Jam menunjukan pukul 12 malam, Barnard menatap langit yang penuh dengan kerlipan bintang. Pikirannya berkelana, mengingat siapa yang telah menemaninya beberapa waktu lalu, biasanya ia akan keluar sekedar jajan di pinggir jalan bersama kekasihnya namun kini hanya tinggal mimpi.
Layaknya seorang sahabat, tidak ada yang tahu apa yang terjadi sebenarnya pada Barnard dan Edward, mereka terlihat seperti pemuda pada umumnya terlebih keduanya bersikap tidak peduli pada orang yang berdebat di samping mereka."Ramen dua," ucap Edward sesaat setelah pramusaji wanita menghampiri mereka berdua.Tak lama makanan pun terhidang di meja mereka, Barnard menyantapnya dengan lahap, sekilas Edward menatap laki-laki yang kini sudah menjadi temannya lalu menggelengkan kepalanya. Merasa takjub dengan apa yang ia lihat di depannya saat ini, laki-laki yang begitu polos sesaat lagi akan menjadi brandal di negara asing."Kau tau? Jika sudah masuk ke dalam kelompok bos Carlos maka kita tidak akan pernah lepas lagi kecuali memberikan tembusan kepada bos Carlos puluhan milyar," bisik Edward membuat Barnard tercengang.Mau tidak mau saat ini Barnard harus mengikuti apa yang berlaku dalam peraturan kelompok rahasia yang dipimpin oleh Carlos walau hatinya begitu berat.Terlihat Barnard hanya mengangguk menanggapi perkataan Edward, sementara seseorang yang sedang duduk di samping mereka memperhatikan Edward tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun, hanya sesekali saat Edward menatap laki-laki itu berpura membaca koran lalu kembali menatap Edward dan Barnard."Target telah ditemukan," lirih laki-laki bertubuh gempal yang sedang duduk sambil berpura-pura membaca korannya."Ayo!" Edward seperti menyadari ada yang salah dengan laki-laki itu sebab memperhatiannya sejak tadi, ia pun segera bangkit dan meninggalkan uang di atas meja sebagai bayaran ramen yang mereka makan."Kenapa terburu-buru, aku sedang ingin menikmati suasana kota," kata Barnard sambil mengikuti langkah Edward yang semakin cepat."Ayolah. Kita tak ada waktu lagi untuk bersantai, lihat ke belakang, laki-laki itu sejak tadi memperhatikan kita." Edward secepatnya masuk ke dalam mobil namun saat Barnard belum sempat masuk ke dalam mobil suara letusan senjata terdengar begitu memekakkan telinga.Beberapa kali timah panas nyaris mengenai Barnard namun ia masuk begitu cepat ke dalam mobil."Argh ...."Bernard tidak menyadari ternyata timah panas yang dilesatkan oleh polisi mengenai lengannya sedikit."Kau beruntung hanya lecet." Edward berkata sambil terus fokus mengemudi.Melirik ke arah kaca spion mobil, terlihat ada beberapa mobil polisi terus mengikuti mereka sambil sesekali menembak ke arah mobil yang Edward bawa."Argh ... aku menyesal tidak membawanya." Edward mengerang lalu memukul stir beberapa kali sambil terus fokus mengelak.Mobil polisi terus mengikuti mereka dari belakang tanpa menyerah, suara sirine mulai berbunyi membuat mobil lain yang sedang berkendara memberikan jalan agar polisi lebih leluasa mengejar buronannya.Edward mengelak ke kiri dan ke kanan, mencoba menghindari kejaran polisi yang sesekali menabrak mobil mereka. Edward saat ini tidak bisa kembali ke gedung tempat mereka tinggal. Edward secepatnya menerobos pembatas jalan untuk mengelak agar polisi berhenti mengejar mereka."Ini aksi gila," teriak