"Apa terjadi hal besar setelah peluru mengenaiku?" tanya Carlos lalu menatap sekeliling yang tampak remang-remang di matanya.
"Kenapa semuanya terlihat kusam dan buram," lanjut Carlos lalu menatap ke arah kursi di sampingnya."Itu karena racun menyebar ke seluruh sel tubuhmu, tak terkecuali matamu," jelas Edward membuat Carlos berdecak kesal.Kesabaran Carlos benar-benar habis, nyatanya orang yang ia rampok tahun lalu kini mencari celah untuk membunuhnya dengan cara berkomplot."Apa dia Alice? lalu di mana George?" tanya Carlos lagi." Ya itu Alice. George berada di kota Nakhaba, dia bersama dengan yang lainnya terluka dan sedang dalam penanganan, kami sempat bertarung namun kami beruntung tidak terkena peluru," jelas Edward setelah melirik sekilas ke arah Alice yang masih pingsan."Apa yang dia lakukan di sini?" Seketika wajah Carlos berubah masam.Kehadiran Alice membuat pikirannya kembali kacau, jika Alice masih bersama mereka maka kelompok yang Carlos pimpin akan lemah karena Alice begitu mudah terpengaruh dan ikut bersama pemberontak lainnya."Dia mengkhawatirkan kamu," ucap Edward ragu, padahal Alice datang untuk membuat perhitungan dengan Edward dan mengambil Carlos untuk menjadi pesuruhnya karena sekarang Carlos lemah."Bos tenang saja, Alice akan segera pergi setelah dia siuman namun kita harus pergi terlebih dahulu agar kita aman, Bos. Di tempat ini sudah di masuki oleh polisi," jelas Edward.Tampak jelas kekhawatiran di wajah Edward saat ia menyebut polisi, ia khawatir saat ini karena tubuh Carlos masih begitu lemah."Kalau begitu siapkan mobil," ujar Carlos lalu bangkit dari tidurnya, punggungnya yang terasa sakit membuat Carlos sedikit kesulitan untuk bergerak."Apa bos jauh lebih baik sekarang?" tanya Edward sambil membenarkan posisi Carlos.Mata Carlos yang sedikit mengabur tadinya kini berlahan remang-remang dan terlihat jelas hanya saja Carlos saat ini masih sedikit pusing dan mual.Secepat mungkin Edward turun ke lantai bawah dan mengeluarkan mobil yang mereka simpan di lantai bawah tanah, mobil sport seharga ratusan juta tersimpan rapi di sana tanpa bisa di amankan oleh polisi."Barnard, apa kau terluka?" tanya Carlos membuat mata Barnard membola sempurna.Bagaimana bisa seorang bos menghawatirkan dirinya saat ini, Barnard tak mempercayai apa yang diucapkan oleh bosnya saat ini."A-aku baik," jawab Carlos terbata-bata."Bagaimana bisa aku tidak bisa menghindari peluru. Aku nyaris mati," gumam Carlos sambil membenarkan pakaiannya lalu mencabut selang infus di tangannya.Jika bukan karena anggotanya yang baik mungkin Carlos saat ini tidak bisa lagi menghirup udara segar, mungkin saja saat ini Carlos berada di dunia lain atau di kantor polisi.Tak lama Edward kembali menemui Carlos, ia membantu Carlos berdiri setelah mengumpulkan beberapa berkas dan uang. Carlos tersenyum sinis menatap wajah Alice yang akan ia tinggalkan seorang diri di ruangan yang begitu luas namun tak ada orang satu pun setelah mereka pergi dari sini.Bukan Carlos tak tega membunuh Alice tapi Carlos lebih ingin mencari informasi dari Alice, saat mereka meninggalkan Alice di sini dan ia akan berteriak meminta tolong maka akan datang polisi untuk memeriksa, saat polisi telah menangkap Alice di situ akan terbuka semua informasi di mana letak keberadaan komplotan pemberontak lainnya yang bekerja sama dengan Alice.Cukup sederhana, polisi tidak akan menemukan pemberontak namun Carlos punya seribu cara untuk membuat mereka bertekuk lutut di hadapan Carlos dan menyerahkan permata berkilau yang sebelumnya