Beranda / Romansa / Pembantu VS Istri Sah / Majikan yang Seperti Malaikat

Share

Majikan yang Seperti Malaikat

Penulis: Felia_QA
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-16 22:58:30

Lima hari sebelumnya.

"Sekar, selamat ya berkas kamu sudah disetujui oleh pihak keluarga Pak Wijaya. Itu artinya, kamu sudah bisa mulai bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah mereka." Sarah tiba-tiba masuk ke pantry tempat kami berkumpul.

"Ibu serius? Bukannya kemarin ditolak, ya?" tanyaku tak percaya

"Yah, katanya kandidat sebelumnya mengundurkan diri. Sebenarnya kamu itu statusnya cadangan sih, makanya begitu kosong, kamu langsung diterima," jawabnya sambil menuangkan kopi sachet ke mug andalannya.

"Jadi, kapan saya mulai masuk kerja, Bu?"

"Wih yang sudah tidak sabar bekerja di rumah konglomerat," ledek Sarah. "Sabar ya, katanya, besok Nyonya besar alias istri dari Pak Wijaya mau bertemu kamu dulu."

"Lho, katanya saya sudah diterima? Bukannya saya juga sudah interview tiga kali ya? Bahkan sama Nyonya, siapa itu nama istrinya? Bu Deana? Itu juga sudah kan?" ujarku memastikan.

"Ih santai kali, Kar. Ini itu bukan wawancara, katanya sih beliau mau memberitahu tugas kamu itu apa saja selama di sana, jadi waktu sudah kerja kamu itu sat set sat set begitu lho."

Sarah merupakan kepala bagian personalia yayasan, tempat penyaluran jasa bagi orang-orang yang membutuhkan asisten rumah tangga dan baby sitter. Makanya aku memanggilnya 'Bu Sarah' agar terkesan formal.

Kalau di luar, dia itu merupakan sahabatku, sebab kami berasal dari daerah yang sama dan juga pernah satu sekolah saat di bangku SMP. Kami bertemu kembali saat aku masuk yayasan ini dan tempat ini adalah milik orang tua Sarah.

"Oh, siapa tahu? Hehe." Aku meneguk kopiku yang sudah dingin.

"Ya sudah, nanti sore aku kabari lagi untuk besok. Pokoknya jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Gajinya lumayan lho, dua kali lipat UMR sekarang! Jangan bikin malu yayasan juga, pokoknya aku percaya sama kamu, Kar."

"Siap, Bu Sarah yang cantik bagai bidadari."

"Gila kamu, Kar. Amalan apa yang kamu lakukan selama ini sampai diterima bekerja pada keluarga Pak Wijaya," celetuk Ranti, salah satu rekanku.

"Tiap malam jumat tidur di pohon sawi," sahutku asal.

"Hah? Yang bener kamu, Kar," tambah Yuni. "Eh, tapi bener sih! Aku juga iri sama kamu, beruntung sekali kamu bisa bekerja di keluarga itu. Aku dengar-dengar juga, asisten lama yang berhenti itu sampai dibelikan rumah lho sama istrinya Pak Wijaya," sambungnya.

"Ck, sudah lah jangan ghibah, dosa! Aku balik duluan ya, persiapan bertemu calon majikan besok," kataku.

Setelah berpamitan pada mereka, aku bergegas pulang mengendarai roda dua butut milik Ayahku. Yah, aku belum punya sepeda motor sendiri. Belum mampu beli.

Di usiaku yang sudah 29 tahun ini, sebenarnya aku malu pada orang tuaku, sebab belum bisa membahagiakan mereka dan malah justru jadi beban keluarga. Tetangga? Ah, jangan ditanya. Setiap hari kupingku panas kalau sudah di rumah. Kenapa? Sudah pasti karena aku selalu jadi bahan gunjingan mereka.

Maka dari itu, aku pergi merantau ke kota tetangga guna mencari pekerjaan yang lebih layak dan tentu saja untuk menghindari mulut pedas bak seblak level setan yang terus-terusan ada di sekelilingku.

"Baru pulang, Neng?" sapa Bu Rini, Ibu kostan tempat aku tinggal.

