Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 520.  Jangan Izinkan

Share

Bab 520.  Jangan Izinkan

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-12 16:54:33
Hampir semua orang ingin berlibur di Bali. Tidak hanya orang kita, orang manca negara pun menaruh Bali sebagai pilihan tujuan berpergian. Aku menatap ke sekeliling, menikmati wajah-wajah ceria yang bersiap melepas penat. Berbanding terbalik dengan yang aku rasakan, aku justru membutuhkan keberanian lebih untuk menapak lagi di sana.

Kaki ini melangkah memasuki pesawat. Seperti dulu, saat pertama aku menjadikan Bali sebagai tujuan. Dulu aku dan Mas Bram sama-sama masih muda dan miskin pengalaman. Hanya berbekal nekadlah, kami bisa menghadapi masalah dunia.

Itu dulu.

Bedanya, sekarang aku bersama Mas Suma, lelaki terakhirku. Di belakang, mengekori Amelia dan kedua pengasuh bersama balitaku. Mereka bukti kalau aku sekarang baik-baik saja, bahkan lebih berbahagia.

“Ran …?”

“Saya duduk sama anak-anak. Denish dan Anind merengek.”

“Trus aku?”

“Mas Suma duduk bersama Amelia,” ucapku sambil mengarahkan pandangan ke bangku berjajar dua.

“Kita berpisah?”

Aku tertawa. “Mas Suma. Ini lo k
Astika Buana

Hai apa kabar? . Semoga sehat dan bahagia selalu. Ikuti cerbung baru berjudul: Bukan Wanita Idaman Suamiku.

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya    Bab 521.  Ngambek

    “Kevin! Selalu begitu. Apa-apa telat.” Amelia melipat tangannya di depan dada, bibirnya cemberut dengan melepar tatapan kesal kepada pemuda itu. “Selamat datang, Tante Rani, Om Kusuma,” ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke kami. Dia berbincang menanyakan kabar kepada Mas Suma. Aku tersenyum setelah mendapati Amelia yang semakin cemberut. Sambil menyenggol lengannya, aku berbisik. “Tadi ditunggu. Sekarang datang, malah dicemberutin.” “Kesal, Ma.” “Sudah. Ini kan liburan. Jangan merugi dengan cemberut yang mengurangi rasa senang. Mama ajak Papa sekarang. Kalau dibiarkan, ngobrolnya tidak selesai,” ucapku kemudian menghadapkan dia kepadaku. “Ayo. Anak Mama tidak boleh cemberut. Senyum.” Dia menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan. Senyuman yang memaksa. “Mas Suma. Aku kita berangkat sekarang. Denish dan Anind sudah berangkat duluan.” Aku menepuk lengan suamiku, memaksa dia untuk menyudahi obrolannya. “Loh, terus Amelia?” Mas Suma menunjuk Amelia yang bersiap dengan ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-13
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 522. Begitu Indah

    “Sudah dingin kan hatinya?” Aku melengos. Aku tidak menyerah. “Makasih minumannya. Tapi ini tidak menghapus dosamu.” Dia tertawa kecil. “Iya aku mengerti. Dengar, ya, Amel. Tadi itu aku surfing. Tidak mungkin aku angkat telpon.” “Tapi setelahnya kan bisa menjawab pesanku. Iya, kan?” sahutku tidak terima alasan yang terdengar mengada-ada. “Iya. Aku salah. Aku pikir, kita kan sebentar lagi ketemuan. Maafin, ya?” ucapnya sambil menjulurkan tangan. “Maaf dikit,” ucapku sambil menyambutnya. “Gitu, aja?” “Terus. Apa lagi?” tanyaku dengan kening berkerut. “Senyum, Mel. Nanti dipikir orang-orang kita bertengkar,” ucapnya sambil menelengkan kepala dengan tatapan lekat ke arahku. “Biarin,” ucapku sambil mengalihkan pandangan ke jendela kaca. Apa dia tidak sadar kalau kelakuannya menggangguku? “Senyum dikit, ajah.” “Apaan, sih,” seruku sambil melambaikan tangan di depan wajahnya. Senyum ini mengembang dengan sendirinya. Marahan sama orang ini, aku tidak bisa lama. Padahal dari ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 523.  Salah

