Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 60. Membuat Kenangan di Jogja

Share

Bab 60. Membuat Kenangan di Jogja

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-10 12:02:27

"Tapi, sekarang kan, ada kamu. Nanti setelah acara kita jalan-jalan, ya?" katanya sambil menggenggam tanganku, seakan mengerti apa yang aku pikirkan.

"Mas Suma, kalau di Jogja. Enak jalan-jalannya naik motor. Lebih romantis," kataku dengan sudah ada Malioboro, istana, tengkleng, gudeg, yang menari-nari di otakku.

"Sudah sampai. Ayok kita turun!" kata Mas Suma. Dia belum sempat menjawab permintaanku tadi.

Masuk areal pabrik, kami sudah disambut ratusan karyawan dengan antusias. Hari ini, mereka diliburkan dan merayakan kedatangan kami.

Acara langsung dimulai.

Sambutan-sambutan dan memperkenalkanku sebagai istri Tuan Kusuma.

Melihat mereka, tersirat harapan besar di wajah-wajahnya. Dibelakangnya ada keluarga yang harus mereka hidupi, makan, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan. Semua bergantung pada kelangsungan pabrik ini.

Dan, muaranya di pundak Tuan Kusuma.

"Aku tidak sanggup melihat mereka, kalau tidak bisa menghidupi keluarganya. Waktu itu, sudah ada yang menawarkan membe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Siti Masitoh
cemburuannya menyenangkan,lanjut author.....
goodnovel comment avatar
Kasmariah Kadir
lanjut Thor,seruuuu.....
goodnovel comment avatar
Milka Arifin
koinnya bookkkkk ......cpt hbiss nihhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 61. Siapa Wanita Ini?

    Perjalanan tadi sangat menyenangkan, malam hari kami baru sampai hotel. "Kenapa? Pegal?" tanya Mas Suma melihatku memijit kaki. Aku menjawab dengan mengangguk. Antusiasku membuat lupa akan kapasitasku sekarang yang tidak seenergik dulu. "Sini, aku pijit!" katanya. Kakiku langsung ditaruh di atas pangkuannya. Dan memijit dengan pelan dan lembut. "Mas Suma, tidak usah. Itu bukan mijit. Itu meraba. Geli, Mas," kataku dan aku tarik kakiku dari pangkuannya. "Ran, yang kita makan tadi daging kambing, ya?" tanyanya sambil menatapku serius. "Kenapa, Mas?!" tanyaku kawatir. Takutnya dia tidak cocok dengan makanan kaki lima. Gawat, padahal baru pertama perjalanan. Bisa urusan dengan Nyonya Besar. Aduh! "Reaksi makan daging kambing sudah mulai!" "Sakit perut?" tanyaku kawatir. "Iya, yang bawahnya," ucapnya sembari mengerlingkan mata. "Daging kambing, meningkatkan keinginanku akan kamu, Ran," ucapnya sambil mencolek hidungku dan tersenyum jahil. "Mas Suma." "Ran, aku ingin segera

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 62. Abaikan Saja

    "Catherine, perkenalkan ini istriku, Maharani," ucap Mas Suma, sambil menarik tanganku untuk lebih dekat kepadanya. "Maharani, ini Catherine, putri pak Wahono," tambahnya sambil menunjuknya. Kami saling berjabat tangan. Dia membalas senyumanku dengan sekilas, seraya menyebut namanya. Kemudian, kembali mengalihkan pandangan ke suamiku. Tatapannya sekilas seperti dingin terhadapku. Ada ketidaksukaan tersirat di sana. Ah, mungkin perasaanku saja.Pantas saja, dia bukan staff biasa. Ternyata dia putri dari Pak Wahono, beliau pemilik saham terbesar setelah keluarga Adijaya. Kami melanjutkan masuk ke dalam ruangan. Pak Wahono langsung menyambut kami."Ini istrimu Suma! Cantik!" kata Pak Wahono tersenyum ramah.Beliau kelihatan bersemangat, wajahnya segar, badannya tinggi besar dan yang unik, rambutnya berwarna putih semua. Kami berjabat tangan dan diantarkan ditempat duduk yang sudah disiapkan."Nak Suma ini, sudah saya anggap anak sendiri. Saya dan Pak Adijaya, sudah bekerjasama