Aku memarkir kendaraan di halaman kost yang memang khusus dibuat untuk parkir kendaraan milik penghuni tempat ini. "Iya, Bu. Mari, saya masuk dulu," jawabku berusaha ramah dengan senyuman.

"Eh tunggu, Neng, tadi ada kang paket yang cari. Sebentar, ya." Bu Rini masuk ke rumahnya kemudian kembali dengan sebuah box cukup besar di tangannya.

Sebenarnya, aku tidak ingat pernah pesan atau beli barang daring.  Ya sudahlah aku terima saja dulu, malas kalau harus berlama-lama di sini. Masalahnya, Bu Rini ini suka sekali bercerita, capek juga kalau disuruh mendengar cerita random dari dia.

"Oh, iya, Bu. Terima kasih ya, bayar berapa ini, Bu?"

"Katanya sudah dibayar kok, Neng." 

"Begitu ya? Kalau gitu saya permisi ya, Bu. Mari," ucapku sambil mengangguk pelan.

Sampai di kamar kost tercintaku yang hanya berukuran 3X4, aku penasaran apa isi box itu. Tertulis di sana kalau paket itu dikirim memang untukku, lalu setelah melihat nama pengirimnya aku lumayan terkejut.

"Dari Deana Daviena? Bukannya ini? Wah, belum apa-apa aku sudah dapat hadiah, kira-kira apa isinya ya?" Bibirku merekah saat tahu yang mengirimkan paket ini adalah calon majikanku.

Dengan hati-hati aku membuka selotip demi selotip yang terpasang rapi di sana, takut rusak, lagipula kan lumayan kardusnya bisa dijadikan tempat untuk menyimpan make up milikku yang tidak seberapa itu.

"Wah, cantiknya. Bu Deana pintar sekali memilih, benar-benar sesuai seleraku. Pasti harganya mahal." Aku kaget setengah mati saat melihat isinya yang ternyata adalah satu stel pakaian, lengkap dengan sepatu dan juga tas.

"Gila! Apa benar ini buatku? Aku pikir isinya daftar pekerjaanku selama di sana. Wah! Yuni benar kalau aku ini sangat beruntung bisa bekerja di sana."

Setelah cukup terpesona dengan blouse berwarna putih itu, aku dibuat kaget lagi, karena ternyata isinya bukan hanya ini saja. Di bawah tumpukan baju yang terlipat rapi, ada satu box skincare dengan merk 'Dean's Beauty'.

"Astaga, sepertinya dia ini malaikat berwujud manusia. Kebetulan sekali, sudah dua bulan aku tidak merawat wajah karena semuanya sudah habis tak bersisa. Eh, sepertinya ini surat?" Aku mengambil sepucuk surat yang terselip di sela-sela kotak itu lalu membukanya.

Dear, Sekar

Selamat datang di keluarga Wijaya, sampai jumpa besok jam 10 a.m di cafe Xxword.

P.s jangan lupa pakai hadiahnya ya ♡

Fix. Aku rela bekerja disana seumur hidupku.

***

Besoknya, aku sudah siap dengan penampilanku yang tampak berbeda dari biasanya. Tak lupa ku lingkarkan jam tangan hadiah dari Sarah, ketika aku menjadi pegawai paling teladan tahun lalu.

"Pokoknya hari ini jangan ada kesalahan, jangan membuat Bu Deana ilfil, jangan bicara sembarang, jangan makan banyak, jangan tertawa terlalu keras, jangan-"

"Oy, Kar! Kamu di dalam? Pinjam catokan dong, Kar, ooo, Sekar!"

Astaga, bikin kaget saja. Kebiasaan Nilam setiap pagi selalu saja pinjam catokan rambut. Ck, padahal gajinya sebagai sekretaris lebih besar dariku yang cuma ART, kenapa sih dia tidak beli sendiri saja? Menyusahkan sekali.

"Ya, sebentar!" sahutku dari dalam.

Setelah menemukan apa yang kucari, aku membuka pintu kamarku. "Nih, bawa saja sana tidak usah dikembalikan, besok juga kamu pinjam lagi 'kan?" kataku sedikit kesal.

"Hehehe, jangan begitu dong. Insentif belum cair nih, nanti aku beli deh kalau sudah masuk rekening ya, ya, ya?" bujuknya.

