Beranda / Romansa / Pembantu VS Istri Sah / Demi Ayah, Aku Rela Menahan Marah

Share

Demi Ayah, Aku Rela Menahan Marah

Penulis: Felia_QA
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-16 23:24:24

"Ibu," sapaku.

"Sekar." Ibu memelukku hangat, rasanya tenang berada di pelukan ibu.

"Ibu bagaimana kabarnya? Maaf karena akhir-akhir ini, Sekar jarang kirim uang karena jujur Sekar belum dapat pekerjaan."

"Tidak apa, Nak. Yang penting kamu di sana sehat saja ibu sudah bersyukur." Ibu tersenyum di tengah buliran air matanya.

Aku beralih pada anak laki-laki yang sedari tadi menunggu giliran untuk disapa. "Halo, Big boy. Apa kamu nakal selama ini hah?" Aku mengacak-acak rambut hitam yang mirip sekali dengan ayahnya itu.

"Kakak kenapa lama tidak pulang sih? Aska kangen tahu!"

Yah, sakit rasanya mendengar anakmu sendiri tidak memanggilmu ibu. Namun itulah yang terjadi selama ini, demi menutupi kehamilanku yang saat itu masih sekolah, kami sekeluarga pindah ke kota selama setahun.

Kemudian saat Aska lahir, kami kembali ke kampung dan mengatakan pada warga yang bertanya bahwa itu adalah adikku. Aku merasa berdosa sekali rasanya karena tidak mengakui anakku sendiri. Namun, itu terjadi hingga saat ini dan entah kapan aku akan berani mengungkapkan kebenaran itu.

"Sekar, kamu kemari naik apa? Sudah makan? Ada ongkos buat pulang tidak?"

"Ibu bicara apa, sih? Sekarang bukan waktunya mengkhawatirkan Sekar, kita fokus dulu pada kesembuhan Bapak. Sekar akan tetap di sini sampai Bapak sembuh."

"Selamat sore, keluarga dari Bapak Haris?" Dokter keluar dari ruangan UGD dan menghampiri kami.

"Iya, Dokter, kami keluarganya. Bagaimana keadaan Bapak saya?" 

"Baik, Bu saya ingin menyampaikan bahwa kondisi Pak Haris sekarang cukup mengkhawatirkan. Beliau mengalami patah tulang di bagian kaki kirinya dan pendarahan yang cukup parah di otak sehingga harus segera menjalani serangkaian operasi guna menghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."

Ibu terduduk lemas mendengar penjelasan dari Dokter sementara aku mencoba untuk menguatkan Ibu meskipun sebenarnya hatiku juga sama hancurnya dengan Ibu.

"Untuk segera mendapat penanganan, silahkan melengkapi berkas yang diminta dan menyelesaikan administrasi. Kalau begitu saya permisi," ucap Dokter itu kemudian pergi.

"Bu, tunggu disini sebentar ya, biar Sekar yang urus semuanya. Semoga Bapak baik-baik saja." Aku mencoba meyakinkan Ibu yang masih syok.

"Kak, Aska ikut,"

"Aska, kamu temani Ibu dulu ya, Kakak cuma sebentar kok nanti ke sini lagi, oke."

Aska melepaskan tangannya yang menggenggam ujung bajuku. Ya Tuhan, mungkin dia sungguh rindu pada Ibu yang melahirkannya, tapi sekarang bukan waktunya untuk itu. Maafkan ibu, Nak, suatu saat nanti kita akan bisa berkumpul kembali seperti dulu.

Di ruang administrasi.

"Selamat sore, Suster. Saya ingin mengurus berkas dan administrasi atas nama Bapak Haris, korban kecelakaan di ruang UGD."

"Sore, Ibu. Baik, untuk biaya operasi atas nama Bapak Haris, berjumlah sekitar dua puluh lima juta rupiah, Ibu," kata suster yang membuatku tercengang.

"Aa…, apa pembayarannya bisa dicicil, Sus?" 

"Bisa, Bu. Namun hanya untuk DP saja agar bisa segera ditindak. Sisanya bisa dilunasi setelah operasi."

"Berapa kira-kira untuk DPnya, Suster?"

