai bawah untuk berenang di temani Astri.

Dengan semangatnya, setelah selesai sarapan Alin dan Syifa berlari ke arah kolam renang. Sedangkan Astri duduk mengawasi di kursi santai, yang tersedia di pinggir kolam. Astri hanya mengawasi anak dan adiknya berenang.

Alin sangat menikmati kehidupan barunya, bersama kakak ipar yang seperti kakak kandungnya. Begitu pun dengan Syifa.

Astri yang melihat Syifa begitu senang merasa bersalah. Karena sejak kecil Astri tidak pernah memberikan kemewahan untuk anaknya. Bukan karena tidak mampu, hanya saja Astri selalu merasa belum yakin terhadap keluarga suaminya. Sehingga Astri harus merelakan putrinya hidup dengan sederhana.

Untung nya Syifa bukan tipe anak yang banyak menuntut. Sehingga Astri tidak repot mencari alasan.

Astri bertekad akan menebus kehidupan Syifa, yang selama ini serba sederhana, bahakan lebih tepatnya kekurangan. Astri bertekad akan membahagiakan putrinya.

Saat sedang memperhatikan syifa dan Alin, tiba-tiba Astri merasa pusing, bahkan penglihatannya mengabur.

Tak lama kegelapan mulai menghampiri Astri. Astri pun tergeletak pingsan .

Alin yang melihat Astri pingsan, dengan cepat berlari menghampiri Astri. Alin sangat panik sampai melupakan Syifa yang masih asyik berenang.

"Kak... kak... kak Astri. Bangun kak... Kakak kenapa kak?" namun Astri tak merespon. Alin tambah panik di buatnya. Dengan sekuat tenaga Alin mulai berteriak. " Tolong.... tolong...tolong!" Teriak Alin sambil mencoba membangunkan Astri.

Penjaga kolam dan para pelayan yang mendengar teriakan Alin mengahmbur ke arah Alain.

"Kenapa dek?" tanya salah satu pelayan hotel.

"Kakak saya mas... tolong kakak saya tiba-tiba pingsan." jawab Alin sambil menangis.

Dengan sigap para pelayan mengecek kondisi Astri. Lalu tubuh Astri di gendong oleh pelayan tadi. "Dek kamarnya no berapa?" tanya pelayan yang menggendong Astri. Alin langsung member tahu no kamar serta memberi akses pintu pada pelayan satunya.

Mereka membawa Astri ke kamar yang di sebutkan Alin. Saat Alin hendak menyusul, suara Syifa menghentikan Alin. "Otty mau kemana?" Alin yang di tanyapun membalikan badan lalu menarik tangan Syifa.

Syifa hanya mengikuti Alin. Meskipun Syifa penasaran. Namun, melihat Alin begitu panik, Syifa pun hanya mengikuti Alin dengan pasrah. Padahal dirinya masih pengen berenang.

Alin membawa Syifa berlari ke ruangan Hotel yang mereka tempati. Syifa ingin bertanya namun melihat Alin. Lagi lagi Syifa hanya pasrah membiarkan tangannya di tarik oleh tantenya itu.

Tiba di depan kamar yang mereka tempati. Syifa kaget melihat banyak orang yang memakai baju yang sama. Dia berpikir kenapa banyak orang di kamar mamahnya.

Lalu Alin menarik kembali tangan Syifa ke dalam kamar. Sampai di dalam Syifa langsung berlari dan memeluk Astri yang tak sadarkan diri. Syifa menangis sambil terus mencoba membangunkan ibunya.

"Dek, sebentar lagi akan ada Dokter. Kebetulan beliau sedang menginap di sini." salah satu pelayan itu mulai berbicara.

"Terima kasih mas!" jawab Alin seadanya. Alin masih panik dengan kondisi Kaka iparnya.

Tak lama dokter datang. Langsung memeriksa keadaan Astri. Setelah selesai dokter merapikan peralatannya. Lalu bertanya pada Alin. "Dek, dimana suaminya Bu Astri?" namun Alin menjawab hanya dengan menggelengkan kepala. "Dek keluarga yang lain Diman?" tanya dokter itu lagi.

"Tidak dok...tidak ada. Hanya saya dan Syifa yang berada di sini." jawab Alin lesu." Apa kakak saya sakit parah, Dok?" tanya Alin takut. Jujur Alin sangat takut kalau Astri punya penyakit serius.