"Hmm, terserah!" jawabku malas.

"Eh sebentar, kamu mau kemana, Kar? Tumben rapi, waw baju baru ya? Eh, ini dapat dari mana? Astaga, Sekar! Jangan bilang sekarang kamu jadi simpanan sugar daddy, ya?" Nilam terkejut melihat aku menenteng tas yang ku tahu pasti harganya tidak murah.

"Hust!? Ngomong apa sih? Jangan ngawur! Aku itu mau kerja! Hari ini mau ketemu bos, ini semua hadiah dari dia, bosnya cewek, sudah jelas?" 

Nilam ini memang mulutnya licin seperti minyak goreng, tapi aku sudah terbiasa dengannya. Biarpun begitu, dia wanita yang royal sekali denganku. Setiap dapat bonus dari atasannya, tak lupa dia selalu mengajakku untuk makan enak di luar. Makanya aku tidak bisa marah padanya. Murahan sekali sih aku ini, disogok mie ayam grobakan saja aku luluh.

"Oh begitu, enak sekali sih, Kar. Eh, ngomong-ngomong naik apa kamu perginya? Mau aku antar?"

"Tidak usahlah kan aku ada motor."

"Gak salah kamu? Dandanan sudah modis begini mau naik motor butut itu?"

Ck, lagi-lagi mulutnya setajam silet, tapi ada benarnya juga sih perkataan Nilam. Yang ada Bu Deana ilfil lagi melihat motor jadul itu. Sepertinya aku harus mengiyakan ajakan Nilam, lumayan kan bisa hemat ongkos bensin.

"Ya sudah deh, tapi jangan lama-lama ya nyatoknya, telat nanti aku."

"Beres, 5 menit lagi aku kesini oke."

Akhirnya aku jadi pergi diantar Nilam menggunakan mobil kantornya. Beruntung sekali Nilam bisa kerja di perusahaan besar, sampai dapat fasilitas mobil segala. Yah, aku juga harus bersyukur kan karena sebentar lagi hidupku akan terjamin kedepannya.

"Eh, berhenti di sini saja, Lam," ucapku pada Nilam yang menyetir

"Yakin tidak sampai depan sana? Tanggung lho ini?" tanyanya.

"Tidak usahlah, aku takut bosku berpikir macam-macam kalau dia melihat aku naik mobil."

"Ada-ada saja sih, ya sudah kalau begitu hati-hati ya. Semoga sukses di tempat kerja yang baru. Semangat, Kar!" Senyum tulus terpancar dari wajah manis Nilam.

"Terima kasih ya, kamu juga hati-hati di jalan, dah." Aku menutup pintu mobil Nilam lalu beralih ke tepi jalan.

Sambil mengatur napas, aku memeriksa kembali penampilanku sekarang. Jujur, aku deg-degan seperti ingin kencan dengan pacar. Ah bicara apa sih? Aku bahkan lupa bagaimana rasanya kencan.

Aku melangkah menuju cafe yang bernuansa monokrom tepat di seberang jalan. Di halaman parkir tidak ada mobil, hanya ada satu buah sepeda motor matic. Apa Bu Deana belum datang?

Bab terkait

  • Pembantu VS Istri Sah    Kejutan yang Tak Terduga

    Benar, tempat ini masih sepi, hanya ada satu orang pegawai di balik meja kasir dan satu orang barista muda nan tampan. Tidak ada satupun customer selain aku, hingga ku rasakan ponselku berdering tanda notifikasi pesan. Rupanya dari Sarah yang mengingatkan aku, sepertinya dia khawatir kalau aku lupa ada janji temu hari ini. Memang sih, sifat pelupa ku ini cukup kadang mengganggu."Selamat pagi, Sekar." Suara manis dan lembut terdengar menyapaku.Reflek aku berbalik dari posisiku sekarang. "Siapa? Eh, astaga, Bu Deana, maaf, saya-" Astaga aku kaget sekali sampai tidak bisa berkata-kata."Ayo, sebelah sini," ajaknya.Sumpah, majikanku ini benar-benar definisi bidadari tak bersayap. Dilihat dari sudut manapun, beliau ini sangat sempurna untuk ukuran seorang wanita. Ini pertemuan kali kedua ku dengannya, dua kali pula aku terpesona dengan penampilan anggunnya.Kami sampai di meja nomor 7 tepat di samping kaca besar yang menghadap ke jalan raya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Pembantu VS Istri Sah    Omong Kosong Pejantan