"Dari total keseluruhan, Ibu bisa membayar dua puluh persennya dulu sebesar lima juta rupiah. Jika berkas dan administrasi sudah lengkap, kami akan segera menindak lanjuti operasi Bapak Haris."

"Baik, Sus. Tunggu sebentar," ujarku seraya menjauh dari sana.

Aku terduduk di kursi taman rumah sakit sambil sesekali menyeka air mataku. Apa yang harus aku perbuat sekarang? Serasa petir menyambar di siang bolong saat melihat isi dompet yang hanya tersisa dua lembar uang berwarna biru. Bagaimana caranya aku membayar operasi Bapak dengan ini?

Sekitar setengah jam aku memutar otak mencari cara agar bisa segera mendapatkan uang. Aku juga sudah menelepon beberapa temanku termasuk Sarah dan Nilam, tapi hasilnya nihil karena jumlahnya yang tidak sedikit membuat mereka yang meminta maaf karena tidak bisa menolongku.

Langkahku gontai, aku menahan air mataku dan pasrah dengan apa yang terjadi. Aku harus memohon pada pihak rumah sakit agar mau memberikan keringanan sedikit untukku.

Oh iya, sebenarnya sejak tadi aku tidak melihat keberadaan Bu Deana dan juga Bima, aku terlalu fokus pada keluargaku hingga mengabaikan mereka yang sudah susah payah jauh-jauh untuk mengantarku. Apakah mereka sudah pulang? Aku bahkan belum sempat berterima kasih.

"Suster, apa saya bisa meminta waktu untuk mencari dana operasi Ayah saya? Saya mohon," pintaku mengiba pada Suster yang tampak ramah itu.

"Ibu tenang saja, karena semua biaya operasi Bapak Haris sudah dibayar lunas dan Beliau akan segera dioperasi jam tujuh malam nanti."

"Apa? Sudah dibayar? Apa tidak salah, Sus? Mungkin itu Bapak Haris yang lain." Aku memastikan kembali.

"Tidak, Ibu. Karena kebetulan pasien atas nama Bapak Haris korban kecelakaan di ruang UGD hanya ada satu nama." jawab Suster itu.

Apa benar begitu? Siapa orang yang sudah berbaik hati pada keluargaku? "Kalau saya boleh tahu, pembayarannya atas nama siapa?" tanyaku.

"Disini, tertera pembayaran atas nama Bapak Bima Putra Wijaya," jawab Suster.

Apa? Bima? Dan, selama 13 tahun ini baru aku tahu bahwa nama belakang Bima itu adalah Wijaya. Untuk apa dia melakukan itu? Apa sebagai tanda permintaan maaf? Sumpah, rasanya ingin ku sayat wajah itu sampai berdarah.

"Sekar."

"Bi-Bima?"

"Sekar, aku ingin bicara." Bima tiba-tiba muncul di belakangku kemudian menarik tanganku dengan kasar.

"Apa-apaan kamu? Lepas! Aku tidak ingin bicara denganmu! Oh iya, untuk pembayaran rumah sakit aku minta kamu cabut kembali karena aku tidak sudi berurusan denganmu," ucapku kesal.

"Sekar, tolong dengarkan dulu penjelasanku. Selama ini-"

"Mas, sudah ketemu Sekar? Syukurlah. Sekar, kamu jangan khawatir ya karena sebentar lagi, Ayahmu akan di operasi."

Ada apa sih dengan mereka berdua, kenapa suka sekali tiba-tiba muncul seperti hantu. Apa Bu Deana yang membayar biaya operasi Bapak menggunakan identitas suaminya? Untuk apa sih repot-repot melakukan itu?

"Bu, maaf seharusnya Ibu tidak usah membayar biaya operasinya, saya akan berusaha semampu saya untuk ayah saya."

"Maaf, Sekar saya tidak bermaksud lancang, akan tetapi ini dalam keadaan darurat dan Ayah kamu harus segera ditangani Dokter. Kamu tenang saja, ini tidak gratis kok, saya tahu harga dirimu tinggi maka dari itu saya berencana akan memotongnya dari gajimu setiap bulannya."

Astaga hahaha, gagal sudah niatku untuk membatalkan kontrak ini. Ya Tuhan, tolong kuatkanlah hatiku agar tidak membuat keributan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat ini, aku tidak punya pilihan karena keadaan Bapak. Sekarang aku hanya berharap semoga Bapak baik-baik saja agar pengorbanan perasaanku ini tidak sia-sia.

