Home / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 560. Temani Bicara

Share

Bab 560. Temani Bicara

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2023-05-31 14:39:10

“Ma ….” Suara Wisnu di depan pintu kamar. Aku yang sedang merapikan kerudung, menoleh ke arahnya. Wajah anakku terlihat tidak semangat. Bibirnya mencembik dengan sorot mata tidak bersemangat.

“Kenapa, Kak Wisnu. Sini masuk,” ucapku sambil menggerakkan dagu ke arah kursi di sebelahku.

Ini sudah hari kedua Amelia dan Rima pulang dari rumah sakit. Ada perubahan jadwal liburan, yang awalnya akan berkeliling di pulau ini dengan rombongan undangan, akhirnya kami melepaskan diri dari kegiatan itu. Teman-teman Mas Suma memaklumi, bahkan mereka menunjukkan keprihatinan.

Elysia pergi dengan rombongan, sedangkan Kevin memilih menemani Amelia yang terlihat semakin berulah kepadanya. Yang menjadi pikiranku sekarang adalah Rima. Dia masih belum pulih dan masih ragu dengan dirinya sendiri.

Pulang dari rumah sakit, kami membuka villa satu lagi. Wisnu, Amelia, dan Rima aku jadikan satu di bangunan yang tepat di villa yang aku tempati. Tentu saja dengan banyak aturan yang aku tetapkan.

“Mama. Tol
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 561. Kejutan Ringan

    Saat wadah itu penuh, apapun yang dimasukkan akan tumpah. Menjejalkan apapun, hanya berakhir pada sesuatu yang sia-sia. Makanya kurangi dulu, setelahnya bisa memungkinkan diisi apa yang kau mau.Seperti keadaan Rima. Isi kepalanya sudah dipenuhi dengan rasa tidak percaya diri, tidak bernilai, kecewa, sedih, bahkan benci terhadap dirinya sendiri. Saat dia tidak menyisihkan semua itu. Apapun nasehat atu ucapan untuk menyemangatinya, semua akan terpental.Aku menceritakan tentang kisahkan, untuk menyamakan posisi kami. Memberi start di posisi nol. Kemudian menyadarkan dia, bahwa masih banyak orang yang melebihi kemalangannya, dan mampu untuk bangkit.Dia mulai bisa diajak bicara. Kami bertukar pikiran, yang ternyata dia tidak sedangkal perempuan yang hanya mengendalkan kecantikan. Terlebih saat dia menilik buku yang ada di pangkuanku. Buku terjemahan The Secret yang membahas kehidupan secara global.“Kamu tahu kita ini magnet terkuat di semesta?”Dia menggeleng.“Di dalam diri kita itu a

    Last Updated : 2023-05-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 562. Penolakan

    Tidak ada yang membahagiakan, melebihi saat didampingi orang yang kita sayangi. Tidak ada yang menguatkan, yang mengalahkan semangat dari orang terdekat. Ini memang terlihat ungkapan sederhana, tetapi aku yakin Rima membutuhkan ini. Terlebih saat semua itu tertuang di benda ini.Pilihanku sudah mantap. Kalau aku memberikan kejutan bunga, itu hanya indah dalam hitungan waktu. Selebihnya akan layu dan hanya berbekas kalau diabadikan di kamera. Tapi, kedua benda ini akan menjadi penguat antara aku dan dia.“Rima kemana, Mel?” Aku melongokkan kepala ke kamarnya yang masih terlihat rapi. Tidak ada bekas dia berbaring di ranjang. Kain sprei masih terlihat kencang, dan selimutpun tetap di tempatnya.“Eh, Kak Wisnu. Tadi Kak Rima mencari Kakak ke rentoran. Katanya dia akan di tempat tadi saat bertemu Mama. Terus, pesannya lagi, dia ada catatan di kamar Kak Wisnu,” jawab Amelia yang melongokkan kepala dari dalam kamarnya.Segera, aku menuju kamarku. Tidak aku pedulikan teriakan dia yang menany

    Last Updated : 2023-05-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 563. Cantik, ya?