    Apa benar dia Bima Putra? Laki-laki yang sudah menghancurkan hidupku dan membuat luka dihati selama bertahun-tahun yang tak kunjung sembuh? Susah payah aku melupakan laki-laki brengsek itu, lalu kenapa sekarang aku malah datang ke rumahnya? Dalam sekejap, ingatanku kembali pada masa itu. Hari dimana saat aku menjalin hubungan asmara dengan laki-laki yang kupanggil 'Bimbim'."Sayang, kamu tahu tidak persamaan kamu dengan matahari?" Bima menyandarkan kepalanya pada bahuku."Apasih basi! Pasti sama-sama menghangatkan hari-harimu kan?""Kok kamu tahu sih? Tidak asik. Aku ngambek, ya?" ucap Bima dengan memajukan sedikit bibirnya."Dih, lebay kamu, Bim.""Hehe, entahlah, Kar. Rasanya, jika bersamamu itu adalah hari yang paling menyenangkan, aku bisa jadi diriku sendiri tanpa harus memakai topeng palsu agar orang-orang menyukaiku." Bima menatap mataku dalam-dalam."Memangnya selama ini kamu memakai topeng apa? Joker? Ultraman? Atau tope

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Pembantu VS Istri Sah    Demi Ayah, Aku Rela Menahan Marah

    "Ibu," sapaku."Sekar." Ibu memelukku hangat, rasanya tenang berada di pelukan ibu."Ibu bagaimana kabarnya? Maaf karena akhir-akhir ini, Sekar jarang kirim uang karena jujur Sekar belum dapat pekerjaan.""Tidak apa, Nak. Yang penting kamu di sana sehat saja ibu sudah bersyukur." Ibu tersenyum di tengah buliran air matanya.Aku beralih pada anak laki-laki yang sedari tadi menunggu giliran untuk disapa. "Halo, Big boy. Apa kamu nakal selama ini hah?" Aku mengacak-acak rambut hitam yang mirip sekali dengan ayahnya itu."Kakak kenapa lama tidak pulang sih? Aska kangen tahu!"Yah, sakit rasanya mendengar anakmu sendiri tidak memanggilmu ibu. Namun itulah yang terjadi selama ini, demi menutupi kehamilanku yang saat itu masih sekolah, kami sekeluarga pindah ke kota selama setahun.Kemudian saat Aska lahir, kami kembali ke kampung dan mengatakan pada warga yang bertanya bahwa itu adalah adikku. Aku merasa berdosa sekali rasanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 6

    "Syukurlah operasi Pak Haris berjalan lancar, karena segera ditindak maka prosesnya tidak begitu sulit dan Pak Haris bisa diselamatkan. Namun, patah tulang di kakinya akan butuh waktu yang cukup lama untuk sembuh.""Tapi, suami saya bisa berjalan lagi kan, Dok?""Bisa, Bu. Asal Pak Haris rutin melakukan fisioterapi sesuai jadwal yang akan saya buat nanti. Saya permisi, Pak, Bu.""Terima kasih ya Tuhan." Ibu tak henti-hentinya mengucap syukur dan juga mengucapkan terima kasih pada Bu Deana. "Nyonya, saya sangat berhutang budi pada anda sekeluarga. Saya amat sangat berterima kasih atas kebaikan anda dan suami anda yang sudah bersedia membiayai operasi suami saya. Memang saya belum bisa membalas kebaikan kalian, tapi saya akan selalu mendoakan agar Nyonya dan Tuan selalu mendapat keberkahan." "Tidak usah sungkan, Bu. Saya melakukan ini semua atas dasar kemanusiaan. Lagipula, Sekar akan bekerja dan membantu saya nantinya, jadi saya tidak bisa diam saja tanpa melakukan apa-apa," balas Bu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Pembantu VS Istri Sah    BAB 7