Barnard.Bagi Barnard ini adalah hal pertama yang ia alami tapi bagi Edward ini adalah hal yang paling sering ia lakukan saat waktu genting dan ia begitu menyukai tantangan ini.Mobil yang Edward kemudikan menembus semak-semak namun masih mampu berjalan, mobil sport itu melesat hilang dalam hutan yang sudah jauh dengan kota dan tenggelam dalam kegelapan malam. Polisi menyerah jika harus mencari dalam hutan karena tempat dan waktu tidak memungkinkan.Tak lama berita tentang mereka pun tersebar ke media membuat Carlos mendengus kesal."Tolol." Carlos mengumpat lalu mengambil ponselnya kemudian menelpon Edward."Kau masih hidup?" tanya Carlos sesaat setelah panggilan terhubung."Masih. Ini sial, aku ...." "Berhenti mengatakan omong kosong, sering kali kau -- kuperingati agar selalu memakai pelindung wajah dan membawa senjata." Carlos terlihat kesal."Maafkan aku. aku dan Barnard akan bermalam di sini. Jangan khawatirkan kami, kami tidak akan tertangkap," ucap Edward.Carlos berdecak lalu mematikan panggilan. Kehilangan mereka tidak begitu takut tapi Carlos lebih takut kehilangan nyawanya saat ini jika sampai Edward dan Barnard tertangkap.Barnard mengambil selimut yang tersedia dalam mobil lalu menutup tubuhnya yang terasa begitu dingin. Sementara Edward menatap heran lalu menarik selimut yang dipakai oleh Bernard. Orang yang sebelumnya begitu asing kini seperti adik dan kakak yang berbagi selimut lalu beristirahat dalam mobil yang berada dalam gelapnya hutan, kemungkinan di makan oleh binatang buas pun tidak dapat dipungkiri namun Edward tetap menyalakan mesin mobil untuk sekedar jaga-jaga jika ada bahaya...Pagi menembus jendela mobil mereka di iringi suara gedoran kaca mobil begitu kuat."Hey ... setelah berbuat onar kalian masih nyenyak tidur?" Carlos menatap mereka dengan raut wajah kesal.Pagi-pagi sekali Carlos datang ke sini begitu cepat bersama George hanya untuk memastikan bahwa tak akan ada polisi yang akan datang kehutan untuk mencari mereka."Bos. Maafkan kami," ujar Edward setelah membuka kaca mobil.Tak ada mobil evakuasi di hutan ini untuk mengevakuasi mobil mereka, George juga begitu kesal pada Edward dan Barnard. Mengambil alih mobil lalu menerobos hutan untuk mengeluarkan ke jalanan beraspal lagi setelah George menggantikan plat mobil.Sementara Carlos berdecak kesal lalu memerintahkan Edward menyetir agar mereka segera keluar dari hutan. Samar terdengar sirine polisi membuat Edward panik hingga ia melajukan mobil dengan cepat.Tak lama mobil mereka berhasil keluar dari hutan, Edward mengelus dadanya setelah ia merasa mereka aman dari polisi.Tujuan mereka saat ini adalah gedung tempat persembunyian mereka sekaligus bisnis yang mereka janjikan keuntungan ratusan juta namun itu hanya iming-iming semata.Carlos menarik banyak orang agar mengikuti bisnis yang ia jalani, bisnis yang menjanjikan namun berakhir dengan kerugian. Tak ada yang berani menuntut Carlos karena jika ada yang berani maka setelah seminggu kemudian menuntut Carlos, mereka tinggal nama.Tak lama mobil menepi di depan gedung mewah milik mereka, Carlos memerintahkan Edward dan Barnard masuk terlebih dahulu sementara ia menerima panggilan dari seseorang."Latih dia lagi!" perintah Carlos sambil melirik sekilas ke arah Barnard dan Edward."Ayo!"Barnard berjalan di belakang Edward sambil