Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 383. Tidak Boleh Bilang

Share

Bab 383. Tidak Boleh Bilang

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-24 14:20:57

Aku menghormati keputusan suamiku. Dia membutuhkan ruang dan waktu untuk berdamai dengan apa yang terjadi, seperti aku dulu. Proses menerima penghianatan Mas Bram membutuhkan waktu yang lama, dan tidak mudah. Karenanya, aku mewanti-wanti Amelia supaya tidak keceplosan lagi.

“Jadi Amelia tidak boleh bilang nama Tante Rita?”

“Sst…!” Spontan jari telunjukku mengajung di depan bibir. Baru saja aku mengatakan jangan keceplosan, dia justru mengulang kesalahannya lagi. Dia pun seperti terkejut, dan buru-buru membungkam mulut dengan tangan.

Dalam hati aku ingin tertawa, melihat mata bulat Amelia yang mengerjap. Dia beringsut mendekat sambil berbisik. “Maaf, Ma. Aku keceplosan lagi bilang__” Ucapannya terhenti saat sekali lagi aku mengacungkan jari telunjuk.

Dengan wajahnya yang polos dia menggerakkan jari di depan mulut, pertanda tutup mulut.

“Kalau begitu Amel berangkat saja dulu, ah. Sebelum ketemu Papi. Sarapannya Amel bungkus saja, ya?” ucapnya kemudian beranjak dari duduk. Dia mengambil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
maharani ibu yg baik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 384. Menuju Dewasa

    Ada yang bilang masa SMA, masa yang paling indah. Mungkin ini dikarenakan, ini masa terakhir mereka disebut remaja. Dimana kesalahan bisa dimaklumi dan dibenarkan tidak dengan hukuman. Masa terakhir memiliki kebebasan, yang nantinya menuju menjadi orang dewasa yang sudah memikul tanggung jawab penuh.Hari ini hari perpisahan. Perayaan sebagai tanda menuju tahapan berikutnya. Tinggal menunggu pengumuman hasil tes untuk melanjutkan sekolah.Amelia sudah bersiap. Team Claudia didatangkan untuk merias Amelia. Dandanan yang cantik, tetapi tidak meninggalkan usia. Dia mengenakan kebaya modern dengan potongan sederhana tetapi elegan. Ciri khas design butik milik Claudia.Tidak hanya aku dan Mas Suma yang mendampingi acara ini, Nyonya Besar juga ikut.“Mami, undangan untuk orang tua hanya untuk dua orang.” Mas Suma berusaha memberi pengertian, tetapi mertuaku tetap bersikukuh. Saat itu kami datang mengunjungi Mami untuk mendengarkan lantunan lagu ciptaannya.“Mas Suma. Kalau begitu Mas Suma d

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 385. Bertemu Keluarga Rangga

    “Amelia ingin apa? Eyang akan beri apapun.” Nyonya Besar mengulurkan tangan, meraih kepala Amelia yang menjulang. Memakai alas kaki berhak tinggi, membuatnya lebih tinggi.”Eyang jangan gini. Amel malu,” ucap Amelia sambil menggerakkan kepala ke pasangan Atmaja. Pasti dia tidak mau dikatakan manja oleh orang tua Rangga.Aku dan Mas Suma saling bersitatap, tersenyum melihat Amelia yang sudah menjadi gadis.“Oh, ini putrinya,” seru Pak Atmaja.“Iya. Ini anak saya. Tingginya sudah sesaya.” Mas Suma merangkul Amelia, terlihat gerakan Amelia yang sedikit menjauh.“Iya. Kadang kita tidak sadar kalau sudah tua,” celetuk Pak Atmaja sambil tertawa. Mereka terlihat berusaha mencairkan suasana. Kalau dilihat gayanya, mereka mirip. Kaku menghadapi orang baru, walaupun entah nantinya kalau sudah saling kenal.“Malam, Om, Tante,” ucap Amelia sambil mengangguk hormat.“Oh, ini Amelia temannya Rangga,” ucap wanita ayu berkulit putih itu.“Kamu tahu?”“I-iya. Rangga beberapa kali dijemput dan minta iz