    “Bagaimana? Sudah tenang, Sayang?”Rima aku baringkan di sunbed. Napasnya mulai teratur setelah dia berbaring dan aku pasangkan ear phone di telinganya.Benda ini yang aku persiapkan untuknya. MP3 player yang berisi lagu-lagu kesukaan kami. Karenanya, aku menghabiskan waktu untuk memilah lagu yang membangkitkan semangat dan kenangan manis kami berdua.Dia membuka mata dan mengangguk menjawab pertanyaanku. Namun, kenapa matanya justru mengeluarkan buliran air mata?“Kenapa, Rima? Aku tadi keterlaluan, ya? Maafkan aku, ya?”Dia menggeleng, kemudian beranjak duduk dan memelukku erat. Dia menangis sambil mengucapkan kata maaf, terima kasih, dan menyatakan bahagia.Ada apa ini? Benar yang dikatakan Papi Kusuma, wanita itu makhluk yang membingungkan. Sedih nangis, dan sekarang bahagia, masih tetap mengeluarkan air mata. Benar-benar aku membutuhkan kamus atau primbon rahasia wanita.“Rima. Jangan menangis. Nanti dipikir aku menganiaya kamu, lo.”“Mas Wisnu. Ini bukan air mata kesedihan, tet

    Last Updated : 2023-05-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 564. Tenang

    “Mas Suma apa-apa, sih!” Aku mengibaskan tangan untuk melepaskan dari cengkeramannya.Suamiku ini benar-benar tidak mau melepat tanganku kalau belum tiba di villa. Di jalan tidak dilepaskan sedetikpun genggamannya, bahkan semakin dipererat saat aku meronta.Aku menghempaskan diri di atas ranjang, kesal pada semua orang. Ya Wisnu, Rima, dan juga Mas Suma. Mereka bermesraan seakan tidak mendengar apa yang sudah aku katakan selama ini. Kesalku masih membuncah.“Mas Suma. Aku itu juga pernah muda. Pernah juga jatuh cinta. Tapi tidak sampai bermesraan seperti mereka itu. Keterlaluan!” seruku dengan tangan meremas lipatan selimut.“Ran. Mereka itu baru baikan. Sama-sama melepas kerinduan setelah mengalami masalah berat. Aman, kok,” ucap Mas Suma santai.“Aman bagaimana? Kalau mereka kebablasan bagaimana, Mas? Huft, Mas Suma tidak mikir jauh sampai sana. Aku yang sebagai ibunya ketar-ketir. Kalau Wisnu sampai merusak anak orang bagaimana?”Aku mendengus kesal. Orang yang aku ajak bicara just

    Last Updated : 2023-05-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 565. Liburan

    Liburan itu apa, sih? Sekadar tidak bekerja dan tidak melakukan kegiatan rutinitas? Kegiatan pergi jauh dari rumah ke tempat yang belum dikunjungi, dan berakhir dengan tubuh penat. Makan-makan dan belanja, kemudian berujung pada tagihan kartu kredit yang over limit. Atau …. tidur seharian menikmati nyamannya peraduan serta merajut beberapa episode mimpi. *** “Akhirnya kita benar-benar liburan!” seru Mas Suma. Dia berdiri dengan merentangkan kedua tangan, matanya terpejam dengan kepala menengadah. Tidak ketinggalan senyuman, seakan bersiap menerima angin laut yang mengibarkan anak-anak rambut. Baju setelan berpotongan lebar, berkibar menguarkan kenyamanan. Aku berkedip kepada Amelia yang juga memperhatikan Papinya itu. Aku dan Amelia sedang menyiapkan makanan di meja yang diletakkan di tengah-tengah alas lebar. Di atas pasir. Kami sekeluarga berencana seharian menikmati kebersamaan di pantai yang masih wilayah dari villa. Harapannya, pikiran ini re-fresh setelahnya. “Ma!” Amelia

    Last Updated : 2023-06-03
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 566. Are you happy?