merekam apa yang ada di sekelilingnya saat ini, namun Edward menyadari apa yang Barnard lakukan hingga ia berbalik lalu mendang ponsel Barnard hingga jatuh ke lantai bawah."Di sini tidak boleh mengabadikan momen apa pun." Edward menantap sinis lalu berjalan lagi menuju lantai paling akhir untuk berlatih bersama Barnard.Hari ini Barnard akan ia latih menggunakan senjata, Edward sudah paham sedikit walaupun sesekali Edward masih tidak tepat dalam membidik."Ambil!" Edward melemparkan senjata ke arah Barnard lalu ia memasang kayu penahan dan pengaman agar bidikan tepat sasaran.Usai membenarkan tempat mereka berlatih Edward kembali ke posisi yang telah ia atur jaraknya, Barnard berdiri di samping depan Edward.Edward melesatkan peluru ke depan setelah membidiknya dan tepat berada di titik tengah dan tidak meleset sedikit pun, hal itu membuat Barnard kagum."Lakukan seperti ini," ucap Edward pada pada Barnard.Merasa canggung meletakkan senjata seperti Edward lakukan membuat Barnard menurunkan senjatanya lagi."Kenapa? Kau ragu?" Edward menendang punggung Barnard membuat Barnard terhuyung dan nyaris terjatuh."Ma - Maaf," kata Barnard lalu meletakkan senjatanya seperti yang Edward lakukan."Jika kau lemah dan enggan maka kau yang akan mati, sekarang hanya ada dua pilihan. membunuh atau dibunuh." Kembali peluru keluar dari senjata yang Edward pegang.Sekilas tatapan dingin Edward membuat Barnard takut, sama seperti kemarin. Edward akan serius jika sedang berlatih dan ia tidak akan segan-segan untuk melakukan pukulan jika lawannya terus saja salah.Edward ingin melihat bagaimana Barnard menembak terlebih dahulu baru ia mengajarkan Barnard dengan sungguh-sungguh.Tanpa pikir panjang Barnard langsung melesakkan peluru ke arah papan namun justru peluru itu tidak tepat sasaran dan mengenai kaleng di samping papan membuat Edward menggelengkan kepalanya."Kau." Saat ini Edward mengepalkan tangannya dan ingin meninju Barnard namun sebelum Edward berada di sampingnya Barnard sudah menendang tangan Edward hingga Edward tersenyum kecil."Kau sudah mulai berani. Aku suka ini," ucap Edward lalu tersenyum sinis.Jujur saja, Edward suka dengan anak didik yang bisa melawannya, tidak mudah di hina. Jika kepribadian Barnard keras maka ia akan cepat pandai dalam berlatih."Pertama, kau harus bisa menahan napas saat membidik dan saat peluru itu lepas nanti. Kedua, pisir dan pajera harus sejajar hingga membentuk bidikan lalu lesatkan pada gambar bidik. Ingat pisir dan pajera harus benar-benar lurus jika kau ingin mendapatkan hasil seperti yang aku lesatkan tadi. Apa kau paham? " jelas Edward setelah menunjuk ke arah papan gambar bidik.Tak ada respon dari Barnard, entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Entah itu rasa bahagia atau rasa menyesal telah bergabung dengan kelompok penipu seperti mereka. Jika memikirkan dendamnya kepada Jack maka dapat dipastikan saat ini Barnard begitu bahagia.Sekitar satu jam sudah Edward dan Barnard berlatih namun Barnard belum mau berhenti karena ia merasa, belum bisa menembak tepat sasaran seperti Edward. "Aku lelah. Ayo kita cari makanan,"ujar Edward namun Barnard tidak perduli, ia masih fokus menembak pada sasarannya. Edward pernah di posisi Barnard, layaknya candu dan tidak ingin di ganggu sama sekali hingga, Edward memutuskan meninggalkan