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 386. Kesalnya Amelia

    Hatiku kesal, sungguh kesal. Yang di hadapanku berbeda sekali dengan yang diucapkan beberapa waktu lalu.“Aku paling tidak mau membuang waktu bersenda gurau tidak jelas. Apalagi dengan perempuan.”“Termasuk denganku?”“Kamu pengecualian, Amelia. Kamu tahu kan, bagaimana aku terhadapmu?”Ucapannya yang membuatku bangga dan hati ini berbunga-bunga seketika. Siapa yang tidak suka saat idola sekolah menspesialkan diri ini. Dia tidak hanya keren, tetapi juga pintar. Yang membuatku tidak bisa berpaling darinya, adalah sikap gentelmen. Kalau ingat dia dengan beraninya menghadapi Papi yang terkenal galak. Dia nyatakan kalau ingin berteman lebih dekat denganku. Senyumku langsung tercipta kembali dengan sempurna, walaupun terasa geli karena ingat kejadian setelahnya.Namun yang aku dapati di perpustakaan, dia berduaan dengan Siska. Saat itu sudah tidak ada pelajaran, kami mengisi waktu dengan ke kantin dan aku memilih ke perpustakaan. Mereka berbincang, bahkan bibirnya menyunggingkan senyuman

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-25
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 387. Niat Nyonya Besar

    Bukan Nyonya Besar kalau tidak membuat kejutan. Niatnya membuat syukuran kecil-kecilan, ternyata tidak seperti yang aku bayangkan.“Pokoknya ya, Ran. Semua aku atur. Kalian tinggal beresnya saja.”“Saya bantu ya, Mami?”“Tidak usah.”“Mami tidak capek?” tanyaku melalui video call. Padahal Amelia sempat melontarkan kalau enggan melakukan perayaan yang berlebihan. Ini dikarenakan dia masih menunggu pengumuman kelulusan test masuk sekolah.“Aku itu kalau diam saja, justru capek. Seperti tidak ada gunanya. Pokoknya, ini saya buat perfect! Spesial untuk cucuku Amelia!” serunya seraya menunjukkan ibu jari.“Em….”“Ada apa, Ran?”“Amelia sempat bilang ke saya kalau tidak mau pesta besar.”“Oh itu. Dia juga ngomong sama Mami. Pokoknya beres. Mami hanya mengundang orang terdekat. Serahkan kepada Mami!”Kalau sudah seperti ini, apalagi sudah keluar kata ‘pokoknya’. Ibaratnya ada perang dunia ketiga pun, tidak bakalan menyurutkan niat mertuaku itu.Baru saja aku menyudahi pembicaraan dengan Nyon

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 388.  Siapa yang Gombal?

    “Mama….” Amelia menatapku, seakan meminta pertimbangan dan aku mengangguk sambil menunjukkan telapak tangan. Memintanya untuk tenang.Perkiraanku meleset. Nyonya Besar bisa menghadirkan Rangga tanpa menghubungiku atau mencari tahu kepada Amelia. Aku lupa kalau mertuaku ini mampu berbuat apapun asal dia berniat.“Dia Rangga. Teman sekolah Amelia,” sahut Nyonya Besar menjawab pertanyaan Ibuku.Aku akui, Rangga memang mempunyai prilaku yang baik. Dengan tenangnya dia menuju Nyonya Besar, bersalaman termasuk dengan kami semua yang hadir. Dari penampilannya, terlihat jelas kalau mertuaku tidak sekadar mengundang. Dia juga mengirim pakaian seperti yang kami kenakanm hanya warnanya berbeda. Rambutnya disisir ke belakang, yang menunjukkan kedewasaannya. Aku akui, dia anak muda yang tampan.“Eyang mengundang dia?”“Iya. Dia sebagai wakil dari teman-temanmu di sekolah. Ya, Nak Rangga?” Amelia melotot ke arahnya. “Bukannya kamu selalu sibuk di rumah? Kamu sebentar saja, terus pulang.”“Loh, Nak

