Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 65. Akibat Arisan Sosialita

Share

Bab 65. Akibat Arisan Sosialita

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-12 13:08:45

Kalau di kampung, arisannya panci, paling keren arisan blender, di sini berlian. Perhiasan yang merujuk kelas si pemakai. Sebenarnya bukan hasil arisan yang membuat mereka berkumpul, tetapi relasi bisnis.

Berdua kami sampai di lokasi. Villa asri di tengah kota yang panas. Orang sekaya apa yang punya villa ini, pasti sudah bisa terukur. Di tengah padatnya rumah, dia mempunyai villa bertaman rimbun dan kolam renang yang indah.

Semua yang datang menggunakan kostum yang sudah ditetapkan. Kami seperti masuk di masa lain. Ada juga yang menggunakan hiasan rambut bulu-bulu.

Unik, seperti pesta kostum.

Baru masuk, kami sudah disambut dengan minuman segar dengan hiasan manis berpayung kecil.

"Selamat datang Nyonya Adijaya!" sambut semua yang kami temui.

Nyonya Besar salah satu tetua yang terkenal di sini. Mereka menghormatinya, kalau ada kesalahan pasti akan berpengaruh dengan bisnis yang berhubungan dengan keluarga Adijaya.

Nyonya Besar, terkenal dengan ketegasannya.

Walaupun sudah berumur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ruslia Saban
g ada kata lain apa,dikit²" TERIAK"norak banget
goodnovel comment avatar
Warmy Zulliah
aduuuuh....point...point..lanjut...reader
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 66. Kencan Dengan Mertua

    "Doakan semua lancar, ya!" Pagi ini, Mas Suma berpakaian formal. Kemeja lengan panjang berjas dan rambutnya pun disisir rapi. Sekarang aku memasangkan dasinya. Hmm ... aroma ini menjadi canduku. Bau segarnya Mas Suma. Suamiku kelihatan sangat gagah dan berwibawa."Huust ...! Kalau mengagumi suami, kedip dong! Apa masih kurang, yang tadi malam?" godanya sambil meniup wajah ini."I-iya, suami siapa dulu," sahutku sambil mengusap lengan dan dada untuk merapikan jas yang dia kenakan. Pagi ini, Mas Suma dengan team akan meeting terakhir dengan para investor. Informasi dari Desi, acara ini sekalian dengan pengesahan. Jadi kemungkinan kami bisa pulang lebih awal. Aku sudah sangat kangen dengan Amelia. "Mas Suma, nanti siang, Mami mengajakku makan siang. Aku kawatir, disuruh pakai baju aneh-aneh kayak kemarin. Bagaimana, ya?" tanyaku mengingat kejadian yang berakhir dengan kemarahannya."Tidak apa-apa. Mami sudah aku ingatkan. Jangan kawatir!" ucapnya, kemudian menarik kedua tanganku da

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 67. Keanehan Mas Suma

    "Mas Suma ... Mas. Kenapa!?" Tergopoh aku menghampirinya yang terlihat berbaring dengan tangan terkulai ke bawah ranjang. Wajahnya agak pucat dan pandangan mata sedikit redup."Ran, aku lemas," ucapnya lemah. Aku raba dahinya tidak panas. Tangan, kaki normal. Kenapa, ya? Atau?"Mas Suma, sudah makan?""Tadi makan sedikit. Tidak selera. Aku istirahat saja. Ran, kamu duduk sini," katanya menunjuk tempat kosong di dekat kepalanya. Dia memeluk pinggangku sambil tiduran. Sambil mengusap-usap kelapa Mas Suma, aku membuka resep-resep di ponsel. Zaman sekarang sangat mudah, ya. Dulu, kalau mau masak enak harus tanya sana sini. Itupun belum pasti dapat. Sekarang, tinggal klik pilih yang di rasa cocok, dapat dah."Aku mau makan itu," teriak Mas Suma langsung merebut ponselku. Dia menunjuk satu gambar makanan di mangkok, Soto Betawi. Ternyata, tanpa aku sadari dia mengintip apa yang aku lakukan. "Aku mau ini, yuk, sekarang!" teriaknya langsung berdiri. Mas Suma yang beberapa waktu yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 68. Hak Istri