telah mereka curi melalui Alice."Apa dia akan baik-baik saja setelah ini?" tanya Edward setelah mereka tiba di lantai bawah dan menuju halaman belakang gedung.Walaupun halaman belakang tapi jalan begitu rapi dan dapat menuju ke jalan raya."Dia akan baik-baik saja," gumam Carlos.Mereka bertiga masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobil menuju rumah baru mereka, nasib sial benar-benar menimpa mereka saat ini. Carlos sendiri tak menyangka kalau pemberontak kembali datang untuk merebut kekayaan yang telah Carlos ambil padahal permata telah mereka dapatkan dari Alice..Beberapa saat dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di halaman rumah berlantai empat, Carlos selalu menginginkan rumah atau gedung berlantai empat bahkan lebih karena Carlos bisa dengan mudah menghindari serangan dan kepungan dari musuhnya."Apa ini sesuai seleramu, Bos?" tanya Edward.Pandangan ketiganya terus menatap bangunan yang samasekali tidak usang, masih ada tanda-tanda kehidupan di sana, itu tandanya seseorang baru saja pergi dari sini."Apa sebelumnya ada orang yang tinggal di sini?" tanya Carlos khawatir.Tempat mereka tinggal saat ini sedikit sepi dan tertutup, demi kesembuhan Carlos rela menepi dan berdiam diri sejenak untuk menjauh dari polisi."Ya. Aku membayar mereka tiga kali lipat agar mereka mengosongkan rumah tanpa membawa peralatan apapun dari rumah," jelas Edward gugup.Jujur saja saat ini Edward takut kalau Carlos akan marah padanya karena mengambil keputusan dengan ceroboh tanpa bertanya padanya terlebih dahulu, tapi ini keadaan genting, mau tidak mau Carlos harus menerima apa pun konsekwensinya nanti."Kau tidak melupakan dokter kita kan?" Carlos khawatir dengan kondisi tubuhnya saat ini, ia merasakan tubuhnya sangat lemah dan napasnya berbau karena racun yang masih tersisa."Tenang saja, ia akan segera tiba di dini sebentar lagi, dia akan memeriksakan kondisimu, Bos."Sementara Barnard hanya terdiam, ia begitu silau melihat kekayaan Carlos. Sedikit ada rasa ingin menguasai harta yang mereka usahakan tapi Barnard sadar diri saat ini ia bukanlah manusia kuat seperti Carlos."Ayo!" Mereka memasuki rumah mewah berlantai empat, Edward melepaskan pajangan yang tertempel di dinding lalu memasukkan ke dalam gudang sementara Barnard membantu Carlos masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat."Kau tahu, Barnard. Saat seseorang melihat kamu sukses maka semakin ingin orang itu menghancurkan dirimu," ujar Carlos setelah menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan bersandar.Seolah kini Carlos sedang mengatakan kalau Barnard ingin merebut harta dan kekuasaan yang ada pada Carlos."Apa dia bisa membaca pikiranku tadi," gumam Barnard sambil mengalihkan pandangan ke arah lain."Jadi biar kuberitahukan padamu, kami bukan pebisnis tapi penipu dan perampok ... terutama kami begitu tertarik merampok seseorang yang memenangkan judi karena melihat uang banyak begitu menyenangkan." Carlos menatap tubuh Barnard yang menatap ke arah lain.Carlos paham ada rasa kecewa yang mendalam pada diri Barnard karena telah ikut dengan organisasi yang Carlos pimpin saat ini."Kau juga begitu tertarik pada uang, kan?" lanjut Carlos."Ya. Untuk membalaskan dendamku padanya," kata Barnard.Saat ini Barnard ingin menjadi seperti Carlos, memiliki segalanya dan orang-orang bawahannya begitu bergantung padanya. Barnard mengayunkan langkah kakinya lalu meninggalkan Carlos agar ia bisa beristirahat.Barnard mengeluarkan senjata milik Alice yang ia ambil sebelumnya, termasuk