"Sekar, kamu belum makan kan? Ayo kita makan dulu, ajak Ibu dan juga Adikmu, ya." kata Bu Deana.

Apa dia sudah bertemu dengan Ibu dan Aska? Sepertinya sih begitu, aku tidak bisa berkutik selain menuruti perintah orang yang kini sudah official menjadi majikanku ini.

"Baik, Bu." Aku meninggalkan mereka berdua untuk menemui Ibu dan juga Askara.

Kami berlima makan siang yang kesorean di kantin rumah sakit ini. Aku salut dengan Bu Deana, dia sama sekali tidak pilih-pilih soal makanan. Padahal bisa saja dia makan di luar atau pesan sesuatu yang lebih dari ini. Ku rasa ada sisi baiknya juga aku bekerja padanya, walaupun aku harus siap untuk menahan rasaku yang ingin sekali menelan Bima hidup-hidup.

"Maaf, saya permisi sebentar," ucapku pada Bu Deana. "Sebentar ya, Bu. Sekar mau ke belakang." Lalu aku pamit pada Ibuku.

Aku meninggalkan mereka berempat di sana sementara aku akan ke toilet. Aku harus mencari udara sejenak, sebab terlalu sesak rasanya berada satu meja dan duduk bersama pria yang ku benci itu. Ku tarik napas dalam-dalam lewat hidung dan ku hembus perlahan melalui mulutku. Ku ulangi dengan gerakan yang sama hingga aku merasa sedikit baikan.

Ah, lumayan lega. Namun saat aku hendak kembali, aku malah berpapasan dengan dia yang tidak ingin ku lihat. Bima sedang duduk di bangku taman sambil membakar rokok dan saat dia melihatku, buru-buru dia mematikan batang putih itu kemudian menghampiri aku yang tidak bisa kemana-mana sebab di belakangku adalah tembok belakang rumah sakit.

"Sekar."

"Diam! Jangan menyebut namaku dengan mulut itu, aku tidak suka mendengarnya!" Jika bukan di rumah sakit, mungkin aku akan berteriak maling padanya, biar saja dia dipukuli orang-orang hingga babak belur.

"Dengar! Jujur padaku, Aska itu bukan adikmu kan?"

"Apa urusanmu? Dia adikku atau bukan, itu tidak ada hubungannya denganmu!"

"Aku merasa, seperti memiliki hubungan yang berbeda dengannya saat melihat tatapan matanya yang mirip sekali denganku. Apa dia?"

"Cukup. Jangan pernah mengganggu keluargaku, sekali lagi ku peringatkan jika semua itu bukan urusanmu."

"Apa dia anakku? Sekar, apa benar kamu mengandung anak kita saat aku tidak ada?"

Tahu dari mana dia? Apa dia hanya menebak saja? Tapi jika menebak pun, kenapa to the point sekali? Apa ikatan batin antara ayah dan anak sangat kuat? Atau selama ini dia memata-matai keluargaku? Sebenarnya aku penasaran, kemana perginya Bima selama 13 tahun ini. Namun rasa penasaran itu telah terkubur oleh kebencian dan dendamku padanya. Apa sebaiknya aku jujur saja agar dia semakin merasa bersalah?

"Kalau memang iya kenapa? Mau apa kamu?" Akhirnya aku mengungkapkan identitas Aska, toh dia memang ayah kandungnya dan dia berhak tahu itu.

"Aa- apa? Apa kamu serius?"

Bab terkait

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 6

    "Syukurlah operasi Pak Haris berjalan lancar, karena segera ditindak maka prosesnya tidak begitu sulit dan Pak Haris bisa diselamatkan. Namun, patah tulang di kakinya akan butuh waktu yang cukup lama untuk sembuh.""Tapi, suami saya bisa berjalan lagi kan, Dok?""Bisa, Bu. Asal Pak Haris rutin melakukan fisioterapi sesuai jadwal yang akan saya buat nanti. Saya permisi, Pak, Bu.""Terima kasih ya Tuhan." Ibu tak henti-hentinya mengucap syukur dan juga mengucapkan terima kasih pada Bu Deana. "Nyonya, saya sangat berhutang budi pada anda sekeluarga. Saya amat sangat berterima kasih atas kebaikan anda dan suami anda yang sudah bersedia membiayai operasi suami saya. Memang saya belum bisa membalas kebaikan kalian, tapi saya akan selalu mendoakan agar Nyonya dan Tuan selalu mendapat keberkahan." "Tidak usah sungkan, Bu. Saya melakukan ini semua atas dasar kemanusiaan. Lagipula, Sekar akan bekerja dan membantu saya nantinya, jadi saya tidak bisa diam saja tanpa melakukan apa-apa," balas Bu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Pembantu VS Istri Sah    BAB 7