Barnard sendiri. Namun, saat membuka pintu seseorang terlebih dahulu membuka pintu dari luar, melihat Barnard berlatih begitu semangat, hingga ia merasa begitu kagum namun kekagumannya berubah saat Barnard mengarahkan senjata ke arahnya, dan secepatnya Barnard melesatkan peluru. Namun, beruntung seseorang yang tidak lain adalah Carlos menghindar dengan cepat. "Kau ingin membunuhku?" tanya Carlos dengan tatapan tajamnya. Jika ingin main-main Carlos lebih ingin main-main saat ini. Sudah lama Carlos tidak bersenang-senang, biasanya Carlos selalu melatih nyali anggota baru yang ada dalam kelompok
Kaki kiri Carlos terluka, ia merasa tubuhnya bergetar hebat saat ini, sel darah Carlos seakan berhenti berjalan mengikuti nadinya. Nyatanya musuh Carlos saat ini bermain licik, mereka memasukkan racun kedalam peluru hingga melumpuhkan lawan dengan seketika di mana pun lawan terkena. "Ambilkan aku itu!" Carlos menunjuk ke arah botol berwarna biru di sudut lemari. Tidak menunggu lagi, Barnard langsung merangkak meraih botol namun tembakan dari luar menghalangi Barnard meraih botol, peluru mengenai botol kaca berwarna biru itu hingga botol pecah seketika saat terjatuh ke lantai. "Argh ... bangsat!" Umpat Carlos lalu merangkak mendekati Barnard sambil memegang kakinya yang terasa sakit. Cairan yang ada di lantai secepatnya Carlos raih lalu ia balurkan pada lukanya, setidaknya walaupun sedikit mampu menghentikan sel racun yang akan menyebar ke dalam tubuhnya. Barnard begitu syok dengan keadaan yang ia alami saat ini. "Aku sekarang tak lebih dari pemberontak dan bajingan," lirih Barnar
"Apa terjadi hal besar setelah peluru mengenaiku?" tanya Carlos lalu menatap sekeliling yang tampak remang-remang di matanya. "Kenapa semuanya terlihat kusam dan buram," lanjut Carlos lalu menatap ke arah kursi di sampingnya. "Itu karena racun menyebar ke seluruh sel tubuhmu, tak terkecuali matamu," jelas Edward membuat Carlos berdecak kesal. Kesabaran Carlos benar-benar habis, nyatanya orang yang ia rampok tahun lalu kini mencari celah untuk membunuhnya dengan cara berkomplot. "Apa dia Alice? lalu di mana George?" tanya Carlos lagi. " Ya itu Alice. George berada di kota Nakhaba, dia bersama dengan yang lainnya terluka dan sedang dalam penanganan, kami sempat bertarung namun kami beruntung tidak terkena peluru," jelas Edward setelah melirik sekilas ke arah Alice yang masih pingsan."Apa yang dia lakukan di sini?" Seketika wajah Carlos berubah masam. Kehadiran Alice membuat pikirannya kembali kacau, jika Alice masih bersama mereka maka kelompok yang Carlos pimpin akan lemah karen
"Cepat selidiki kelompok SUGOI, mereka baru saja melakukan aksinya," ucap seorang polisi sambil mengetuk-ngetuk meja. Polisi selalu menyelidiki peluru yang dipakai oleh kelompok SUGOI yang di pimpin oleh Carlos namun polisi sendiri heran karena peluru yang mereka gunakan selama ini selalu berbeda-beda. "Jika kita menemukan tempat persembunyian mereka, maka akan kupastikan mereka akan membusuk di penjara," lanjut Emir. Laki-laki bernama Emir ini adalah sahabat dekat Carlos dulunya namun ia memiliki konflik yang tidak diketahui oleh orang lain yang membuat Emir begitu benci pada Carlos. "Alamat mereka tidak bisa dilacak. Mereka terlalu tertutup dan ada orang dari kalangan polisi juga yang melindungi mereka," jelas teman Emir. Padahal tak ada polisi yang melindungi kelompok SUGOI, mereka saja yang terlalu kuat dan sulit untuk ditaklukkan."Kalau begitu aku akan menyelidiki kasus ini sendiri dan akan memenjarakan mereka." Emir terlihat begitu kesal, karena ulah Carlos semakin banyak