    Katanya, kalau menyukai seseorang karena penampilannya, itu tidak akan bertahan lama. Orang yang kaya, bisa miskin. Begitu juga wajah tampan, nantinya akan keriput di masanya. Aku mengerti itu. Namun, yang di sebelahku ini mempunyai pesona yang mulai mengusik hati. Di sinilah kami, di pantai Seminyak untuk rehat sebentar menikmati es krim. Kami duduk di atas pasir dengan bertelanjang kaki. Pantai ini banyak juga pengunjungnya, tetapi tidak sepadat di pantai Kuta. Restoran berjajar di seberang jalan, sedangkan di pantai banyak pengunjung bermain pasir dan mandi di pantai. “Kevin!” “Apa?!” jawabnya sambil menoleh. Aku berhasil mengambil foto selfi dengan latar belakang dia yang kaget. Matanya membelalak dengan mulut terbuka. Ekspresi terkejut yang terlihat jelek, walaupun tetap meninggalkan jejak ketampanan. “Sudah!” ucapku setelah memposting status dengan caption: Liburan di Pulau Dewata dengan sahabat yang jelek. “Kamu posting foto kita barusan?” tanyanya sambil menikmati es krim

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 524.  Spesial

    “Ingin makan apa gitu?” tanya Kevin sambil menjalankan mobil dengan pelan.Jalanan yang dipenuhi pejalan kaki, memaksa pengendara untuk hati-hati. Wisatawan tidak hanya terlihat berjalan, tetapi beberapa mengunakan sepeda motor. Mereka bersantai dengan menggunakan baju pantai dan bertelanjang kaki yang penuh dengan pasir.“Tidak.” Aku bersendekap, tubuh sedikit miring ke arah jendela. Enggan radanya melihat Kevin, kesal sekaligus malu. Bisa-bisanya aku bersikap bodoh seperti tadi.“Tidak lapar? Tadi kan cuma minum dan es krim.”“Dibilangin tidak.”“Di sini makanannya enak-enak, lo. Pizza pun rasanya authentic. Karena yang bikin orang asli Italy. Begitu juga spagetti, salad, dan juga burger yang dari sono. Chef nya dari luar, pemiliknya juga,” jelasnya tanpa merasa bersalah kalau yang membuatku kesal adalah dia.Seandainya tidak mendapati foto tadi, seharusnya aku bisa berkulineran dulu. Daripada buru-buru ke villa dan beramah tamah dengan teman-teman Papi. Ngobrol dengan mereka, ditu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 525. Tidak Kuat

    “Apa kurang jelas yang sering aku lontarkan kepadamu, Mel?”Aku tersenyum, menatapnya sambil memastikan kesungguhan. Bukan kesungguhannya, tetapi kesungguhanku. Apa aku siap berjalan bersama dengan laki-laki yang banyak dipuja oleh perempuan. Memang Kevin tidak menunjukkan laki-laki yang genit, mengobral rayuan gombal ke sana-sini. Namun, diamnya dia sudah menjadi daya tarik tersendiri, apalagi kalau dia tersenyum. Perempuan mana pun pasti akan mengsalah artikan.Nantinya, bukannya tidak mungkin ada Angel yang lain, yang memberi tatapan mendamba ke laki-laki di depanku ini.Sebenarnya, kalaupun aku mempunyai pacar, inginnya yang bertampang tidak terlalu tampan di depanku ini. Bayangkan kalau ada orang yang menyatakan suka kepada pacar kita? Wah, bisa jantungan.“Jelas banget,” ucapku memantik senyuman darinya. “Tapi lebih jelas kalau pizza ini sangat lezat!” seruku sambil melebarkan mata dan tertawa. Aku menyodorkan satu potong pizza kepadanya, kemudian mengambil untuk diriku sendiri.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 526. Tanda