    "Eh, itu… sebentar Bu, ada telepon. Halo, Pak? Baik saya ke sana sekarang. Maaf Bu Deana, saya dipanggil Pak Bima ke ruangannya." Gibran buru-buru pergi dari sini menyisakan tanda tanya untukku dan Bu Deana.Jadi, sebenarnya siapa yang menyuruhnya untuk menjemputku? Apa jangan-jangan ini semua ulah Bima? Ah, sial!"Ya sudah, Sekar tidak usah dipikirkan. Karena kamu sudah terlanjur di sini sebaiknya kamu istirahat saja dulu, besok kita akan bahas tentang pekerjaan dan kontrak kerja kamu, ya." "Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi," ucapku seraya berlalu dari hadapannya.Ah, kalau tahu ini semua ulah Bima, bisa saja aku mengusir Gibran saat dia akan menjemputku tadi. Menyebalkan! Sebaiknya aku tidur saja, besok hari pertamaku bekerja aku ingin menjalaninya dengan tenang.***Sementara itu di ruang kerja Bima."Terima kasih, Gibran.""Santai saja. Oh iya, memangnya kenapa kamu ingin pembantu itu dijemput secepatnya? Bukannya kamu bilang ayahnya baru saja pulang dari rumah sakit?" tanya G

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 8

    Sanggup atau tidak, Sekar tetap menandatangani kontrak itu dan kini dia resmi bekerja di sana sebagai pembantu. Hari ini hari pertama dia bekerja, Sekar berharap jika hari ini berjalan dengan damai tanpa ada gangguan dari mantan pacarnya itu.Setelah membuat sarapan, Sekar pergi ke kebun belakang untuk menyapa pekerja yang lain."Selamat pagi, Pak Imron," sapanya."Eh, pagi, Neng Sekar. Apa kabar? Saya dengar katanya Ayah Neng Sekar habis kecelakaan, ya? Gimana sekarang kabarnya?" ucapnya sambil meletakkan selang yang ia gunakan untuk menyiram pohon bonsai."Iya, Pak Imron. Sekarang baik-baik saja dan sedang dirawat di rumah. Ngomong-ngomong, Pak Imron tahu kabar ini dari siapa?" tanya Sekar"Dari Nyonya besar. Katanya, untuk sementara Neng Sekar belum bisa masuk kerja karena sedang dapat musibah, saya pikir Neng akan masuk kerja seminggu lagi, tapi ternyata Neng sudah masuk kerja hari ini, toh.""Niatnya juga begitu sih, Pak, tapi…," Sekar tidak meneruskan kalimatnya."Tapi apa, Neng

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • Pembantu VS Istri Sah    BAB 9

    Keesokan harinya, Sekar bekerja seperti biasa. Setelah selesai membuat sarapan untuk majikannya, ia menuju halaman depan untuk menyiram tanaman. Meskipun itu bukan tugasnya, tapi Sekar tidak enak jika tak melakukan apapun di sana.Sambil memegangi selang air, Sekar tiba-tiba teringat dengan pertanyaan Gibran semalam yang menanyakan pacar. Ia merasa lucu sekaligus aneh karena sudah lama tak mendengar pertanyaan itu dari laki-laki.Menurutnya, Gibran adalah sosok laki-laki yang jujur dan apa adanya. Meskipun ia tak menjawab pertanyaannya itu dan memilih untuk pamit dengan alasan mengantuk, alhasil Gibran ditinggal sendiri tanpa jawaban yang jelas."Dia orang yang sangat blak-blakan, padahal kami baru kenal kan? Bisa-bisanya dia bertanya apa aku punya pacar?" gumamnya.Sedang asyik bersenandung sambil menyiram bunga, Sekar tak menyadari jika seseorang sedang memperhatikan dirinya dari jauh. Bima baru saja sampai dirumah setelah perjalanan dinas keluar kota. Pria itu memperhatikan setiap