    "Eh, itu… sebentar Bu, ada telepon. Halo, Pak? Baik saya ke sana sekarang. Maaf Bu Deana, saya dipanggil Pak Bima ke ruangannya." Gibran buru-buru pergi dari sini menyisakan tanda tanya untukku dan Bu Deana.Jadi, sebenarnya siapa yang menyuruhnya untuk menjemputku? Apa jangan-jangan ini semua ulah Bima? Ah, sial!"Ya sudah, Sekar tidak usah dipikirkan. Karena kamu sudah terlanjur di sini sebaiknya kamu istirahat saja dulu, besok kita akan bahas tentang pekerjaan dan kontrak kerja kamu, ya." "Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi," ucapku seraya berlalu dari hadapannya.Ah, kalau tahu ini semua ulah Bima, bisa saja aku mengusir Gibran saat dia akan menjemputku tadi. Menyebalkan! Sebaiknya aku tidur saja, besok hari pertamaku bekerja aku ingin menjalaninya dengan tenang.***Sementara itu di ruang kerja Bima."Terima kasih, Gibran.""Santai saja. Oh iya, memangnya kenapa kamu ingin pembantu itu dijemput secepatnya? Bukannya kamu bilang ayahnya baru saja pulang dari rumah sakit?" tanya G

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 8

    Sanggup atau tidak, Sekar tetap menandatangani kontrak itu dan kini dia resmi bekerja di sana sebagai pembantu. Hari ini hari pertama dia bekerja, Sekar berharap jika hari ini berjalan dengan damai tanpa ada gangguan dari mantan pacarnya itu.Setelah membuat sarapan, Sekar pergi ke kebun belakang untuk menyapa pekerja yang lain."Selamat pagi, Pak Imron," sapanya."Eh, pagi, Neng Sekar. Apa kabar? Saya dengar katanya Ayah Neng Sekar habis kecelakaan, ya? Gimana sekarang kabarnya?" ucapnya sambil meletakkan selang yang ia gunakan untuk menyiram pohon bonsai."Iya, Pak Imron. Sekarang baik-baik saja dan sedang dirawat di rumah. Ngomong-ngomong, Pak Imron tahu kabar ini dari siapa?" tanya Sekar"Dari Nyonya besar. Katanya, untuk sementara Neng Sekar belum bisa masuk kerja karena sedang dapat musibah, saya pikir Neng akan masuk kerja seminggu lagi, tapi ternyata Neng sudah masuk kerja hari ini, toh.""Niatnya juga begitu sih, Pak, tapi…," Sekar tidak meneruskan kalimatnya."Tapi apa, Neng

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • Pembantu VS Istri Sah    BAB 9

    Keesokan harinya, Sekar bekerja seperti biasa. Setelah selesai membuat sarapan untuk majikannya, ia menuju halaman depan untuk menyiram tanaman. Meskipun itu bukan tugasnya, tapi Sekar tidak enak jika tak melakukan apapun di sana.Sambil memegangi selang air, Sekar tiba-tiba teringat dengan pertanyaan Gibran semalam yang menanyakan pacar. Ia merasa lucu sekaligus aneh karena sudah lama tak mendengar pertanyaan itu dari laki-laki.Menurutnya, Gibran adalah sosok laki-laki yang jujur dan apa adanya. Meskipun ia tak menjawab pertanyaannya itu dan memilih untuk pamit dengan alasan mengantuk, alhasil Gibran ditinggal sendiri tanpa jawaban yang jelas."Dia orang yang sangat blak-blakan, padahal kami baru kenal kan? Bisa-bisanya dia bertanya apa aku punya pacar?" gumamnya.Sedang asyik bersenandung sambil menyiram bunga, Sekar tak menyadari jika seseorang sedang memperhatikan dirinya dari jauh. Bima baru saja sampai dirumah setelah perjalanan dinas keluar kota. Pria itu memperhatikan setiap