peluru milik Alice saat gadis itu pingsan Barnard mengambilnya."Kau mengambil milik Alice?" tanya Edward yang baru saja di ruang tamu."A-aku berniat memberikannya kepadamu." Jelas saat ini Barnard berdusta."Berikan!" Edward secepatnya merampasnya senjata yang ada di tangan Barnard, ia takut jika nanti akan ada banyak masalah dengan senjata milik Alice karena Alice tipe wanita brutal yang suka membunuh orang lain jika sedikit saja menyenggolnya.Barnard menatap tajam Edward, ia juga tidak ingin kena masalah nantinya karena jika dirinya di buang dari kelompok maka polisi akan segera menangkapnya karena wajah-wajah orang dalam kelompok yang dipimpin oleh Carlos sudah menjadi incaran polisi."Cepat selidiki kelompok SUGOI, mereka baru saja melakukan aksinya," ucap seorang polisi sambil mengetuk-ngetuk meja. Polisi selalu menyelidiki peluru yang dipakai oleh kelompok SUGOI yang di pimpin oleh Carlos namun polisi sendiri heran karena peluru yang mereka gunakan selama ini selalu berbeda-beda. "Jika kita menemukan tempat persembunyian mereka, maka akan kupastikan mereka akan membusuk di penjara," lanjut Emir. Laki-laki bernama Emir ini adalah sahabat dekat Carlos dulunya namun ia memiliki konflik yang tidak diketahui oleh orang lain yang membuat Emir begitu benci pada Carlos. "Alamat mereka tidak bisa dilacak. Mereka terlalu tertutup dan ada orang dari kalangan polisi juga yang melindungi mereka," jelas teman Emir. Padahal tak ada polisi yang melindungi kelompok SUGOI, mereka saja yang terlalu kuat dan sulit untuk ditaklukkan."Kalau begitu aku akan menyelidiki kasus ini sendiri dan akan memenjarakan mereka." Emir terlihat begitu kesal, karena ulah Carlos semakin banyak
Dua hari berlalu setelah kematian pencuri handal di kota Lausan, kota masih saja ricuh dan gaduh. Masih terjadi pencurian besar-besaran di toko perhiasan emas. Kota yang tak pernah ada damainya saking banyaknya penjudi di kota-kota besar dan pembunuhan tanpa aturan. Kini di rumah yang baru saja anggota SUGOI tempati merasa tak ada lagi perintah seperti biasanya, mereka lebih banyak diam dan menunggu keadaan tenang. "Aku harus menghilangkan bukti," gumam Barnard sambil mengambil sarung tangan yang sempat ia simpan di laci kamarnya. Barnard tergesa keluar kamar namun George menangkap gerakan Barnard yang berjalan tergesa-gesa. "Mau apa dia?" George mengikuti langkah Barnard ke halaman belakang. Sesampainya George di halaman belakang George terkejut saat melihat api telah menyala dan berkobar. "Kau merahasiakan sesuatu." George menuding seraya berjalan mendekati Barnard. Seketika Barnard menoleh dan terlihat jelas wajah Barnard gugup, wajah yang tadinya penuh kemenangan kini tamp
Saat penembakan beberapa hari lalu karena kelicikan Barnard, kini Carlos lebih berhati-hati dalam menghadapi Barnard."Apa dia sudah sadar?" Carlos menatap dingin tubuh Barnard yang terbaring lemah tidak berdaya. "Belum, Bos." George mendekati Barnard lalu memegang nadi Barnard. "Dia tidak mati kan?" "Tidak, Bos." Barnard berlahan membuka matanya, semua terlihat samar di mata Barnard terlebih ia saat ini tidak bisa melihat warna dengan jelas, di mata Barnard hanya terlihat warna putih, hitam dan abu-abu. "Kau sudah bangun, kebetulan sekali." Carlos berlahan mendekati Barnard lalu mengusap kepala Barnard. "Anda siapa? Saya di mana?" Barnard menyentuh kepalanya yang terasa sangat panas dan sakit. Obat dan alat ternyata bekerja dengan bagus, Barnard kehilangan ingatannya, bahkan ingatan masa lalunya. "Kamu bekerja dengan saya. Kamu adalah agen rahasia dalam kelompok SUGOI. Tugasmu adalah ...." Carlos membantu Barnard bangkit dari tidurnya. Setelah beberapa hari terbaring kini Ba