"Bu Astri tidak sakit parah dek!" Jawab sang Dokter. Namun Astri tidak percaya dengan ucapan Dokter itu.

"Dokter bohong kan?" tuding Alin sambil melotot galak. Dokter laki-laki yang masih terlihat muda itu hanya senyum melihat tingkah Alin." Kok Dokter malah senyum? Apa Dokter senang melihat kakak saya sakit?"tanya Alin semakin curiga.

"Saya tidak bohong! Bu Astri memang tidak ada penyakit serius?" jawab dokter muda itu sambil terus memperhatikan Alin.

" Kalau Dokter tidak berbohong, kenapa dokter tanya suami dan keluarga Kaka saya?" jawab Alin marah. Dia tidak suka kepada dokter ini. Sungguh Alin sedang panik. Sedangkan dokter itu terlihat biasa. Ingin sekali Alin mencakar wajah Dokter itu.

Dokter muda yang bernama Devan itu tersenyum kepada Alin." Karena ini masalah orang dewasa. Anak kecil belum boleh tahu!" ucap Dokter Devan yang membuat Alin semakin marah.

" Dasar Dokter gila! Dokter fikir Alin masih kecil! Alin udah gede ya! udah SMP mau masuk SMA sebentar lagi. Enak saja bilang Alin masih kecil!" Alin terus saja marah sambil mengumpat pada dokter Devan. Bukannya marah Dokter Devan malah tersenyum gemas melihat Alin.

"Baiklah anak kecil! Tidak perlu marah nanti tua sebelum waktunya," jawab Devan sambil terkekeh melihat kelakuan Alin.

Saat asyik berdebat tiba-tiba Syifa berdiri di antara keduanya. "Otty sama Om kok malah berantem? Itu mamahnya Syifa Giman? Oom kan dokter masa ga mau ngalah sama Otty?" ucap Syifa kesal melihat kelakuan dua orang di depannya.

Devan dan Alin saling pandang, namun tak lama Alin membuang muka ke arah lain, sedangkan Devan menahan senyum melihat Alin.

Devan mendekat ke arah Syifa lalu jongkok di depan Syifa." Adek kecil jangan khawatir mamanya tidak apa-apa? Tapi mulai sekarang mamanya harus di jaga ya! Jangan sampai kecapean! Karena mamanya adek cantik sedang hamil, di dalam perut mama ada dedek bayinya?" Devan pun menjelaskan dengan hati-hati kepada Syifa. Syifa mengangguk namun masih mencerna setiap yang di katakan dokter Devan.

"Ckk.... Bilang hamil aja susah das..... Apa? Hamil....?" Alin yang baru menyadari ucapan Devan melotot seketika dengan mulut terbuka. Devan yang melihat Alin semakin gemas dan mencoba menahan tawa.

"Dokter ga bohong kan? Kak Astri beneran hamil kan dok?" tanya Alin penasaran. Devan hanya mengangguk.

Alin dan Syifa berlari menaiki ranjang lalu duduk di samping kanan dan kiri Astri. Sedangkan Devan tertawa lepas, melihat keponakan dan tente yang begitu kompak.

Alin dan Syifa memeluk Astri mereka terus berceloteh. Meskipun Astri tidak merespon.

"Ya sudah saya permisi karena tugas saya sudah selesai!" ucap Devan. "Nanti kalau Bu Astri bangun ajak periksa ke Dokter kandungan ya!" Mereka berdua kompak mengangguk. Lalu Dokter Devan keluar dari kamar hotel Alin.

"Otty Syifa mau punya adek bayi.nanti Syifa ada temennya," ucap Syifa begitu senang. Alin hanya tersenyum lalu mengelus kepala Syifa lembut.

Karena Astri belum juga sadar Alin mengajak Syifa mandi. Dan berganti pakaian. Karena panik Alin tidak sadar masih mengunakan baju renang begitupun Syifa.