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 63. Ajakan Nyonya Besar

    "Siapa sebenarnya, Catherine, Mas?" tanyaku ketika kami duduk-duduk di Jalan Asia Afrika. "Kamu, cemburu?" tanyanya sambil tersenyum simpul. Dia menatapku memastikan apa yang ada dipikiranku."Tidak, aku tidak cemburu. Aku hanya tidak suka sama Mas Suma!" kataku ketus."Aku?! Aku tidak berbuat apa-apa. Catherine saja yang agresif, kok aku disalahin?" katanya dengan masih muka tanpa dosa."Aku tidak perduli dengan semua perempuan yang suka dengan Mas Suma! Tapi, kenapa Mas Suma tidak cerita tentang dia sebelum datang ke sini? Jangan-jangan sengaja, ya?!""Sini-sini," kata Mas Suma lembut. Dia menarikku untuk lebih dekat dengannya. Tangannya merangkul pundakku."Dulu aku sering ditugaskan ke sini dan bertemu dengannya. Catherine sudah aku anggap adik. Ternyata, dia mempunyai perasaan lebih kepadaku," jelasnya."Dia kan muda, cantik, pinter, sexy lagi. Kenapa tidak mau?""Ran, aku hanya menganggapnya adik!" ucapnya tegas. "Puncaknya, satu tahun yang lalu. Dia menyatakan keseriusannya ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 64. Zaman Victoria

    "Jangan taruh telormu di satu keranjang," kata Mas Suma ketika aku bertanya, kenapa bidang bisnisnya beragam dan tersebar di banyak kota."Ran, kami ini pebisnis. Dimana ada potensi dan peluangnya bisa kami perbesar, disitulah yang kami garap!" jelasnya. "Apa tidak membuang energi?" tanyaku masih tidak paham. "Ini lebih ekonomis dan menguntungkan, daripada kita membentuk potensi baru," tambahnya.Pantas saja, bidang bisnis disesuaikan dengan potensi daerah. Seperti di Jogja, kerajinan dan furniture dan di Bandung tekstil dan fashion. Entah di Jakarta dan ada juga di Kalimantan, kami belum bicarakan.Perjalanan bisnis ini, memberiku banyak pelajaran. Kalau sebelumnya sekedar teori, dan sekarang aku tahu prakteknya.Banyak pekerjaan rumah yang harus kami diskusi setiba di rumah nanti.*"Mas Suma, kita memakai baju casual ini?" tanyaku memastikan lagi.Baju yang disiapkan untuk kami, baju kaos berkerah dan celana jeans. Tidak seperti biasanya, yang harus memakai baju formal."Iya, in

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 65. Akibat Arisan Sosialita

    Kalau di kampung, arisannya panci, paling keren arisan blender, di sini berlian. Perhiasan yang merujuk kelas si pemakai. Sebenarnya bukan hasil arisan yang membuat mereka berkumpul, tetapi relasi bisnis.Berdua kami sampai di lokasi. Villa asri di tengah kota yang panas. Orang sekaya apa yang punya villa ini, pasti sudah bisa terukur. Di tengah padatnya rumah, dia mempunyai villa bertaman rimbun dan kolam renang yang indah. Semua yang datang menggunakan kostum yang sudah ditetapkan. Kami seperti masuk di masa lain. Ada juga yang menggunakan hiasan rambut bulu-bulu. Unik, seperti pesta kostum.Baru masuk, kami sudah disambut dengan minuman segar dengan hiasan manis berpayung kecil."Selamat datang Nyonya Adijaya!" sambut semua yang kami temui. Nyonya Besar salah satu tetua yang terkenal di sini. Mereka menghormatinya, kalau ada kesalahan pasti akan berpengaruh dengan bisnis yang berhubungan dengan keluarga Adijaya.Nyonya Besar, terkenal dengan ketegasannya.Walaupun sudah berumur