Tubuh Barnard banyak luka bekas ranting pohon dan duri, Barnard mencabut beberapa duri yang masih tertancap di tubuhnya, luka ini tak seberapa di bandingkan alat yang pernah terpasang di kepalanya. "Ini sakit tapi lebih sakit jika alat itu. George ... argh ...." Barnard kembali berlari setelah mendengar suara bising, Carlos dan George namun Edward yang seolah sengaja berteriak gar Barnard menjauh. "Kau ... ini tempat latihan kami, apa kau ingin mati?" tanya seorang laki-laki seusianya. Tidak dapat di pungkiri kini Barnard merasa takut pada laki-laki bertubuh tinggi yang terlihat menyeramkan."Tidak. Seseorang mendekat ke sini, mereka ingin membunuhku," jelas Barnard. Barnard saat ini berpura-pura polos.Pemuda yang sedang memegang senjata langsung membidik ke arah yang di tunjukkan oleh Barnard, benar adanya orang yang berjalan sibuk mengarahkan senjatanya ke segala arah. Kesempatan dalam kesempitan, kali ini Tuhan berpihak pada Barnard. Dor .... Dor ....Dor ....Tiga tembakan
Tubuh Barnard menggigil menahan guyuran air es yang di siramkan ke tubuhnya, mata Barnard berlahan terpejam air es seakan membekukan jantungnya saat ini. Ini awal tes pertamanya dalam pengujian penjagaan untuk bos judi, besok Barnard akan menemani Bos barunya keluar negeri yang tak lain adalah negeri ginseng. Di sana saat ini sedang musim salju jadi Barnard harus bertahan menjaga Bosnya dalam cuaca ekstrim. Sekitar lima belas menit Barnard tidak pingsan dan ia langsung di berikan penghangatan lagi, karena ujiannya telah selesai. "Kau lolos. Besok temani saya," ujar Bos judi sambil tersenyum sinis ke arah Barnard. Tatapan mata Barnard yang penuh dengan kebencian berlahan memudar saat seseorang menghampirinya lalu memberikan pakaian. "Kau butuh kehangatan lebih?" tanya seorang wanita berpakaian seksi dan berparas cantik. "Tidak." Barnard keluar dari ruangan dengan rasa kaku dan tubuhnya yang masih menggigil.* Malam menjelang, Barnard menyentuh perutnya yang terasa lapar, sejak k
Barnard tersenyum saat menatap foto kekasihnya sedang bersama dengan seorang laki-laki yang sedang memakaikan cincin pada jari lentiknya. Putri dari seorang laki-laki terkaya di negara di mana Barnard lahir telah memiliki pasangan hidup, berita pertunangan kekasih Barnard itu di siarkan di media sosial. Pesta yang megah semegah kekayaan Jack Marker.Sepanjang perjalanan Barnard terdiam, sampai tiba di kota yang begitu dingin. Barnard meraih jaket yang begitu tebal lalu menutup tubuhnya. Mobil berwarna hitam milik bosnya menepi di rumah sederhana berdinding kayu dan beralas kayu namun terkesan elegan dan menawan."Silakan masuk!" Seseorang dengan wajah penuh bekas luka menyuruh lawan mainnya masuk namun Barnard tetap berada di luar. Tak lama terdengar suara letusan senjata api membuat Barnard terperanjat dan segera masuk ke dalam rumah itu. Mata Barnard membola saat bosnya telah menembak lawannya tanpa ada seorangpun yang mengawal lawannya di tempat kejadian. Bos baru Barnard yan