Bab terkait

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 7

    POV Astri. Aku membuka mata, mencoba bangun namun kepala aku terasa pusing. 'kok aku ada di kamar? Perasaan tadi di kolam renang!' lalu aku melihat sekeliling namun tak ada orang. Syifa dan Alin juga entah kemana. Aku menyenderkan tubuh ke kepala ranjang. Tak lama seperti ada yang membuka pintu. ternyata Alin dan Syifa yang masuk. " Loh, kalian dari mana ?" tanyaku pelan. " Kakak sudah bangun? Kak Astri haus? Mau minum ?" tanya Alin, terlihat panik. Memang nya apa yang terjadi sehingga Alin terlihat panik dan khawatir. " Mama..?" tiba-tiba Syifa naik ke ranjang dan memelukku. Aku heran dengan dua bocah ini. Sebenarnya apa yang terjadi. "Kok kak Astri malah bengong? Kaka mau minum?" tanya Alin lagi. " Kakak kenapa dek? Kok bisa di kamar?" Bukannya tadi kalian lagi berenang ya?" Pertanyaan yang dari tadi ku tahan akhirnya lolos juga. "Kakak ga kenapa-kenapa kok! Tadi kakak pingsan di kolam renang!" jawab Alin. Aku baru ingat, ketika di pinggir kolam aku merasa pusing dan tidak

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 8

    Ardi dan Widia sibuk di kantor, mereka sedang menangani proyek pembangunan Hotel. Widia yang memang sekertaris Ardi, selalu mendampingi Ardi. Widia yang awalnya sekertari baru Ardi, berhasil menggoda Ardi. Sedangkan Ardi yang pada dasarnya suka main perempuan, menerima dengan senang perlakuan Widia yang selalu menggoda Ardi. Widia merasa di atas angin bisa menyingkirkan Astri dari kehidupan Ardi. Widia merasa bangga bisa mendapatkan Ardi dan membuat Astri tersingkir. Namun satu hal yang Widia tidak tahu, bukan hanya dirinya yang menjadi kekasih Ardi di belakang Astri. Masih banyak wanita lain yang selalu Ardi kencani dan di beri janji manis, untuk di nikahi. Sekarang Widia merasa menang, bisa mendapatkan Ardi. Namun untuk kedepan entah bagaimana nasib Widia. Ketika sedang asyik memperhatikan Ardi, tiba-tiba handphone Ardi berdering. Ardi menatap Widia yang berada di meja kerjanya. Ardi langsung megambil handphone dan melihat ada pesan masuk. Sebelum membaca pesan itu Ardi menatap Wid

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 9

    Astri menunggu kedatangan Ayah mertuanya. Dia cukup was-was, takut jika suaminya melihat dirinya. Sungguh Astri benar-benar tidak ingin melihat suaminya. Dia ingin segera bercerai, namun keadaan tidak memungkinkan untuk saat ini. Dengan terpaksa Astri harus menunda keinginan yang satu ini. "Maaf, Ayah lama ya?" tanya Herdi mengagetkan Astri yang sedang melamun. "Ayah!" Alin langsung mengahmbur ke pelukan Ayahnya. Lalu Astri menyalimi Herdi, begitupun dengan Syifa. Herdi memeluk Syifa dan mendudukkan Syifa di pangkuannya. " Kakek ... Syifa berat ya! Jangan pangku nanti kake pegel. Syifa udah gede nanti kake keberatan,"kata Syifa pada kakeknya. " Kakek masih kuat pangku Syifa! Kakek juga kuat gendong Syifa," ucap Herdi sambil tetap memangku Syifa. "Syifa kan udah gede kek, pasti Syifa berat," bantah Syifa yang kekeuh merasa bukan anak kecil lagi. "Iya ... Iya cucu kakek udah besar sekarang,"Herdi mengalah kepada cucu kesayangannya. "Ayah apa kabar?" tanya Astri. "Ayah baik nak, m

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 10

    Hedi sampai di rumah nya menjelang Maghrib. Dia masuk ke rumah namun, tidak terlihat keberadaan istrinya. Herdi mencari Anisa di setiap ruangan rumah, namun tetap tidak menemukan Anisa. Akhirnya Herdi memutuskan untuk mandi, karena sebentar lagi akan menjelang malam. Selesai mandi dan berpakaian Herdi keluar kamar, berniat mencari istrinya. Namun tetap tidak ada, hanya ada Ardi yang sedang duduk di ruang keluarga. Herdi yang tidak ada kegiatanpun menghampiri putranya. " Lagi apa nak?" Herdi menepuk bahu Ardi. "Ayah.." ucap Ardi yang kaget dengan kelakuan Ayahnya. Namun Ardi teringat pertemuan dengan Ayahnya di Cafe. Membuat Ardi urung melanjutkan kata-katanya. " Kenapa? Kok diam," Herdi kebingungan melihat anaknya langsung diam. "Tidak apa yah! Ayah baru pulang?" Ardi mengalihkan bicaranya. Takut Ayahnya akan membahas masalah di Cafe. "Anak Ayah sudah besar ya! Sudah mau punya anak dua!" Herdi berucap tanpa sadar. Sedangkan Ardi tampak bingung. Ardi berpikir Ayahnya melantur. "S