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 10

    "Mas, hari ini aku ada meeting di luar kota. Maaf aku lupa bilang sebelumnya." Deana mengambilkan piring untuk suaminya."Oh ya? Baiklah, hati-hati di jalan," balas Bima."Besok atau lusa aku baru pulang, kamu di rumah nggak papa kan sendirian? Gibran, sebaiknya kamu temani kakakmu di sini ya sampai aku pulang?" ujar Deana."Nggak perlu! Aku bisa sendiri kok, kalau ada dia repot nanti." Bima melirik Gibran."Mas, aku nggak mau meninggalkan kamu berdua sama Sekar. Yah, bukannya apa-apa, sekarang kan banyak pembantu tak tahu diri yang menggoda majikannya?""Sekar bukan perempuan seperti itu, kamu tenang aja." Dalam hati Bima berkata, justru mungkin ia yang akan menggoda Sekar nantinya."Tetap aja, Mas. Gibran, kamu bisa kan?"Gibran mengangguk karena mulutnya sedang mengunyah makanan. Ia tidak keberatan jika harus menginap disini walaupun hanya satu atau dua hari. Karena dia bisa bertemu lebih sering dengan sang pujaan hatinya, yaitu Sekar.Selesai sarapan, mereka menjalani rutinitas se

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18

Bab terbaru

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 11

    "Ponselnya mati? Dasar anak kurang ajar! Kemana dia pergi? Apa benar dia membawa Sekar? Berani-beraninya anak itu! Awas aja nanti!" omel Bima saat Gibran tak bisa dihubungi.Sementara itu, Gibran resah sebab sudah hampir setengah jam Sekar tak kunjung kembali dari toilet. Ia berniat untuk menyusulnya, tapi tiba-tiba saja Sekar muncul dari belakang Gibran dengan nafas tersengal-sengal."Sekar, are you okay?" tanya Gibran.Wanita itu duduk sambil mengatur nafasnya perlahan agar kembali normal. "Aku nggak apa-apa. Maaf, lama ya? Toiletnya antri, hehe," jawabnya."Oh ya? Tumben, padahal ini kan tempat VVIP kenapa bisa antri?"Sekar bingung harus menjawab apa, sebab dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. "Oh, mungkin kebanyakan makan sambal kali?"Gibran mengangguk pelan. "Ya sudah, ayo makan dulu."Sekar masih tidak percaya apa yang dilihatnya barusan. Ternyata wanita itu memang Deana, istri sah dari mantan pacarnya. Deana berselingkuh di hotel ini dan membohongi semua orang. Ia tak h

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 10

    "Mas, hari ini aku ada meeting di luar kota. Maaf aku lupa bilang sebelumnya." Deana mengambilkan piring untuk suaminya."Oh ya? Baiklah, hati-hati di jalan," balas Bima."Besok atau lusa aku baru pulang, kamu di rumah nggak papa kan sendirian? Gibran, sebaiknya kamu temani kakakmu di sini ya sampai aku pulang?" ujar Deana."Nggak perlu! Aku bisa sendiri kok, kalau ada dia repot nanti." Bima melirik Gibran."Mas, aku nggak mau meninggalkan kamu berdua sama Sekar. Yah, bukannya apa-apa, sekarang kan banyak pembantu tak tahu diri yang menggoda majikannya?""Sekar bukan perempuan seperti itu, kamu tenang aja." Dalam hati Bima berkata, justru mungkin ia yang akan menggoda Sekar nantinya."Tetap aja, Mas. Gibran, kamu bisa kan?"Gibran mengangguk karena mulutnya sedang mengunyah makanan. Ia tidak keberatan jika harus menginap disini walaupun hanya satu atau dua hari. Karena dia bisa bertemu lebih sering dengan sang pujaan hatinya, yaitu Sekar.Selesai sarapan, mereka menjalani rutinitas se

  • Pembantu VS Istri Sah    BAB 9

    Keesokan harinya, Sekar bekerja seperti biasa. Setelah selesai membuat sarapan untuk majikannya, ia menuju halaman depan untuk menyiram tanaman. Meskipun itu bukan tugasnya, tapi Sekar tidak enak jika tak melakukan apapun di sana.Sambil memegangi selang air, Sekar tiba-tiba teringat dengan pertanyaan Gibran semalam yang menanyakan pacar. Ia merasa lucu sekaligus aneh karena sudah lama tak mendengar pertanyaan itu dari laki-laki.Menurutnya, Gibran adalah sosok laki-laki yang jujur dan apa adanya. Meskipun ia tak menjawab pertanyaannya itu dan memilih untuk pamit dengan alasan mengantuk, alhasil Gibran ditinggal sendiri tanpa jawaban yang jelas."Dia orang yang sangat blak-blakan, padahal kami baru kenal kan? Bisa-bisanya dia bertanya apa aku punya pacar?" gumamnya.Sedang asyik bersenandung sambil menyiram bunga, Sekar tak menyadari jika seseorang sedang memperhatikan dirinya dari jauh. Bima baru saja sampai dirumah setelah perjalanan dinas keluar kota. Pria itu memperhatikan setiap