    Kepala yang memerintahpun kehilangan kuasa, dan semua indera seakan berjalan sendiri. Tidak ada akal apalagi pemikiran yang berpijak pada jati diri. Kami berdua tunduk pada dorongan primitif yang mulai menguasai. Semakin tidak bisa berkutik, terlebih lari. Entah terlempar kemana spatula yang dia pegang tadi. Seperti bahan bakar yang tumpah dan sekarang terpantik api, kamipun sama-sama terbakar api gairah. Sarung tangan yang dia kenakan pun tidak sempat terlepas. Tidak peduli dia menggenakan celemek, dan adonan tepung yang perpindah di leher ini, kami pun saling berpagut. “Rima. A-aku …,” ucapku sesaat setelah mengambil jeda untuk meraup napas. Mata ini menatapnya dengan sendu. Sejuta keinginan untuk melahap habis wanita indah di depanku ini. Dia begitu indah dan mulai mencaduiku. Otak sadarku seperti memberi tanda kalau dialah yang patut untuk didamba. Ingin berontak pada keinginan ini, tapi aku seperti terlumpuhkan dengan bibir merah yang sedikit terbuka ini. ‘Aku tidak sanggup,’

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 527. Perjodohan

    Apa salah kalau sebagai orang tua ikut campur memilih jodoh untuk anak? Seperti aku yang mengharapkan Amelia mendapatkan pasangan yang tepat. Memang tidak untuk disegerakan sekarang. Namun, bukankah lebih baik dia mendapatkan cinta satu kali dalam hidupnya. Tentu saja, itu yang terbaik dari pilihan yang baik.Seperti sekarang ini. Aku berbicara dengan Elysia. Aku, dia, dan Hendra, duduk di meja bar, menghadap pemandangan kolam renang yang seakan bersambung dengan samudra.“Suamiku titip salam untuk kalian. Sebenarnya aku juga marah kepadanya karena di hari ulang tahunku, dia justru mementingkan bisnis. Namun, aku mendapatkan hadiah besar darinya, mengundang kalian semua,” ucap Elysia sambil memandang aku dan Hendra bergantian.Maharani menemani Denish dan Anind. Mereka masih beradaptasi dengan lingkungan baru. Sedangkan Jenifer mengikutinya. Katanya, sekalian latihan kalau nanti secepatnya mendapatkan momongan.“Kita bisa mengenang masa-mas sekolah dulu.”“Sekalian melupakan berapa us

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 528. Ketahuan

    “Apa yang kalian inginkan sebenarnya? Ingin segera diresmikan hubungan kalian?” Aku langsung melontarkan pertanyaan. Mata ini memindahi mereka, Wisnu dan Rima yang duduk tepat di depanku.*“Wisnu. Kenapa kamu tidak ke villa? Tidak kangen dengan mama dan adik-adik kamu?”“Besok, Pi. Wisnu masih ada pekerjaan.” Jawaban yang memantik kesal di hati ini. Tidak pernah aku merasa kesal kepada anak ini. Aku selalu membanggakan dengan kepintaran dan kepatuhannya. Namun, kenapa kali ini dia teledor?“Pekerjaan apa sampai kamu tidak sempat menyambut kedatangan Mama kam? Dia sudah berusaha memaksakan diri untuk menginjakkan kaki di tempat ini? Apa kamu sibuk dengan Rima?” ucapku langsung to the point .Setelah sambungan telpon Pak Santoso Lee terputus, hanya satu yang ada di pikiran ini. Menuntut jawaban ke Wisnu. Memang dia bukan anak kandungku, tetapi dia adalah tanggung jawabku. Hitam putih yang dia lakukan, merupakan cerminan apa yang kami bekalkan kepadanya. Apalagi ini menyangkut anak ora

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-17

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status