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 11

    Pagi ini Astri tengah berkemas, rencananya mereka berangkat pukul 10. Astri sudah menghubungi Ayah mertuanya. Astri yang awalnya berencana tinggal di Bali, kini berubah setelah tahu, kalau dia sedang hamil, dan pada akhirnya Astri, akan pergi ke Bandung, Astri akan memulai kehidupan barunya di kota Bandung. Alin yang mengetahui akan pindah ke Bandung, senang bukan kepalang. Dari pagi Alin sudah tidak sabar, untuk segera pergi ke Bandung. Selama ini, Alin tak pernah sekalipun di ajak jalan-jalan ke luar kota. Jangankan luar kota, bisa keluar untuk sekolah pun, Alin sudah sangat bersyukur. "Dek! Sudah kabarin Ayah?" tanya Astri."Udah kak, tadi Ayah bilang udah di jalan,menuju ke sini," Astri lalu melanjutkan membereskan barang-barang nya. Setelah selesai berkemas Astri menghubungi sekertaris nya. [Assalamualaikum, May?] [Waalaikumsalam, Bu!] [Jemput jam berapa, May?] [Ini Bu, Maya lagi jalan ke situ!] [Ok, di tunggu ya, May!] [Iya Bu,] [Hati-hati, May! Assalamualaikum?] [Iya

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 12

    Astri, Alin, dan Syifa sampai di Bandara 'Husein Sastra Negara'. Mereka keluar dari Bandara, menunggu Mang Ujang menjemput mereka.Alin tampak menikmati suasana kota Bandung, wajahnya ceria, tidak seperti sebelumnya, yang selalu tampak suram. Astri sedang mencoba menghubungi seseorang.[Halo][assalamualaikum mang Ujang?][Waalaikummsalam, Mbak Astri.] [Mang, Astri tunggu di depan pintu masuk, ya!][iya, Mbak. ini saya sudah di parkiran. Mbak teh di mana?][oh .... Mamang di parkiran ya? ya udah Astri ke parkiran sama anak-anak ya mang.][iya, Mbak!][Astri tutup ya Mang! assalamualaikum!][waalaikumsalam, mbak]Setelah menutup panggilan, Astri mengajak Alin dan Syifa menghampiri supirnya. "Ayo Dek, sudah di tunggu di parkiran," Aline mengikuti Astri berjalan, untungnya mereka tidak banyak membawa barang, jadi tidak kerepotan.Setelah menemukan keberadaan Mang Ujang, Astri langsung masuk ke dalam mobil. Mereka langsung menuju rum

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 13

    Hari ini Astri berencana untuk membenahi ruangan yang kosong. Astri berniat untuk menjadikan ruang kerja. Ruangan yang akan Astri jadikan ruang kerja, berada di samping rumah. Astri memilihnya, karena terpisah dari rumah. Jika ada rekan kerja dan karyawan datang, tidak mengganggu orang-orang di rumah. Kantor mini yang Astri siapkan tepat menghadap taman mini. Jadi ketika bekerja Astri bisa melihat pemandangan yang asri dan sejuk. Meskipun tengah hamil, tidak membuat semangat Astri luntur. Astri di bantu Mang Ujang, untuk menyiapkan kantornya. Astri juga memanggil tukang, untuk sedikit merenovasi kantornya. Sebisa mungkin, Astri ingin membuat suasana nyaman ketika nanti bekerja. Rencananya setelah merenovasi kantornya, Astri akan mendaftarkan Alin dan Syifa, kebetulan Astri sudah menemukan sekolah yang cocok untuk mereka berdua. Astri memilihkan sekolah terbaik di kota Bandung. Astri benar-benar ingin melakukan semua yang te