Dua hari berlalu setelah kematian pencuri handal di kota Lausan, kota masih saja ricuh dan gaduh. Masih terjadi pencurian besar-besaran di toko perhiasan emas. Kota yang tak pernah ada damainya saking banyaknya penjudi di kota-kota besar dan pembunuhan tanpa aturan. Kini di rumah yang baru saja anggota SUGOI tempati merasa tak ada lagi perintah seperti biasanya, mereka lebih banyak diam dan menunggu keadaan tenang. "Aku harus menghilangkan bukti," gumam Barnard sambil mengambil sarung tangan yang sempat ia simpan di laci kamarnya. Barnard tergesa keluar kamar namun George menangkap gerakan Barnard yang berjalan tergesa-gesa. "Mau apa dia?" George mengikuti langkah Barnard ke halaman belakang. Sesampainya George di halaman belakang George terkejut saat melihat api telah menyala dan berkobar. "Kau merahasiakan sesuatu." George menuding seraya berjalan mendekati Barnard. Seketika Barnard menoleh dan terlihat jelas wajah Barnard gugup, wajah yang tadinya penuh kemenangan kini tamp
Saat penembakan beberapa hari lalu karena kelicikan Barnard, kini Carlos lebih berhati-hati dalam menghadapi Barnard."Apa dia sudah sadar?" Carlos menatap dingin tubuh Barnard yang terbaring lemah tidak berdaya. "Belum, Bos." George mendekati Barnard lalu memegang nadi Barnard. "Dia tidak mati kan?" "Tidak, Bos." Barnard berlahan membuka matanya, semua terlihat samar di mata Barnard terlebih ia saat ini tidak bisa melihat warna dengan jelas, di mata Barnard hanya terlihat warna putih, hitam dan abu-abu. "Kau sudah bangun, kebetulan sekali." Carlos berlahan mendekati Barnard lalu mengusap kepala Barnard. "Anda siapa? Saya di mana?" Barnard menyentuh kepalanya yang terasa sangat panas dan sakit. Obat dan alat ternyata bekerja dengan bagus, Barnard kehilangan ingatannya, bahkan ingatan masa lalunya. "Kamu bekerja dengan saya. Kamu adalah agen rahasia dalam kelompok SUGOI. Tugasmu adalah ...." Carlos membantu Barnard bangkit dari tidurnya. Setelah beberapa hari terbaring kini Ba
Tubuh Barnard banyak luka bekas ranting pohon dan duri, Barnard mencabut beberapa duri yang masih tertancap di tubuhnya, luka ini tak seberapa di bandingkan alat yang pernah terpasang di kepalanya. "Ini sakit tapi lebih sakit jika alat itu. George ... argh ...." Barnard kembali berlari setelah mendengar suara bising, Carlos dan George namun Edward yang seolah sengaja berteriak gar Barnard menjauh. "Kau ... ini tempat latihan kami, apa kau ingin mati?" tanya seorang laki-laki seusianya. Tidak dapat di pungkiri kini Barnard merasa takut pada laki-laki bertubuh tinggi yang terlihat menyeramkan."Tidak. Seseorang mendekat ke sini, mereka ingin membunuhku," jelas Barnard. Barnard saat ini berpura-pura polos.Pemuda yang sedang memegang senjata langsung membidik ke arah yang di tunjukkan oleh Barnard, benar adanya orang yang berjalan sibuk mengarahkan senjatanya ke segala arah. Kesempatan dalam kesempitan, kali ini Tuhan berpihak pada Barnard. Dor .... Dor ....Dor ....Tiga tembakan