    "Rani, ikut aku!" Tanganku langsung ditariknya untuk masuk ke mobil. Udin, sopir kantor disuruhnya turun dan digantikan olehnya."Mas Suma, kita mau kemana?" tanyaku heran. Tadi, aku mengantarnya ke depan untuk pergi ke kantor. Sekarang, tiba-tiba pindah haluan mengajakku pergi. Dia sekarang suka berubah-ubah.Tanpa memperdulikan pertanyaanku, Mas Suma mengendarai mobil ke arah kantornya. Namun, mobil sudah berhenti sebelum sampai kantor. Mas Suma turun dan membukakan pintu untukku."Ran, turun. Kita sudah sampai. Pegang tanganku selalu, aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan anakku," ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arahku.Dia selalu protektif terhadapku. Apalagi dr. Maria, dokter kandunganku, mewanti-wanti untuk hati-hati mengingat usiaku yang tidak muda lagi. Untungnya, tekanan darahku tidak tinggi. Jadi menurunkan resiko.Kami tiba di sebuah proyek pembangunan gedung yang masih ditutup seng tinggi di sekelilingnya. Sekitar lima blok dari kantor Mas Suma. Tidak terlihat o

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 69. Jatah Istri

    Kabar kehamilanku dua bulan yang lalu, menambah kebahagiaan dikeluarga kami. "Adeknya Kak Amel yang di dalam. Nanti tidurnya sama kakak, ya. Jangan sama Mama. Kalau sama Mama, Papi suka marah," bisik Amelia sambil melirik Mas Suma yang duduk di sebelahnya. Seringkali dia mengajak bicara perutku yang belum begitu besar, ini. Bahagia rasanya, dia menerima kehadiran calon adik dariku.Hampir tiap hari, Amelia tidur di kamar kami. Walaupun, berakhir Mas Suma menggendongnya kembali ke kamar Amelia.Kondisi Mas Suma juga sudah stabil. Tidak ada rasa lemas ataupun mual lagi. Aneh saja, sih. Istri yang hamil, tetapi suami yang nyidam. Hanya, kadang-kadang mendadak dia ingin makan sesuatu yang harus ada saat itu juga. Kalau sudah seperti itu, Pak Maman dan Pak Satpam dibuat kalang kabut. Itu saja yang masih merepotkan sampai sekarang."Ma, Pi, aku turun dulu, ya! Amel ada PR!" kata Amel sambil turun dari ranjang. Kemudian dia berlari keluar."Akhirnya ... !" teriak Mas Suma melihat anakny

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 70. Wujud Sayang

    Sudah beberapa minggu ini, kami makan di luar. Ada saja permintaan Mas Suma dengan apa yang ingin dimakan. Yang membuatnya sebal, sudah sampai tujuan, eh ganti keinginannya. Akhirnya muter-muter lagi, mencari apa yang dia mau. "Nak ..., kamu kok nyiksa, Papi, ya?" kataku serambi mengelus perutku yang sudah mulai sedikit membesar. "Untung yang nyidam aku, Ran. Kalau kamu bagaimana? Sedangkan aku belum tentu ada di dekatmu. Demi kamu dan anak kita, aku rela disiksa seperti ini," ucapnya sambil mengelus punggungku. Kami makan siang di rumah makan Betawi. Mas Suma ingin makan Asinan Jakarta, itu saja yang dia makan, tidak mau yang lain. Padahal, nasi uduk dan ayam gorengnya enak sekali. Dan, soto Betawinya, uuff, endul! Padahal, kedua makanan ini sudah aku pesan untuk memancingnya supaya mau makan nasi.Tapi gagal! Dia malah menghabiskan Asinan Jakarta dua porsi! "Tapi, perutku ini, Ran. Sama-sama ikutan membesar. Itu yang aku tidak suka! Bisa tidak Hot Dady lagi, dong!" ucapnya k