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 66. Kencan Dengan Mertua

    "Doakan semua lancar, ya!" Pagi ini, Mas Suma berpakaian formal. Kemeja lengan panjang berjas dan rambutnya pun disisir rapi. Sekarang aku memasangkan dasinya. Hmm ... aroma ini menjadi canduku. Bau segarnya Mas Suma. Suamiku kelihatan sangat gagah dan berwibawa."Huust ...! Kalau mengagumi suami, kedip dong! Apa masih kurang, yang tadi malam?" godanya sambil meniup wajah ini."I-iya, suami siapa dulu," sahutku sambil mengusap lengan dan dada untuk merapikan jas yang dia kenakan. Pagi ini, Mas Suma dengan team akan meeting terakhir dengan para investor. Informasi dari Desi, acara ini sekalian dengan pengesahan. Jadi kemungkinan kami bisa pulang lebih awal. Aku sudah sangat kangen dengan Amelia. "Mas Suma, nanti siang, Mami mengajakku makan siang. Aku kawatir, disuruh pakai baju aneh-aneh kayak kemarin. Bagaimana, ya?" tanyaku mengingat kejadian yang berakhir dengan kemarahannya."Tidak apa-apa. Mami sudah aku ingatkan. Jangan kawatir!" ucapnya, kemudian menarik kedua tanganku da

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 67. Keanehan Mas Suma

    "Mas Suma ... Mas. Kenapa!?" Tergopoh aku menghampirinya yang terlihat berbaring dengan tangan terkulai ke bawah ranjang. Wajahnya agak pucat dan pandangan mata sedikit redup."Ran, aku lemas," ucapnya lemah. Aku raba dahinya tidak panas. Tangan, kaki normal. Kenapa, ya? Atau?"Mas Suma, sudah makan?""Tadi makan sedikit. Tidak selera. Aku istirahat saja. Ran, kamu duduk sini," katanya menunjuk tempat kosong di dekat kepalanya. Dia memeluk pinggangku sambil tiduran. Sambil mengusap-usap kelapa Mas Suma, aku membuka resep-resep di ponsel. Zaman sekarang sangat mudah, ya. Dulu, kalau mau masak enak harus tanya sana sini. Itupun belum pasti dapat. Sekarang, tinggal klik pilih yang di rasa cocok, dapat dah."Aku mau makan itu," teriak Mas Suma langsung merebut ponselku. Dia menunjuk satu gambar makanan di mangkok, Soto Betawi. Ternyata, tanpa aku sadari dia mengintip apa yang aku lakukan. "Aku mau ini, yuk, sekarang!" teriaknya langsung berdiri. Mas Suma yang beberapa waktu yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 68. Hak Istri

    "Rani, ikut aku!" Tanganku langsung ditariknya untuk masuk ke mobil. Udin, sopir kantor disuruhnya turun dan digantikan olehnya."Mas Suma, kita mau kemana?" tanyaku heran. Tadi, aku mengantarnya ke depan untuk pergi ke kantor. Sekarang, tiba-tiba pindah haluan mengajakku pergi. Dia sekarang suka berubah-ubah.Tanpa memperdulikan pertanyaanku, Mas Suma mengendarai mobil ke arah kantornya. Namun, mobil sudah berhenti sebelum sampai kantor. Mas Suma turun dan membukakan pintu untukku."Ran, turun. Kita sudah sampai. Pegang tanganku selalu, aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan anakku," ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arahku.Dia selalu protektif terhadapku. Apalagi dr. Maria, dokter kandunganku, mewanti-wanti untuk hati-hati mengingat usiaku yang tidak muda lagi. Untungnya, tekanan darahku tidak tinggi. Jadi menurunkan resiko.Kami tiba di sebuah proyek pembangunan gedung yang masih ditutup seng tinggi di sekelilingnya. Sekitar lima blok dari kantor Mas Suma. Tidak terlihat o

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status