Malam penuh kenikmatan bersama wanita telah ia lalui, Barnard mengusap senjata yang baru saja ia ambil dari dalam laci, ia telah membersihkan dirinya namun wanita cantik yang bernama Flow masih terbaring di ranjang. "Bangun!" Barnard menggoyangkan tubuh Flow agar wanita itu terbangun namun wanita itu hanya bergumam tanpa membuka matanya. Barnard melempar beberapa uang di atas kasur beserta kartu nama dan alamat Nang Bey walaupun ia tahu jika wanita itu ke rumah Nang Bey maka wanita itu akan mendapatkan perlakuan yang sama. Barnard memilih keluar dari hotel, ia menerima panggilan dari Nang Bey kalau hari ini ia akan datang bertamu ke rumah saudaranya tapi hanya berdua saja dengan Barnard. Barnard sangat setuju karena ia mendapatkan bayaran yang cukup besar. 1000 dolar masuk ke dalam rekeningnya, itu membuat Barnard tersenyum puas. Barnard yakin kalau ia akan mendapatkan lebih banyak dari ini jika ia bisa menyenangkan hati Nang Bey setiap harinya dan melakukan pekerjaan sesuai perin
Bugh .... " Sialan! Kau tahu ini adalah pembunuhan yang paling bodoh ... argh ...." Nang Bey kembali menendang kepala Barnard. "Bangsat!" teriak Barnard lalu bangkit dari duduknya. Kesal, itu yang Barnard rasakan saat ini.Bahu Barnard di cekal oleh dia orang berbadan tegap dan gagah, dua laki-laki itu memperkuat cengkraman tangannya saat melihat Barnard ingin memberontak. "Sialan!" Napas Barnard terengah-engah, kedua tangan kekar yang mencengkram erat bahu Barnard memaksa Barnard untuk kembali berlutut di hadapan Nang Bey. Orang-orang kuat di sisi Nang Bey membuatnya kalah terlebih Barnard saat ini tidak menegang senjata."Kau membunuh Hiang tapi membiarkan anaknya hidup, apa kau ingin mati, Barnard!" bentak Nang Bey lagi saat melihat Barnard begitu berani menatap matanya. "Lihat ini!" Nang Bey melempar jas yang Barnard pakai sebelumnya. Terlihat jelas di sana ada satu alat pelacak di pakaian Barnard, jadi anak kandung Hiang saat ini sudah tahu kalau Barnard telah membunuh Hian
Malam dengan gemerlap lampu diskotik menerangi ruang penuh dengan suara musik dan tawa, terdengar samar seseorang sedang berbisik di ujung bar sambil melirik ke arah seorang pria yang duduk sendiri. "Bawa minuman ini padanya!" Seorang laki-laki berpakaian jas rapi menyuruh seorang pelayan mengantarkan minuman padanya. Barnard duduk sambil menatap gelas yang berisi anggur di tangannya, pikirannya tak luput pada wanita yang kini menjadi sekretarisnya, Barnard menaruh kecurigaan kalau wanita itu menginginkan sesuatu yang lebih darinya. "Tuan, mau anggur dengan rasa khas yang agak klasik namun menarik untuk rasa yang lebih baru," ucap salah seorang pelayanan bar yang sebelumnya adalah suruhan laki-laki misterius itu. Suara pelayan itu cukup membuat Barnard terkejut namun ia masih bisa mengontrol emosinya. Barnard menegak dengan cepat minuman yang baru saja diberikan oleh pelayan namun minuman itu justru membuatnya begitu cepat pusing dan rasa ingin muntah. "Oh, Tuhan! Aku sepert
"Caline, apa kau yakin bisa membuatnya tunduk padamu?" tanya Carlos sesaat mereka tiba di rumah. Berlian yang baru saja mereka curi segera mereka simpan di salah satu tempat yang begitu rahasia. Carlos tidak begitu yakin dengan rencana yang di susun oleh Caline. "Aku yakin, aku tahu siapa Barnard, satu langkah lagi ...." Bragh .... Suara pintu di dobrak begitu memekakkan telinga, terlihat seseorang berdiri sambil menodongkan pistol ke arah mereka berdua, senyum penuh kemenangan terlihat jelas di wajah itu walaupun terlihat sedikit ada dendam. "George!""Kau terkejut?" George terkekeh lalu mendekati mereka berdua. "Harusnya kau bekerja dan mengandalkan aku, bukan wanita jalang ini. Wanita bisa saja berkhianat bukan?" George terlihat begitu kesal pada Carlos namun Caline hanya diam saja. "Bukan begitu, Caline akan membuat Barnard jatuh lagi. Caline mampu menguras semua harta yang Barnard miliki dan kita akan kaya raya," terang Carlos namun George hanya diam saja. Rasa dendamnya