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang    Bab 14

    Kini mereka berada di kantin rumah sakit, Astri asyik berbincang dengan sahabat lamanya. Alin juga sesekali ikut berbicara, meski baru pertama bertemu namun, Caca dan Alin sudah terlihat akrab. Alin juga sesekali bertanya pada Caca mengenai pekerjaan Caca, sebagai seorang Dokter. “Kak Caca, Alin juga cita-citanya mau jadi Dokter. Tapi itu dulu waktu Alin kecil. Sekarang Alin sudah besar, Alin mengerti Alin sepertinya tidak bisa untuk jadi Dokter,” Alin berbicara dengan lirih. “Kenapa tidak bisa?” Tanya Caca heran.“Alin kasihan sama ayah, kak! Jadi Dokter kan harus punya uang banyak, jadi Alin ga mau bikin Ayah sudah,” Astri tahu betul Alin pasti tidak mau menjadi beban buat Ayahnya. Astri bersyukur dengan bertemunya Caca, Astri jadi tau apa yang jadi keinginan Alin. Astri pasti akan mengusahakan semua yang terbaik untuk Alin. Sekarang Alin tanggung jawabnya, Alin adiknya yang harus Astri penuhi kebutuhannya. “ Sek

Bab terbaru

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 26

    Hari ini Astri, Alin, Syifa, dan juga Reta. Mereka akan pergi berlibur, karena Astri yang tengah hamil, jadi mereka memutuskan liburan kali ini hanya mengunjungi tempat-tempat indah di kota Bandung.Rencana pertama mereka akan mengunjung Maribaya. Mereka akan menginap dan menghabiskan waktu selama beberapa hari di sana.Mereka memilih Glamping di Maribaya. Suasan yang sejuk, pemandangan yang indah, ada juga wahana bermain untuk Syifa, juga spot foto untuk Alin dan Reta.Alin dan Reta asyik menikmati pemandangan sekitar, apalagi Alin yang selama ini hanya terkurung di rumah. Alin begitu senang bisa pergi berlibur, dia dan Reta berfoto, lalu memposting di akun sosial medianya.“Alin, yang ini bagus deh ftonya!” ucap Reta.“Ihh iya , ta! Bagus coba kamu yang post nanti tag ke aku ya!” pinta Alin pada Reta.Reta pun langsung memposting fotonya bersama Alin. Banyak komen dan laike di akun sosmed nya Reta. Apalagi mereka berdua cantik di tambah background pemandangan yang mendukung.Se

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 25

    Setelah mengantar Syifa dan Aline. Astri tidur kembali, karena tiba-tiba dia merasa mual dan lemas.Saat tengah tidur tiba-tiba handphone Astri berdering. Astri bangun melihat siapa yang menelepon.‘ayah , ada apa ya?’ gumam Astri pelan, langsung mengangkat telepon dari Ayah.[Assalamualaikum, ayah].[Waalaikumsalam,nak! Ayah ganggu ya? Kayanya lagi tidur ya?][Tidak yah, tadi ketiduran, hehe,,, ada apa yah?][Tumben jam segini tidur,nak? ][Tadi pagi mual lagi ,yah! Jadi tiduran . Eh malah keterusan tidur!][Pasti lemes ya ,nak? ][Iya ayah, makanya Astri udah ga ke kantor lagi. Pasti repot kalau mual di kantor.][Iya ayah setuju, baiknya kamu Istirahat di rumah, nak .][Iya ayah][Oh iya Ayah sampai lupa, Ayah mau ngabarin, nanti sore Ayah pergi ke tempat proyek yang di Kalimantan,ya][Ayah, serius. Ayah bisa pergi kesana?][Iya, kemarin Ayah sudah mengundurkan diri, kebetulan atasan Ayah mengijinkan][Loh , Ayah keluar? Bukannya Ayah bilang mau ijin ya?][Tadinya Ay