Tubuh Barnard menggigil menahan guyuran air es yang di siramkan ke tubuhnya, mata Barnard berlahan terpejam air es seakan membekukan jantungnya saat ini. Ini awal tes pertamanya dalam pengujian penjagaan untuk bos judi, besok Barnard akan menemani Bos barunya keluar negeri yang tak lain adalah negeri ginseng. Di sana saat ini sedang musim salju jadi Barnard harus bertahan menjaga Bosnya dalam cuaca ekstrim. Sekitar lima belas menit Barnard tidak pingsan dan ia langsung di berikan penghangatan lagi, karena ujiannya telah selesai. "Kau lolos. Besok temani saya," ujar Bos judi sambil tersenyum sinis ke arah Barnard. Tatapan mata Barnard yang penuh dengan kebencian berlahan memudar saat seseorang menghampirinya lalu memberikan pakaian. "Kau butuh kehangatan lebih?" tanya seorang wanita berpakaian seksi dan berparas cantik. "Tidak." Barnard keluar dari ruangan dengan rasa kaku dan tubuhnya yang masih menggigil.* Malam menjelang, Barnard menyentuh perutnya yang terasa lapar, sejak k
Malam dengan gemerlap lampu diskotik menerangi ruang penuh dengan suara musik dan tawa, terdengar samar seseorang sedang berbisik di ujung bar sambil melirik ke arah seorang pria yang duduk sendiri. "Bawa minuman ini padanya!" Seorang laki-laki berpakaian jas rapi menyuruh seorang pelayan mengantarkan minuman padanya. Barnard duduk sambil menatap gelas yang berisi anggur di tangannya, pikirannya tak luput pada wanita yang kini menjadi sekretarisnya, Barnard menaruh kecurigaan kalau wanita itu menginginkan sesuatu yang lebih darinya. "Tuan, mau anggur dengan rasa khas yang agak klasik namun menarik untuk rasa yang lebih baru," ucap salah seorang pelayanan bar yang sebelumnya adalah suruhan laki-laki misterius itu. Suara pelayan itu cukup membuat Barnard terkejut namun ia masih bisa mengontrol emosinya. Barnard menegak dengan cepat minuman yang baru saja diberikan oleh pelayan namun minuman itu justru membuatnya begitu cepat pusing dan rasa ingin muntah. "Oh, Tuhan! Aku sepert
"Caline, apa kau yakin bisa membuatnya tunduk padamu?" tanya Carlos sesaat mereka tiba di rumah. Berlian yang baru saja mereka curi segera mereka simpan di salah satu tempat yang begitu rahasia. Carlos tidak begitu yakin dengan rencana yang di susun oleh Caline. "Aku yakin, aku tahu siapa Barnard, satu langkah lagi ...." Bragh .... Suara pintu di dobrak begitu memekakkan telinga, terlihat seseorang berdiri sambil menodongkan pistol ke arah mereka berdua, senyum penuh kemenangan terlihat jelas di wajah itu walaupun terlihat sedikit ada dendam. "George!""Kau terkejut?" George terkekeh lalu mendekati mereka berdua. "Harusnya kau bekerja dan mengandalkan aku, bukan wanita jalang ini. Wanita bisa saja berkhianat bukan?" George terlihat begitu kesal pada Carlos namun Caline hanya diam saja. "Bukan begitu, Caline akan membuat Barnard jatuh lagi. Caline mampu menguras semua harta yang Barnard miliki dan kita akan kaya raya," terang Carlos namun George hanya diam saja. Rasa dendamnya