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 8

    Sanggup atau tidak, Sekar tetap menandatangani kontrak itu dan kini dia resmi bekerja di sana sebagai pembantu. Hari ini hari pertama dia bekerja, Sekar berharap jika hari ini berjalan dengan damai tanpa ada gangguan dari mantan pacarnya itu.Setelah membuat sarapan, Sekar pergi ke kebun belakang untuk menyapa pekerja yang lain."Selamat pagi, Pak Imron," sapanya."Eh, pagi, Neng Sekar. Apa kabar? Saya dengar katanya Ayah Neng Sekar habis kecelakaan, ya? Gimana sekarang kabarnya?" ucapnya sambil meletakkan selang yang ia gunakan untuk menyiram pohon bonsai."Iya, Pak Imron. Sekarang baik-baik saja dan sedang dirawat di rumah. Ngomong-ngomong, Pak Imron tahu kabar ini dari siapa?" tanya Sekar"Dari Nyonya besar. Katanya, untuk sementara Neng Sekar belum bisa masuk kerja karena sedang dapat musibah, saya pikir Neng akan masuk kerja seminggu lagi, tapi ternyata Neng sudah masuk kerja hari ini, toh.""Niatnya juga begitu sih, Pak, tapi…," Sekar tidak meneruskan kalimatnya."Tapi apa, Neng

  • Pembantu VS Istri Sah    BAB 7

    "Eh, itu… sebentar Bu, ada telepon. Halo, Pak? Baik saya ke sana sekarang. Maaf Bu Deana, saya dipanggil Pak Bima ke ruangannya." Gibran buru-buru pergi dari sini menyisakan tanda tanya untukku dan Bu Deana.Jadi, sebenarnya siapa yang menyuruhnya untuk menjemputku? Apa jangan-jangan ini semua ulah Bima? Ah, sial!"Ya sudah, Sekar tidak usah dipikirkan. Karena kamu sudah terlanjur di sini sebaiknya kamu istirahat saja dulu, besok kita akan bahas tentang pekerjaan dan kontrak kerja kamu, ya." "Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi," ucapku seraya berlalu dari hadapannya.Ah, kalau tahu ini semua ulah Bima, bisa saja aku mengusir Gibran saat dia akan menjemputku tadi. Menyebalkan! Sebaiknya aku tidur saja, besok hari pertamaku bekerja aku ingin menjalaninya dengan tenang.***Sementara itu di ruang kerja Bima."Terima kasih, Gibran.""Santai saja. Oh iya, memangnya kenapa kamu ingin pembantu itu dijemput secepatnya? Bukannya kamu bilang ayahnya baru saja pulang dari rumah sakit?" tanya G

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 6

    "Syukurlah operasi Pak Haris berjalan lancar, karena segera ditindak maka prosesnya tidak begitu sulit dan Pak Haris bisa diselamatkan. Namun, patah tulang di kakinya akan butuh waktu yang cukup lama untuk sembuh.""Tapi, suami saya bisa berjalan lagi kan, Dok?""Bisa, Bu. Asal Pak Haris rutin melakukan fisioterapi sesuai jadwal yang akan saya buat nanti. Saya permisi, Pak, Bu.""Terima kasih ya Tuhan." Ibu tak henti-hentinya mengucap syukur dan juga mengucapkan terima kasih pada Bu Deana. "Nyonya, saya sangat berhutang budi pada anda sekeluarga. Saya amat sangat berterima kasih atas kebaikan anda dan suami anda yang sudah bersedia membiayai operasi suami saya. Memang saya belum bisa membalas kebaikan kalian, tapi saya akan selalu mendoakan agar Nyonya dan Tuan selalu mendapat keberkahan." "Tidak usah sungkan, Bu. Saya melakukan ini semua atas dasar kemanusiaan. Lagipula, Sekar akan bekerja dan membantu saya nantinya, jadi saya tidak bisa diam saja tanpa melakukan apa-apa," balas Bu