    Senyuman ini tidak mampu lepas dari wajah ini. Aku menatap mereka yang mengelilingi meja makan. Denish enggan terpisah dari Wisnu, sedangkan Anind tidak mau kalau tidak makan bersama Rima. Sedangkan Amelia tidak bosan-bosannya mengganggu Mas Suma. Kami makan bersama sambil berbincang. Sesekali terdengar gelak tawa saat banyolan dilontarkan.“Kak Rima dan Kak Wisnu harus jaga mereka seharian, ya. Sampai mereka tidur. Sekalian untuk latihan,” celetuk Amelia.“Kalau Kak Rima asyik asyik saja bersama Anind. Dari dulu pingin punya adik, tapi tidak keturutan,” jawab Rima sambil menyuapi Anind.“Iya. Nanti kita bikin sendiri,” ucap Wisnu disambut wajah merah padam gadis berwajah oriental itu. Dia menyenggolkan siku sambil melotot ke arah Wisnu.Debur ombak di sebelah sana, dan suara burung yang beriringan dengan angin semilir, seakan ikut merayakan kebersamaan ini. Makan bersama di alam terbuka ternyata mendatangkan suasana lain. Kebahagiaannya lebih terasa. Anak-anak bercengkrama, dan sese

    Last Updated : 2023-06-04
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 567. Perbincangan Dengan Wisnu

    Aku merasa sudah memenuhi apa yang dibutuhkan wanitaku, Maharani. Materi, keluarga, dan juga fasilitas pribadinya. Apa yang ingin dia lakukan asal bertanggung jawab, aku persilakan. Bahkan aku mendukung penuh.Namun pertanyaannya, apakah dia bahagia?Tidak bosan-bosannya aku bertanya kepadanya. Tingkat kebahagiaan seseorang dari hari ke hari berbeda. Dulu saat mendapatkan Denish, itu adalah kebahagiaan karena buah cinta kami. Sekarang setelah anak-anak besar, rujukan kebahagiaan mulai bergeser. Terlebih setelah Wisnu dan Amelia beranjak dewasa.Dahulu, keduanya adalah tanggung jawab Maharani, sekarang dilimpahkan kepadaku terutama Wisnu. Karenanya, setelah makan bersama kami mencari tempat berdua, menjauh dari mereka yang berseda gurau di pantai.“Rupanya kamu sudah mantap dengan Rima,” ucapku membuka percakapan.Mata Wisnu yang sedari tadi tidak lepas dari gadis yang berkulit putih itu, menoleh ke arahku. Wajahnya menunjukkan senyuman malu-malu. Terlihat jelas, dia benar-benar sedang

    Last Updated : 2023-06-05
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 568. Lanjut?

    Papi Suma seakan tahu apa yang bergejolak di hati ini. Perkiraanku, dia akan marah bahkan menghujat karena ketidaktegasanku yang terkesan tidak mengupayakan cita-cita. Aku sudah siap menerima itu. Karena selain sebagai pengganti posisi sebagai ayah, dia juga menjadi sponsor yang membiayai proyek yang aku cita-citakan. Namun yang aku dapati, dia justru tersenyum dan mengusap punggung ini.“Yang dirasakan Pak Bram itu wajar. Orang tua mana yang tidak ingin bersama dengan anak yang dicintainya. Kamu harus mengeti itu. Posisikan dia di tempat yang seharusnya. Walaupun kalian selama ini terpisah, tetapi tetap dahulukan dia karena dia ayah kandungmu.”“Papi?!”Dia mengangguk dan tersenyum. “Papi tidak apa-apa. Sepeti kehidupan pribadimu sekarang. Apakah kamu sudah sempat mengenalkan Rima ke Pak Bram?”Aku menggeleng.Bukannya malu atau bagaimana, posisi Papa yang sedang banyak pikiran karena perkerjaan dan perkawinannya membuatku menunda. Walaupun sebenarnya ada kekawatiran kalau Rima goyah

    Last Updated : 2023-06-06

Latest chapter

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status