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 10

    "Mas, hari ini aku ada meeting di luar kota. Maaf aku lupa bilang sebelumnya." Deana mengambilkan piring untuk suaminya."Oh ya? Baiklah, hati-hati di jalan," balas Bima."Besok atau lusa aku baru pulang, kamu di rumah nggak papa kan sendirian? Gibran, sebaiknya kamu temani kakakmu di sini ya sampai aku pulang?" ujar Deana."Nggak perlu! Aku bisa sendiri kok, kalau ada dia repot nanti." Bima melirik Gibran."Mas, aku nggak mau meninggalkan kamu berdua sama Sekar. Yah, bukannya apa-apa, sekarang kan banyak pembantu tak tahu diri yang menggoda majikannya?""Sekar bukan perempuan seperti itu, kamu tenang aja." Dalam hati Bima berkata, justru mungkin ia yang akan menggoda Sekar nantinya."Tetap aja, Mas. Gibran, kamu bisa kan?"Gibran mengangguk karena mulutnya sedang mengunyah makanan. Ia tidak keberatan jika harus menginap disini walaupun hanya satu atau dua hari. Karena dia bisa bertemu lebih sering dengan sang pujaan hatinya, yaitu Sekar.Selesai sarapan, mereka menjalani rutinitas se

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 11

    "Ponselnya mati? Dasar anak kurang ajar! Kemana dia pergi? Apa benar dia membawa Sekar? Berani-beraninya anak itu! Awas aja nanti!" omel Bima saat Gibran tak bisa dihubungi.Sementara itu, Gibran resah sebab sudah hampir setengah jam Sekar tak kunjung kembali dari toilet. Ia berniat untuk menyusulnya, tapi tiba-tiba saja Sekar muncul dari belakang Gibran dengan nafas tersengal-sengal."Sekar, are you okay?" tanya Gibran.Wanita itu duduk sambil mengatur nafasnya perlahan agar kembali normal. "Aku nggak apa-apa. Maaf, lama ya? Toiletnya antri, hehe," jawabnya."Oh ya? Tumben, padahal ini kan tempat VVIP kenapa bisa antri?"Sekar bingung harus menjawab apa, sebab dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. "Oh, mungkin kebanyakan makan sambal kali?"Gibran mengangguk pelan. "Ya sudah, ayo makan dulu."Sekar masih tidak percaya apa yang dilihatnya barusan. Ternyata wanita itu memang Deana, istri sah dari mantan pacarnya. Deana berselingkuh di hotel ini dan membohongi semua orang. Ia tak h

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Pembantu VS Istri Sah    Apa Benar yang Kau Katakan?

    "Sekar, kita harus bicara."Sekar menghentikan aktivitasnya saat mendengar suara yang tidak asing itu. "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Sudahlah Bim, lupakan masa lalu kita!""Tidak, kamu harus dengar alasanku dulu dan kenapa aku melakukan itu padamu," ucap Bima seraya menarik lengan Sekar."Untuk apa? Toh itu tidak akan merubah kenyataan, bahwa sekarang kamu sudah hidup bahagia bersama istrimu," tepisnya."Sekar, maafkan aku. Aku tidak ada niat untuk menyakitimu, ini semua-""Cukup, Bim. Jangan membuka luka lama! Aku sudah bersusah payah untuk sampai di titik ini, tolong jangan hancurkan aku lagi!""Tapi, aku masih mencintaimu, aku merindukanmu Sekar dan aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku di masa lalu," jelas Bima."Tanggung jawab katamu? Dengan apa? Cukup dengan kamu berpura-pura untuk tidak mengenalku selama aku di sini saja, tidak lebih." "Aku akan menikahimu dan aku akan membawa Askara kemari."Kedua mata Sekar membulat sempurna. "Apa? Sudah gila kamu hah? Apa maksudm

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Pembantu VS Istri Sah    Majikan yang Seperti Malaikat