Setelah satu tahun berlalu dari hadapan Jack dan Starla kini Barnard kembali muncul dengan gaya baru. Ia begitu muak dalam gangguan Jack dan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman, maka sementara ia menghindari mereka karena ingin hidup tenang. Di negara ini tak cukup membuat Barnard senang, ia masih memikirkan apa yang seharusnya ia dapatkan, kini bersama dua orang pengawal yang telah menemaninya hampir dua tahun Barnard ingin membalas dendam pada Jack. "Ternyata kau lagi," ucap Jack yang sedang merapikan jasnya.Bagaimana bisa Jack lupa dengan kerja sama yang mengatasnamakan nama samaran lagi, ini kali ke dua Jack tertipu oleh Barnard, Barnard menggunakan nama pengawalnya untuk kerjasama dengan Jack, tak lain tujuannya untuk merebut perusahaan Jack lagi. "Ada masalah kah, Tuan? Bisnis tetaplah bisnis sedangkan aku akan tetap menjadi musuhmu bukan?" Barnard terlihat santai menanggapi perkataan Jack. Tampilan dan gaya Barnard saat ini sungguh bukan lagi dirinya yang dulu, pakaia
Dor.... Dor.... Brandal yang sebelumnya telah di bayar oleh nyonya besar yang memiliki banyak uang dalam jumlah besar kini telah mendatangi rumah Barnard dan mereka mencari keributan dengan Barnard. "Banjingan kau, Jack!" umpat Barnard lalu bangkit dari duduknya. Cukup lama ia tidak menyelesaikan laporan keuangan di kantornya, kini pekerjaannya menumpuk tapi pengacau datang dan merusak konsetrasi yang ada. Sebelumnya Barnard berpikir kalau yang datang mengacau adalah Jack tapi ia salah, nyatanya ada beberapa berandal yang sedang terbahak di luar rumahnya sementara Jack masih berada di rumah Edgar. "Berani sekali!" Barnard tersenyum sinis lalu berjalan masuk ke dalam ruangan rahasianya dan mengambil sejatanya. "Tuan ... Tuan belum sehat betul, jadi saya mohon jangan seperti ini." Salah satu dari pengawal yang mengikutinya kini berucap sambil meraih senjata yang Barnard simpan juga. "Lalu, apa kalian berdua rela mati demi aku?" Keduanya saling menatap namun Barnard justru menin
"Tak ada wanita yang setia, semuanya pelacur ketika uang yang berbicara," maki Barnard lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia teramat kesal pada Flow saat ini, ia berpikir kalau Flow hanya menginginkan harta dan harta. Tak lama masuk kedua orang yang sebelumnya mengawal Barnard. Meraka terlihat tergesa-gesa dan saling dorong mendorong. "Mau apa lagi!" Barnard memasang wajah kesalnya. "Kami bertugas melindungi Anda, Tuan." Kedua pengawal yang di tugaskan untuk melindungi Barnard sama-sama membungkuk di hadapan Barnard. Laki-laki yang bernama Bobby dan Candra itu terseyum ke arah Barnard seolah mengisyaratkan agar diri mereka tidak di usir sari rumah Barnard. "Baiklah, duduk! Tapi jika kalian berani macam-macam maka kalian berdua yang akan aku habisi dengan tanganku sendiri," pungkas Barnard lalu pergi meninggalkan mereka berdua setelah mengepalkan tangannya, kedua pengawal itu bergidik ngeri tapi mereka harus melakukan ini semua karena perintah. ***Di tempat lain, wanita yang be
"Kau sudah sadar?" Edgar tersenyum sinis menatap Jack yang terbaring lemah di atas ranjang tanpa alas, sementara Starla terikat di kursi besi di sudut kamar. Wanita itu terlalu banyak bicara sejak kemarin hingga membuat Edgar muak. Sebelumnya Starla menolak kalau ayahnya di bawa ke dalam rumah oleh Edgar karena Starla ingin ayahnya mendapatkan perawat yang layak dan hendak membunuh Edgar menggunakan pisau dapur namun Edgar yang licik tidak membiarkan Starla begitu saja lolos dari genggamannya. "Bajingan. Aku menyesal telah percaya padamu!" pekik Starla yang baru saja tersadar dari pingsannya, namun Edgar bersifat masa bodo pada wanita yang sempat ia katakan cinta itu. "Apa? Menyesal? Sudah terlambat, aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku cukup puas atas pelayanan yang kau berikan jadi ...." "Diam!" Jack berteriak lalu memegang tangan Edgar yang berada tidak jauh dari ranjang di mana ia tertidur. Walaupun hanya tangannya yang bisa ia gerakkan namun Jack tidak ingin d