Setelah satu tahun berlalu dari hadapan Jack dan Starla kini Barnard kembali muncul dengan gaya baru. Ia begitu muak dalam gangguan Jack dan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman, maka sementara ia menghindari mereka karena ingin hidup tenang. Di negara ini tak cukup membuat Barnard senang, ia masih memikirkan apa yang seharusnya ia dapatkan, kini bersama dua orang pengawal yang telah menemaninya hampir dua tahun Barnard ingin membalas dendam pada Jack. "Ternyata kau lagi," ucap Jack yang sedang merapikan jasnya.Bagaimana bisa Jack lupa dengan kerja sama yang mengatasnamakan nama samaran lagi, ini kali ke dua Jack tertipu oleh Barnard, Barnard menggunakan nama pengawalnya untuk kerjasama dengan Jack, tak lain tujuannya untuk merebut perusahaan Jack lagi. "Ada masalah kah, Tuan? Bisnis tetaplah bisnis sedangkan aku akan tetap menjadi musuhmu bukan?" Barnard terlihat santai menanggapi perkataan Jack. Tampilan dan gaya Barnard saat ini sungguh bukan lagi dirinya yang dulu, pakaia
Dor.... Dor.... Brandal yang sebelumnya telah di bayar oleh nyonya besar yang memiliki banyak uang dalam jumlah besar kini telah mendatangi rumah Barnard dan mereka mencari keributan dengan Barnard. "Banjingan kau, Jack!" umpat Barnard lalu bangkit dari duduknya. Cukup lama ia tidak menyelesaikan laporan keuangan di kantornya, kini pekerjaannya menumpuk tapi pengacau datang dan merusak konsetrasi yang ada. Sebelumnya Barnard berpikir kalau yang datang mengacau adalah Jack tapi ia salah, nyatanya ada beberapa berandal yang sedang terbahak di luar rumahnya sementara Jack masih berada di rumah Edgar. "Berani sekali!" Barnard tersenyum sinis lalu berjalan masuk ke dalam ruangan rahasianya dan mengambil sejatanya. "Tuan ... Tuan belum sehat betul, jadi saya mohon jangan seperti ini." Salah satu dari pengawal yang mengikutinya kini berucap sambil meraih senjata yang Barnard simpan juga. "Lalu, apa kalian berdua rela mati demi aku?" Keduanya saling menatap namun Barnard justru menin
"Tak ada wanita yang setia, semuanya pelacur ketika uang yang berbicara," maki Barnard lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Ia teramat kesal pada Flow saat ini, ia berpikir kalau Flow hanya menginginkan harta dan harta. Tak lama masuk kedua orang yang sebelumnya mengawal Barnard. Meraka terlihat tergesa-gesa dan saling dorong mendorong. "Mau apa lagi!" Barnard memasang wajah kesalnya. "Kami bertugas melindungi Anda, Tuan." Kedua pengawal yang di tugaskan untuk melindungi Barnard sama-sama membungkuk di hadapan Barnard. Laki-laki yang bernama Bobby dan Candra itu terseyum ke arah Barnard seolah mengisyaratkan agar diri mereka tidak di usir sari rumah Barnard. "Baiklah, duduk! Tapi jika kalian berani macam-macam maka kalian berdua yang akan aku habisi dengan tanganku sendiri," pungkas Barnard lalu pergi meninggalkan mereka berdua setelah mengepalkan tangannya, kedua pengawal itu bergidik ngeri tapi mereka harus melakukan ini semua karena perintah. ***Di tempat lain, wanita yang be