    Lima hari sebelumnya."Sekar, selamat ya berkas kamu sudah disetujui oleh pihak keluarga Pak Wijaya. Itu artinya, kamu sudah bisa mulai bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah mereka." Sarah tiba-tiba masuk ke pantry tempat kami berkumpul."Ibu serius? Bukannya kemarin ditolak, ya?" tanyaku tak percaya"Yah, katanya kandidat sebelumnya mengundurkan diri. Sebenarnya kamu itu statusnya cadangan sih, makanya begitu kosong, kamu langsung diterima," jawabnya sambil menuangkan kopi sachet ke mug andalannya."Jadi, kapan saya mulai masuk kerja, Bu?""Wih yang sudah tidak sabar bekerja di rumah konglomerat," ledek Sarah. "Sabar ya, katanya, besok Nyonya besar alias istri dari Pak Wijaya mau bertemu kamu dulu.""Lho, katanya saya sudah diterima? Bukannya saya juga sudah interview tiga kali ya? Bahkan sama Nyonya, siapa itu nama istrinya? Bu Deana? Itu juga sudah kan?" ujarku memastikan."Ih santai kali, Kar. Ini itu bukan w

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16

Bab terbaru

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 11

    "Ponselnya mati? Dasar anak kurang ajar! Kemana dia pergi? Apa benar dia membawa Sekar? Berani-beraninya anak itu! Awas aja nanti!" omel Bima saat Gibran tak bisa dihubungi.Sementara itu, Gibran resah sebab sudah hampir setengah jam Sekar tak kunjung kembali dari toilet. Ia berniat untuk menyusulnya, tapi tiba-tiba saja Sekar muncul dari belakang Gibran dengan nafas tersengal-sengal."Sekar, are you okay?" tanya Gibran.Wanita itu duduk sambil mengatur nafasnya perlahan agar kembali normal. "Aku nggak apa-apa. Maaf, lama ya? Toiletnya antri, hehe," jawabnya."Oh ya? Tumben, padahal ini kan tempat VVIP kenapa bisa antri?"Sekar bingung harus menjawab apa, sebab dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. "Oh, mungkin kebanyakan makan sambal kali?"Gibran mengangguk pelan. "Ya sudah, ayo makan dulu."Sekar masih tidak percaya apa yang dilihatnya barusan. Ternyata wanita itu memang Deana, istri sah dari mantan pacarnya. Deana berselingkuh di hotel ini dan membohongi semua orang. Ia tak h

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 10

    "Mas, hari ini aku ada meeting di luar kota. Maaf aku lupa bilang sebelumnya." Deana mengambilkan piring untuk suaminya."Oh ya? Baiklah, hati-hati di jalan," balas Bima."Besok atau lusa aku baru pulang, kamu di rumah nggak papa kan sendirian? Gibran, sebaiknya kamu temani kakakmu di sini ya sampai aku pulang?" ujar Deana."Nggak perlu! Aku bisa sendiri kok, kalau ada dia repot nanti." Bima melirik Gibran."Mas, aku nggak mau meninggalkan kamu berdua sama Sekar. Yah, bukannya apa-apa, sekarang kan banyak pembantu tak tahu diri yang menggoda majikannya?""Sekar bukan perempuan seperti itu, kamu tenang aja." Dalam hati Bima berkata, justru mungkin ia yang akan menggoda Sekar nantinya."Tetap aja, Mas. Gibran, kamu bisa kan?"Gibran mengangguk karena mulutnya sedang mengunyah makanan. Ia tidak keberatan jika harus menginap disini walaupun hanya satu atau dua hari. Karena dia bisa bertemu lebih sering dengan sang pujaan hatinya, yaitu Sekar.Selesai sarapan, mereka menjalani rutinitas se