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 24

    Alin dan Syifa pulang ke rumah telat, karena Alin ada kelas ekskul tambahan. Syifa dengan senang hati menemani Alin. Jadilah mereka sampai di rumah hampir Maghrib.Saat memasuki rumah mereka tidak melihat keberadaan Astri. Akhirnya mereka memutuskan pergi mandi dan bersih-bersih. Selesai mandi Alin mengerjakan tugas sekolahnya. Untuk di kumpulkan besok. Setelah selesai Alin keluar, dia duduk di balkon kamarnya, sambil menikmati angin malam.Alin selalu bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ia jalani. Kakak yang baik, keponakan yang menemani, Ayah yang sangat menyayanginya walau pun jauh.Tak pernah terpikir sebelumnya Alin bisa bebas dari pahitnya , kehidupan sebelumnya, sekarang Alin merasa semua yang dia inginkan bisa dia dapat.“Dek?” . Alin terkejut saat ada yang memanggil dan menepuk bahunya, sepontan Alin langsung menengok ke belakang.“Kakak panggil dari tadi loh! Ga taunya lagi di sini!” ucap Astri.“Eh iya ,kak! Kenapa?” balas Alin , masih dengan muka terkejutnya.“

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 23

    Ketika Astri bangun, dia langsung mandi, dan berpakaian. Dia berniat bertemu dengan pemuda aneh, yang di temui beberapa hari ini. Yang selalu mengganggunya.Setelah selesai Astri turun ke bawah, dia mencari BI Ina, ternyata BI Ina, sedang di dapur.“Bi?” Sapa Astri.“Loh, neng bikin kaget bibi saja!” “Iya, habis bibi serius benar. Lagi apa sih BI?” Tanya Astri penasaran.“Ini loh bibi lagi coba masakan baru neng, bibi dapat resep dari hape!” Seru BI Ina senang.“ Oh gitu, toh! Ehm BI?”“ Kenapa neng? Ada mau sesuatu? Biar bibi buatkan!”“Enggak kok bi, Astri cuman mau titip pesan. Astri mau keluar sebentar. Nanti kalau Syifa sama Alin, pulang bibi bilang aja Astri , mau bertemu teman ya!” ucap Astri menjelaskan.“siap ,neng!” balas BI Ina yang masih fokus pada bahan masaknnya.“ya udah, Astri pamit BI, assalamualaikum!” setelah mendapat jawaban dari BI Ina. Astri langsung pergi keluar.Astri memilih membawa mobil sendiri untuk bertemu dengan Devan. Biar mang Ujang bisa jemput, anak-a

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 22

    POV AstriHari ini aku di rumah sendirian, tadi pagi saat akan berangkat kerja, tiba tiba aku sedikit pusing dan merasa lelah. Aku bingung kehamilanku yang sekarang lebih mudah lelah. Tak jarang pula aku merasa malas melakukan sesuatu.Saat kehamilan Syifa aku masih bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tapi sekarang bawaannya lelah dan malas. Akhirnya aku memutuskan hanya rebahan di kasur yang sangat nyaman ini.Ah, aku melupakan sesuatu! Aku harus mencari orang untuk mengecek proyek di luar pulau. Sepertinya aku tau harus meminta tolong siapa. Akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya.[Assalamualaikum, ayah][Waalaikumsalam, nak][Apa kabar, Ayah? Ayah sehat kan?][Alhamdulillah, ayah sehat! Gimana kabar kamu? Alin dan Syifa baik,nak?][Alhamdulillah, kami di sini baik Ayah! Ayah jangan khawatir,][Syukurlah kalau kalian baik! Tumben telepon Ayah? Kamu tidak sibuk kerja,nak?][Tidak, Ayah. Sudah dua hari aku di rumah. Akhir-akhir ini aku mudah lelah, bawaannya malas terus

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 21

    Pagi ini Astri tidak berangkat ke kantor, setelah mengantar Alin dan Syifa, Astri kembali pulang ke rumah. Astri sedang memikirkan orang yang akan Astri percayakan mengurus pembangunan di luar pulau. Tiba-tiba Astri teringat seseorang. Ya Astri sudah tau siapa orangnya. Astri memutuskan untuk meneleponnya nanti siang.Astri lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di ranjang. Astri teringat akan suaminya. Suami yang dulu sangat Astri cintai. Namun, sekarang rasa cintanya sedikit menghilang, tergantikan dengan rasa kecewa dan benci.Di depan semua orang Astri bisa terlihat tegar, akan tetapi bila sedang sendiri Astri selalu teringat saat, di mana suaminya begitu sempurna di matanya.Dulu sempat suaminya begitu memanjakannya, di awal Astri merasa jatuh cinta pada suaminya. Namun itu hanya bertahan tiga tahun lamanya. Sampai sekarang Astri belum tahu penyebab suaminya berubah. Yang pasti ada campur tangan Ibu mertuanya.Saat sedang membayangkan sikap manis suaminya, tiba-tiba handphone As