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 71. Mereka Anakku

    "Mama, Kak Wisnu! Say, hai" teriak Amelia sambil mengarahkan ponsel kepadaku. Dia video call dengan Wisnu, anakku. "Hai .... !" ucapku, dan langsung ponsel ditariknya kembali.Selalu begitu, mereka selalu ada saja yang diomongin. Seperti sekarang, Amelia antusias cerita kalau dia baru saja memasak. Dia pamer dengan hasilnya.Mereka, sudah seperti saudara. Kadang-kadang bercanda, terus mengejek, akhirnya marahan. Tapi, besuknya akur lagi."Halo Honey, sudah matang, ya? Aku lapar," kata Mas Suma menghampiri kami."Wisnu?" tanyanya berbisik, menunjuk ke arah Amelia. Aku mengangguk mengiyakan. Mas Suma langsung menghampiri Amelia dan menyapa Wisnu."Hai, Wisnu. Sudah makan, kamu? Kapan kamu ke sini lagi? Om tidak ada temen main catur!" kata Mas Wisnu, langsung sabotase ponsel dari tangan Amelia. Yang merasa terganggu langsung merengut."Wisnu sudah makan, Om. Tadi di kantin bawah. Sekarang masih banyak-banyaknya tugas kampus, Om. Kalau ada kesempatan, pasti Wisnu ke sana!" "Setiap mingg

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 72. Semua Laki-Laki Sama

    "Hari ini, aku ke Gallery ya, Mas. Aitu, menjemputku," kataku sambil merapikan dasi Mas Suma."Baiklah. Hari ini, aku ada meeting sampai siang saja. Kamu nyusul ke kantor, kita pulang bersama," ucapnya dengan menengadahkan kepala memberi ruang untukku untuk membenarkan ikatan dasinya."Meetingnya sama Pak Wahono Bandung, ngomongin perluasan produksi tekstil. Aku ingin tekankan yang pernah kamu katakan dulu. Sekalian susun strategi pengembangan," tambahnya.Suamiku dengan kemeja birunya terlihat berpenampilan rapi. Apalagi nanti dipasangkan dengan jas warna hitam.Selalu begitu ketika meeting ataupun bertemu tamu, karena itu wujud dari penghargaan terhadap yang datang dan keseriusan kita untuk bekerja."Hari ini, Mas Suma kelihatan rapi. Apa karena meeting dengan Pak Wahono atau karena mau bertemu Catherine? Kok dandannya lebih keren, ya?" tanyaku sambil memicingkan mata.Catherine, anak Pak Wahono yang juga bekerja di perusahaan itu. Dia pernah terang-terangan suka dengan Mas Suma, te

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 73. Perhatian yang Menggoda

    Wajahku langsung membeku. Kaki dan badanku terasa lemas. Melebihi rasa sakit, yang aku rasa sekarang ini. Rasa ini, sama ketika menerima foto-foto Mas Bram dengan keluarga barunya. Seperti luka lama yang tertoreh kembali. Dan, sekarang.Mas Suma yang aku percaya ternyata juga sama.*"Bu Rani! Ada apa!" teriak Aitu tergopoh menghampiriku yang terduduk lemas di kursi tunggu. Dia langsung menjemputku setelah aku menghubunginya."Saya merasa tidak sehat, lebih baik saya pulang!" kataku dengan nada datar. Aitu, langsung membawaku menuju rumah. Sepanjang perjalanan, aku teringat dengan yang aku lihat tadi. Pasti wanita itu Catherine. Dari perawakannya yang terlihat kurus tinggi, rambut panjang dan kulit putih. Maksudnya apa, coba! Di kantor, gendong-gendongan. Mas Suma, juga. Dia mau-mau saja.Laki-laki kalau bertemu jidat klimis, sama aja. Tidak bisa dipercaya! Baru saja tadi pagi dia bicara manis denganku, sekarang sudah lupa.Huuft .... !Dadaku masih terasa sesak. Dalam keadaan sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status