  • Pembantu VS Istri Sah    BAB 9

    Keesokan harinya, Sekar bekerja seperti biasa. Setelah selesai membuat sarapan untuk majikannya, ia menuju halaman depan untuk menyiram tanaman. Meskipun itu bukan tugasnya, tapi Sekar tidak enak jika tak melakukan apapun di sana.Sambil memegangi selang air, Sekar tiba-tiba teringat dengan pertanyaan Gibran semalam yang menanyakan pacar. Ia merasa lucu sekaligus aneh karena sudah lama tak mendengar pertanyaan itu dari laki-laki.Menurutnya, Gibran adalah sosok laki-laki yang jujur dan apa adanya. Meskipun ia tak menjawab pertanyaannya itu dan memilih untuk pamit dengan alasan mengantuk, alhasil Gibran ditinggal sendiri tanpa jawaban yang jelas."Dia orang yang sangat blak-blakan, padahal kami baru kenal kan? Bisa-bisanya dia bertanya apa aku punya pacar?" gumamnya.Sedang asyik bersenandung sambil menyiram bunga, Sekar tak menyadari jika seseorang sedang memperhatikan dirinya dari jauh. Bima baru saja sampai dirumah setelah perjalanan dinas keluar kota. Pria itu memperhatikan setiap

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 8

    Sanggup atau tidak, Sekar tetap menandatangani kontrak itu dan kini dia resmi bekerja di sana sebagai pembantu. Hari ini hari pertama dia bekerja, Sekar berharap jika hari ini berjalan dengan damai tanpa ada gangguan dari mantan pacarnya itu.Setelah membuat sarapan, Sekar pergi ke kebun belakang untuk menyapa pekerja yang lain."Selamat pagi, Pak Imron," sapanya."Eh, pagi, Neng Sekar. Apa kabar? Saya dengar katanya Ayah Neng Sekar habis kecelakaan, ya? Gimana sekarang kabarnya?" ucapnya sambil meletakkan selang yang ia gunakan untuk menyiram pohon bonsai."Iya, Pak Imron. Sekarang baik-baik saja dan sedang dirawat di rumah. Ngomong-ngomong, Pak Imron tahu kabar ini dari siapa?" tanya Sekar"Dari Nyonya besar. Katanya, untuk sementara Neng Sekar belum bisa masuk kerja karena sedang dapat musibah, saya pikir Neng akan masuk kerja seminggu lagi, tapi ternyata Neng sudah masuk kerja hari ini, toh.""Niatnya juga begitu sih, Pak, tapi…," Sekar tidak meneruskan kalimatnya."Tapi apa, Neng

  • Pembantu VS Istri Sah    BAB 7

    "Eh, itu… sebentar Bu, ada telepon. Halo, Pak? Baik saya ke sana sekarang. Maaf Bu Deana, saya dipanggil Pak Bima ke ruangannya." Gibran buru-buru pergi dari sini menyisakan tanda tanya untukku dan Bu Deana.Jadi, sebenarnya siapa yang menyuruhnya untuk menjemputku? Apa jangan-jangan ini semua ulah Bima? Ah, sial!"Ya sudah, Sekar tidak usah dipikirkan. Karena kamu sudah terlanjur di sini sebaiknya kamu istirahat saja dulu, besok kita akan bahas tentang pekerjaan dan kontrak kerja kamu, ya." "Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi," ucapku seraya berlalu dari hadapannya.Ah, kalau tahu ini semua ulah Bima, bisa saja aku mengusir Gibran saat dia akan menjemputku tadi. Menyebalkan! Sebaiknya aku tidur saja, besok hari pertamaku bekerja aku ingin menjalaninya dengan tenang.***Sementara itu di ruang kerja Bima."Terima kasih, Gibran.""Santai saja. Oh iya, memangnya kenapa kamu ingin pembantu itu dijemput secepatnya? Bukannya kamu bilang ayahnya baru saja pulang dari rumah sakit?" tanya G

  • Pembantu VS Istri Sah    Bab 6

    "Syukurlah operasi Pak Haris berjalan lancar, karena segera ditindak maka prosesnya tidak begitu sulit dan Pak Haris bisa diselamatkan. Namun, patah tulang di kakinya akan butuh waktu yang cukup lama untuk sembuh.""Tapi, suami saya bisa berjalan lagi kan, Dok?""Bisa, Bu. Asal Pak Haris rutin melakukan fisioterapi sesuai jadwal yang akan saya buat nanti. Saya permisi, Pak, Bu.""Terima kasih ya Tuhan." Ibu tak henti-hentinya mengucap syukur dan juga mengucapkan terima kasih pada Bu Deana. "Nyonya, saya sangat berhutang budi pada anda sekeluarga. Saya amat sangat berterima kasih atas kebaikan anda dan suami anda yang sudah bersedia membiayai operasi suami saya. Memang saya belum bisa membalas kebaikan kalian, tapi saya akan selalu mendoakan agar Nyonya dan Tuan selalu mendapat keberkahan." "Tidak usah sungkan, Bu. Saya melakukan ini semua atas dasar kemanusiaan. Lagipula, Sekar akan bekerja dan membantu saya nantinya, jadi saya tidak bisa diam saja tanpa melakukan apa-apa," balas Bu