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 20

    Astri duduk di sofa ruang keluarga, dia sedang menonton tv. Astri menunggu Alin dan Syifa pulang. Alin dan Syifa sekolah di sekolah bertaraf internasional school. Mereka sekolah full day, jadi baru sampai rumah jam lima sore. Sedangkan Astri pulang jam tiga sore, untuk beberapa bulan kedepan, sampai waktunya melahirkan tiba.Karena lelah bekerja di masa kehamilan, Astri sampai ketiduran di sofa. Tidak lama Alin dan Syifa pulang.“Assalamualaikum,” kompak ucapan salam Alin dan Syifa.“Loh, kok mama tidur di sini Otty?” tanya Syifa pada Alin.“Kan Otty baru pulang, kak ! Kok tanya Otty sih?” Syifa menepuk jidatnya sendiri, sambil nyengir kuda.“kamu ini, mungkin kak Astri capek! Kayanya baru pulang kantor!”ucap Alin.“ Iya , ya udah Kakak ke kamar mau mandi Otty! Mama jangan di bangunin suruh istirahat aja!” “Iya , kasian mama km cape banget kayanya, ya udah Otty juga mau mandi. Gerah tadi habis ekskul!” sebelum mereka pergi mandi, Syifa menyelimuti Astri terlebih dahulu. Lalu mereka p

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   Bab 19

    Semakin hari Alin, semakin dekat dengan teman barunya. Mereka merasa sangat cocok satu sama lain. Alin bahkan tak canggung menceritakan semua kisah hidupnya, begitu juga dengan Reta, dia dengan suka hati berbagi kisah kehidupannya pada Alin.Mereka terlihat seperti sahabat yang sudah lama bersama. Namun nyatanya Alin baru beberapa bulan ini mengenal Reta.Saat ini mereka tengah menikmati semangkuk bakso di kantin, terlihat sangat ramai ,karena waktunya semua siswa beristirahat.“Lin,” panggil Reta.“Kenapa ta?” Alin menghentikan makannya lalu menatap Reta.“Seminggu lagi ujian semester, ada rencana liburan ga?”“emh ... Ga tau? Belum bicara sama kakakku! Kamu?”“ Ga ada, bunda kurang sehat, ayah lagi sibuk di kantornya. Jadi ga pergi kayanya!” ucap Reta lesu, Alin hanya mengangguk lalu melanjutkan makannya kembali.“Lin , kalau berencana liburan ajak aku ya!” pinta Reta memohon.“Siip, nanti aku izin sama kak Astri.”“benar ya jangan bohong, loh!” “iya ga bohong kok, paling lupa, heh

  • Pembuktian Seorang Istri Yang Terbuang   bab 18

    “Masuk!” Terdengar sahutan seseorang dari dalam. Astri membuka pintu, lalu masuk setelah di persilahkan oleh sang empunya ruangan.“Bu Astri!” Panggil Ridwan kaget.“Selamat pagi Pak? Apa kabar?” Sapa Astri ramah.“Selamat pagi, Bu. Saya baik, Bu! Ibu apa kabar? Lama tidak bertemu?” tanya pak Ridwan balik.“Alhamdulillah, saya baik Pak!” jawab Astri.“ Silahkan duduk, Bu!” “ Terima kasih , Pak.” Jawab Astri sambil duduk di hadapan Ridwan. Pria yang di utus almarhum papanya. “Saya sangat senang, Bu! Mendengar Ibu akan kembali ke kantor,” ucap Ridwan dengan tulus.“ iya, paman! Saya juga sepertinya kangen suasana kantor,” jawab Astri sambil tersenyum.“Saya juga senang, Bu! Akhirnya Ibu mau turun tangan langsung.”Astri hanya tersenyum, “ sebenarnya saya ingin sekali Pak, secara langsung mengurus kantor. Akan tetapi untuk sekarang belum bisa, saya paling bisa sesekali, di tambah saya sedang hamil anak kedua Pak, jadi belum bisa langsung semua saya ambil alih, saya masih butuh bantuan

DMCA.com Protection Status