"Kenapa kita ada di sini?" tanya Barnard pada Flow yang datang menjenguk Barnard dalam ruangan pengobatan. "Aku yang membawa kau kemari, itu pun karena mereka," tutur Flow, ia merasa begitu canggung karena ada Carlos yang mendengarkan percakapannya. Di samping Flow ada Carlos yang menatap ke arahnya sembari mencoba membuang angin dalam suntikan. Setiap dia jam sekali Carlos akan mengecek keadaan Barnard. "Mereka." Barnard mencoba mengingat dua orang yang di tunjukkan oleh Flow. Orang-orang itu tak terlihat begitu asing, Barnard yakin pernah melihat mereka tapi ia tidak bisa memastikan di mana. "Maaf, Tuan. Beberapa bulan lalu kami ingin membawa Anda pada seseorang namun Anda memberontak," terang dua orang yang kini berada tidak jauh dari Flow. Pikiran Barnard kembali berputar pada beberapa bulan silam, ia mengingat kembali kejadian yang membuatnya jatuh ke dalam sungai hingga terhanyut ke lautan dan berakhir terdampar di bibir pantai dengan luka sayatan ranting dan gigitan binat
Dua kali tembakan ke arah Jack. Jack segera bersembunyi di balik tembok untuk menghindari tembakan mereka, Jack pun segera mengeluarkan senjatanya yang berada dalam saku jasnya dan segera menembak ke arah dua orang yang mengikuti Barnard sebelumnya, namun saat Jack menoleh ia terkejut karena telah kehilangan jejak sosok pelindung Barnard. Begitu pun dengan Barnard yang sudah tidak ada lagi di lantai, Flow juga ikut menghilang. "Bajingan!" Jack berdecak kesal, ia seakan tidak percaya telah kehilangan dua tawanannya sekaligus. "Di mana kalian?" tanya Jack sesaat setelah panggilan di terima oleh anak buahnya. "Di luar bos, kami melihat Barnard dan wanita itu di bawa oleh orang suruhanmu. Mereka sepertinya melebihi kami hebatnya, kami berdua salut, Bos," jelas anak buah Jack, Jack berdecak kesal, giginya menggertak. Ia tidak menyangka kalau anak buahnya benar-benar bodoh, kedua anak buahnya membiarkan orang asing yang telah membawa Barnard begitu saja tanpa ada pencegahan sedikit pu
"Misi apa lagi?" Barnard menghela napas berat, ia menatap lurus ke depan walaupun lawan bicaranya saat ini berada di sampingnya. Sejujurnya Barnard cukup muak dengan printah dari orang yang menindas dirinya terus menerus. Walaupun telah melakukan apa yang di mau oleh pria yang berada di sampingnya namun pria itu masih bersikeras untuk membuat Barnard hancur. Xiauli tersenyum menatap wajah Barnard yang kini terlihat kesal. "Tidak banyak, aku hanya ingin kau membunuh wakil pejabat negeri, dia terlalu banyak alasan dan menghindar dariku," ucap Xiauli lalu tersenyum. Bukan tanpa alasan, Xiauli ingin membunuh pejabat negara sekaligus temannya itu agar ia dapat bebas dari hukuman yang telah di tetapkan, namun Barnard tidak menyadarinya, Barnard hanya menganggap Xiauli terlalu serakah dengan kedudukan dan tahta. "Bagaimana?" lanjut Xiauli saat melihat Barnard terdiam. Tidak mudah bagi Barnard untuk menerima misi lagi dari Xiauli karena ia akan mendapatkan lebih banyak musuh dan masalah