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 389.  Bahagianya Mempunyai Kakak

    Makanya aku dulu sering kesal mendengar teman-teman yang menceritakan keseruan dengan saudaranya. Namun terlahir di keluarga yang hanya ada Papi dan Eyang, membuatku akrab dengan kesendirian. Aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama suster, pelayan, dan selebihnya hanya dengan ponsel.Itu pun sering kesal saat bersliweran di beranda media sosial tentang keluarga. Indahnya rasa kekeluargaan, kasih sayang, bahkan kekesalan karena berselisih paham. Aku melihatnya menjadi penasaran, karena aku tidak memiliki siapapun. Papi sibuk dengan perusahaan, sedangkan Eyang tak kalah sibuknya.Akan tetapi itu dulu, sebelum Mama datang di keluarga ini. Terlebih dengan kedatangan Kak Wisnu.Hidupku lebih berwarna. Seperti teman-teman lainnya. Aku sungguh menikmati diomeli Kak Wisnu, atau dilarang ini dan itu. Aku merasa, itulah kebahagiaan bersaudara yang sebenarnya. Seorang Amelia memiliki seseorang yang siap membela dan memastikan aku baik-baik saja.Seperti sekarang.Kak Wisnu berhadapan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 390. Romansa Anak Remaja

    Entah sejak kapan Eyang mengenal Rangga. Setahuku, mereka hanya bertemu saat acara di sekolah malam itu. Sebenarnya, pertanyaan sudah berjubel di kepala ini semenjak dia menampakkan diri di awal tadi. Apa Eyang mencari tahu tentang Rangga? Atau, bahkan Rangga dipanggil oleh Eyang?Kecurigaanku sebenarnya berawal dari baju yang dikenakan oleh Rangga. Aku tahu benar baju apa yang selalu dia kenakan, bahkan hapal. Kalau tidak kemeja flanel kotak-kotak, ya kaos berkerah garis-garis, selebihnya hanya kaus oblong. Pernah aku berseloroh tentang penampiannya.“Baju kamu ini ada doanya, ya. Atau, ada syarat supaya kamu pintar? Sampai-sampai tidak ganti-ganti?”“Memang bajuku untuk keluar hanya ini saja,” jawabnya dengan santai.Kala itu aku berpikir, membandingkan dengan kebiasaan di keluarga. Setiap ada acara selalu membuat baju baru, itupun keluaran dari butik. Katanya, karena sering mengikuti berpindah tugas ayahnya yang tentara, jadi keluarga menekankan hidup minimalis. Membeli hanya yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 391. Kawatirnya Eyang

    “Anak ABG memang sedang lucu-lucunya, ya, Ma.” Wisnu duduk mensejajariku setelah dia pamit kepada Nyonya Besar.Sekarang, tertinggal Amelia dan Rangga yang menemani di depan. Kalau Amelia sih sudah terbiasa menghadapi mertuaku, akan tetapi ini pengalaman kali pertama untuk Rangga. Anggap saja ini ujian untuk calon anggota baru.Eh!Ini sih tidak seberapa, daripada ujian yang aku terima dulu. Sikap Nyonya Besar yang membuatku bertanya-tanya dengan sikapnya yang ini dan itu. Untungnya aku ditanyakan lulus.Wisnu meminta makanan camilan, kemudian pelayan menyajikan di depannya. Jajanan traditional mulai lemper sampai nagasari. Ibu yang tadi berbincang dengan Paklik Totok, bergabung dengan kami. Apalagi suamiku memanggil Paklik untuk berbincang.“Ran. Bagaimanapun tetap awasi mereka,” ucap Ibu sambil mengarahkan pandangan ke Amelia dan Rangga.“Iya, Bu.”“Kamu kan tahu. Anak seumuran mereka itu hormonnya mulai berkembang, dan cenderung tidak stabil. Masih belum bisa mengendalikan diri. M

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status