"Kau sudah sadar?" Edgar tersenyum sinis menatap Jack yang terbaring lemah di atas ranjang tanpa alas, sementara Starla terikat di kursi besi di sudut kamar. Wanita itu terlalu banyak bicara sejak kemarin hingga membuat Edgar muak. Sebelumnya Starla menolak kalau ayahnya di bawa ke dalam rumah oleh Edgar karena Starla ingin ayahnya mendapatkan perawat yang layak dan hendak membunuh Edgar menggunakan pisau dapur namun Edgar yang licik tidak membiarkan Starla begitu saja lolos dari genggamannya. "Bajingan. Aku menyesal telah percaya padamu!" pekik Starla yang baru saja tersadar dari pingsannya, namun Edgar bersifat masa bodo pada wanita yang sempat ia katakan cinta itu. "Apa? Menyesal? Sudah terlambat, aku ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan. Aku cukup puas atas pelayanan yang kau berikan jadi ...." "Diam!" Jack berteriak lalu memegang tangan Edgar yang berada tidak jauh dari ranjang di mana ia tertidur. Walaupun hanya tangannya yang bisa ia gerakkan namun Jack tidak ingin d
"Kenapa kita ada di sini?" tanya Barnard pada Flow yang datang menjenguk Barnard dalam ruangan pengobatan. "Aku yang membawa kau kemari, itu pun karena mereka," tutur Flow, ia merasa begitu canggung karena ada Carlos yang mendengarkan percakapannya. Di samping Flow ada Carlos yang menatap ke arahnya sembari mencoba membuang angin dalam suntikan. Setiap dia jam sekali Carlos akan mengecek keadaan Barnard. "Mereka." Barnard mencoba mengingat dua orang yang di tunjukkan oleh Flow. Orang-orang itu tak terlihat begitu asing, Barnard yakin pernah melihat mereka tapi ia tidak bisa memastikan di mana. "Maaf, Tuan. Beberapa bulan lalu kami ingin membawa Anda pada seseorang namun Anda memberontak," terang dua orang yang kini berada tidak jauh dari Flow. Pikiran Barnard kembali berputar pada beberapa bulan silam, ia mengingat kembali kejadian yang membuatnya jatuh ke dalam sungai hingga terhanyut ke lautan dan berakhir terdampar di bibir pantai dengan luka sayatan ranting dan gigitan binat
Dua kali tembakan ke arah Jack. Jack segera bersembunyi di balik tembok untuk menghindari tembakan mereka, Jack pun segera mengeluarkan senjatanya yang berada dalam saku jasnya dan segera menembak ke arah dua orang yang mengikuti Barnard sebelumnya, namun saat Jack menoleh ia terkejut karena telah kehilangan jejak sosok pelindung Barnard. Begitu pun dengan Barnard yang sudah tidak ada lagi di lantai, Flow juga ikut menghilang. "Bajingan!" Jack berdecak kesal, ia seakan tidak percaya telah kehilangan dua tawanannya sekaligus. "Di mana kalian?" tanya Jack sesaat setelah panggilan di terima oleh anak buahnya. "Di luar bos, kami melihat Barnard dan wanita itu di bawa oleh orang suruhanmu. Mereka sepertinya melebihi kami hebatnya, kami berdua salut, Bos," jelas anak buah Jack, Jack berdecak kesal, giginya menggertak. Ia tidak menyangka kalau anak buahnya benar-benar bodoh, kedua anak buahnya membiarkan orang asing yang telah membawa Barnard begitu saja tanpa ada pencegahan sedikit pu
"Misi apa lagi?" Barnard menghela napas berat, ia menatap lurus ke depan walaupun lawan bicaranya saat ini berada di sampingnya. Sejujurnya Barnard cukup muak dengan printah dari orang yang menindas dirinya terus menerus. Walaupun telah melakukan apa yang di mau oleh pria yang berada di sampingnya namun pria itu masih bersikeras untuk membuat Barnard hancur. Xiauli tersenyum menatap wajah Barnard yang kini terlihat kesal. "Tidak banyak, aku hanya ingin kau membunuh wakil pejabat negeri, dia terlalu banyak alasan dan menghindar dariku," ucap Xiauli lalu tersenyum. Bukan tanpa alasan, Xiauli ingin membunuh pejabat negara sekaligus temannya itu agar ia dapat bebas dari hukuman yang telah di tetapkan, namun Barnard tidak menyadarinya, Barnard hanya menganggap Xiauli terlalu serakah dengan kedudukan dan tahta. "Bagaimana?" lanjut Xiauli saat melihat Barnard terdiam. Tidak mudah bagi Barnard untuk menerima misi lagi dari Xiauli karena ia akan mendapatkan lebih banyak musuh dan masalah