  • Pembantu VS Istri Sah    Demi Ayah, Aku Rela Menahan Marah

    "Ibu," sapaku."Sekar." Ibu memelukku hangat, rasanya tenang berada di pelukan ibu."Ibu bagaimana kabarnya? Maaf karena akhir-akhir ini, Sekar jarang kirim uang karena jujur Sekar belum dapat pekerjaan.""Tidak apa, Nak. Yang penting kamu di sana sehat saja ibu sudah bersyukur." Ibu tersenyum di tengah buliran air matanya.Aku beralih pada anak laki-laki yang sedari tadi menunggu giliran untuk disapa. "Halo, Big boy. Apa kamu nakal selama ini hah?" Aku mengacak-acak rambut hitam yang mirip sekali dengan ayahnya itu."Kakak kenapa lama tidak pulang sih? Aska kangen tahu!"Yah, sakit rasanya mendengar anakmu sendiri tidak memanggilmu ibu. Namun itulah yang terjadi selama ini, demi menutupi kehamilanku yang saat itu masih sekolah, kami sekeluarga pindah ke kota selama setahun.Kemudian saat Aska lahir, kami kembali ke kampung dan mengatakan pada warga yang bertanya bahwa itu adalah adikku. Aku merasa berdosa sekali rasanya

  • Pembantu VS Istri Sah    Omong Kosong Pejantan

    Apa benar dia Bima Putra? Laki-laki yang sudah menghancurkan hidupku dan membuat luka dihati selama bertahun-tahun yang tak kunjung sembuh? Susah payah aku melupakan laki-laki brengsek itu, lalu kenapa sekarang aku malah datang ke rumahnya? Dalam sekejap, ingatanku kembali pada masa itu. Hari dimana saat aku menjalin hubungan asmara dengan laki-laki yang kupanggil 'Bimbim'."Sayang, kamu tahu tidak persamaan kamu dengan matahari?" Bima menyandarkan kepalanya pada bahuku."Apasih basi! Pasti sama-sama menghangatkan hari-harimu kan?""Kok kamu tahu sih? Tidak asik. Aku ngambek, ya?" ucap Bima dengan memajukan sedikit bibirnya."Dih, lebay kamu, Bim.""Hehe, entahlah, Kar. Rasanya, jika bersamamu itu adalah hari yang paling menyenangkan, aku bisa jadi diriku sendiri tanpa harus memakai topeng palsu agar orang-orang menyukaiku." Bima menatap mataku dalam-dalam."Memangnya selama ini kamu memakai topeng apa? Joker? Ultraman? Atau tope

  • Pembantu VS Istri Sah    Kejutan yang Tak Terduga

    Benar, tempat ini masih sepi, hanya ada satu orang pegawai di balik meja kasir dan satu orang barista muda nan tampan. Tidak ada satupun customer selain aku, hingga ku rasakan ponselku berdering tanda notifikasi pesan. Rupanya dari Sarah yang mengingatkan aku, sepertinya dia khawatir kalau aku lupa ada janji temu hari ini. Memang sih, sifat pelupa ku ini cukup kadang mengganggu."Selamat pagi, Sekar." Suara manis dan lembut terdengar menyapaku.Reflek aku berbalik dari posisiku sekarang. "Siapa? Eh, astaga, Bu Deana, maaf, saya-" Astaga aku kaget sekali sampai tidak bisa berkata-kata."Ayo, sebelah sini," ajaknya.Sumpah, majikanku ini benar-benar definisi bidadari tak bersayap. Dilihat dari sudut manapun, beliau ini sangat sempurna untuk ukuran seorang wanita. Ini pertemuan kali kedua ku dengannya, dua kali pula aku terpesona dengan penampilan anggunnya.Kami sampai di meja nomor 7 tepat di samping kaca besar yang menghadap ke jalan raya

DMCA.com Protection Status