  • Pembantu VS Istri Sah    Demi Ayah, Aku Rela Menahan Marah

    "Ibu," sapaku."Sekar." Ibu memelukku hangat, rasanya tenang berada di pelukan ibu."Ibu bagaimana kabarnya? Maaf karena akhir-akhir ini, Sekar jarang kirim uang karena jujur Sekar belum dapat pekerjaan.""Tidak apa, Nak. Yang penting kamu di sana sehat saja ibu sudah bersyukur." Ibu tersenyum di tengah buliran air matanya.Aku beralih pada anak laki-laki yang sedari tadi menunggu giliran untuk disapa. "Halo, Big boy. Apa kamu nakal selama ini hah?" Aku mengacak-acak rambut hitam yang mirip sekali dengan ayahnya itu."Kakak kenapa lama tidak pulang sih? Aska kangen tahu!"Yah, sakit rasanya mendengar anakmu sendiri tidak memanggilmu ibu. Namun itulah yang terjadi selama ini, demi menutupi kehamilanku yang saat itu masih sekolah, kami sekeluarga pindah ke kota selama setahun.Kemudian saat Aska lahir, kami kembali ke kampung dan mengatakan pada warga yang bertanya bahwa itu adalah adikku. Aku merasa berdosa sekali rasanya

  • Pembantu VS Istri Sah    Omong Kosong Pejantan

    Apa benar dia Bima Putra? Laki-laki yang sudah menghancurkan hidupku dan membuat luka dihati selama bertahun-tahun yang tak kunjung sembuh? Susah payah aku melupakan laki-laki brengsek itu, lalu kenapa sekarang aku malah datang ke rumahnya? Dalam sekejap, ingatanku kembali pada masa itu. Hari dimana saat aku menjalin hubungan asmara dengan laki-laki yang kupanggil 'Bimbim'."Sayang, kamu tahu tidak persamaan kamu dengan matahari?" Bima menyandarkan kepalanya pada bahuku."Apasih basi! Pasti sama-sama menghangatkan hari-harimu kan?""Kok kamu tahu sih? Tidak asik. Aku ngambek, ya?" ucap Bima dengan memajukan sedikit bibirnya."Dih, lebay kamu, Bim.""Hehe, entahlah, Kar. Rasanya, jika bersamamu itu adalah hari yang paling menyenangkan, aku bisa jadi diriku sendiri tanpa harus memakai topeng palsu agar orang-orang menyukaiku." Bima menatap mataku dalam-dalam."Memangnya selama ini kamu memakai topeng apa? Joker? Ultraman? Atau tope

  • Pembantu VS Istri Sah    Kejutan yang Tak Terduga

    Benar, tempat ini masih sepi, hanya ada satu orang pegawai di balik meja kasir dan satu orang barista muda nan tampan. Tidak ada satupun customer selain aku, hingga ku rasakan ponselku berdering tanda notifikasi pesan. Rupanya dari Sarah yang mengingatkan aku, sepertinya dia khawatir kalau aku lupa ada janji temu hari ini. Memang sih, sifat pelupa ku ini cukup kadang mengganggu."Selamat pagi, Sekar." Suara manis dan lembut terdengar menyapaku.Reflek aku berbalik dari posisiku sekarang. "Siapa? Eh, astaga, Bu Deana, maaf, saya-" Astaga aku kaget sekali sampai tidak bisa berkata-kata."Ayo, sebelah sini," ajaknya.Sumpah, majikanku ini benar-benar definisi bidadari tak bersayap. Dilihat dari sudut manapun, beliau ini sangat sempurna untuk ukuran seorang wanita. Ini pertemuan kali kedua ku dengannya, dua kali pula aku terpesona dengan penampilan anggunnya.Kami sampai di meja nomor 7 tepat di samping kaca besar yang menghadap ke jalan raya

DMCA.com Protection Status