Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 302.  Keraguan

Share

Bab 302.  Keraguan

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-18 23:09:24

Baru kali ini, ketukan pintu membuatku jengkel setengah mati. Seperti kita sedang asyik menuju puncak, tetapi dipaksa untuk turun. Kesal, kan?

“Sabar…,” ucapnya seraya menepuk dada ini.

Maharani mengusap bibirku. Setelahnya, menunjukkan jari yang ternoda dengan lisptik. Matanya mengerling seakan menunjukkan keberhasilan menjahiliku. Bibir yang warna lipstiknya sudah pudar karena ulahku, tersenyum sebelum dia membalikkan badan.

“Mau kemana?”

“Buka pintu, lah. Kan Mas Suma kunci.”

Sekarang berganti aku tertawa kecil menunjukkan ejekan padanya. Dengan mata memicing aku berkata, “Apa yang di pikiran Desi kalau melihatmu seperti itu?”

Dia mengernyit tidak mengerti. Kemudian matanya mengikuti telunjukku.

“Mas Suma!” teriaknya kesal sambil mengancingkan baju bagian atas.

Gila!

Bekerja bersama istri memang menyenangkan. Namun, harus siap menahan diri saat hasrat terpatik. Apalagi bersamaan dengan gangguan seperti sekarang ini. Aku melongokkan kepala melihat siapa yang berani mengetuk pintu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rumah Produksi Lestari
koin lagi lagi koin
goodnovel comment avatar
taungut sidin
lanjut mang
goodnovel comment avatar
linda
aku sudah beli koin banyak tolong ya bab berikutnya 303 sampai seterusnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 303.  Membidik Kesetiaan

    “Baiklah, usulanmu aku terima. Aku akan pikirkan yang terbaik untuk masalah Catherine,” ucap Mas Suma sambil menutup map yang berisi berkas Catherine.Watak seseorang tidak menunjukkan hati yang sebenarnya. Ada yang terlihat tidak peduli, keras kepala, kasar, dan acuh tak acuh. Seperti Mas Suma yang terlihat kaku dan susah di dekati.Namun kenyataannya, dia memiliki banyak emosi dan terpengaruh. Kalau sudah mengenal dekat, saat itulah kita mengetahui bahwa dia yang paling peduli dan memelihara.Aku akan peduli dengan siapapun. Namun, saat mereka menunjukkan ketidaklayakan menerima perhatianku, namanya tercoret dari daftar makhluk hidup yang aku kenal. Sadis, ya?Itulah aku.Karenanya kesal dengan sikap Mas Suma yang tidak tegaan ini.Dia begitu peduli dengan orang lain, seperti kepada karyawan atau kepada Catherine yang jelas-jelas bertindak tidak adil kepadanya. Padahal, mereka belum tentu peduli dengan dirinya. Iya, kan?Orang pabrik yang terbukti menjadi informan komplotan preman d

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 304.  Kawatir

    “Siapa ini? Kenapa Mas Suma mencari identitas laki-laki ini?” Aku bergumam sambil berpikir.Aku mendapati sesuatu yang mengejutkan. Jemari ini menemukan riwayat pencarian Mas Suma di internet. Semuanya tentang orang ini. Mas Suma bukan laki-laki yang ingin tahu tentang orang lain, apalagi tidak mengenal.Tunggu sebentar! Bukankah foto ini mirip dengan sketsa wajah yang disodorkan penyidik kapan hari yang lalu? Aku mengambil ponselku dan menyocokkan foto dan gambar itu. Sangat mirip.Ini menandakan suamiku sudah mengetahui tersangka penculikan selain Catherine. Pasti Mas Suma mempunyai rencana sendiri, buktinya tidak mengatakan kepada kami apalagi ke pihak berwajib. Dan kalau aku bertanya sekarang, bisa dipastikan dia akan merubah langkah. Lebih baik aku diam dan mengamati apa yang akan dilakukan.“Kangen aku sama mereka! Kita pulang sekarang!” seru Mas Suma mengagetkan aku.Duh, bagaimana ini?Terlalu konsentrasi memperhatikan ponsel, sampai tidak menyadari kalau dia datang. Secepatny

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 305.  Kejutannya Sekarang Saja

    Secepatnya aku berganti jubah mandi, dan menghidupkan air bath tub. Baru kemudian membuka pintu.“Kamu belum selesai?” tanyanya sambil mengernyitkan dahi. Aroma kecurigaan menguar dari wajahnya.Pintu aku buka sedikit, dan kami berbincang terhalang pintu. “Aku baru masuk. Trus Mas Suma ketuk pintu.”“Tidak ada yang kamu sembunyikan, kan?” Matanya menunjukkan tatapan menyelidik. “Atau…kamu mempersiapkan kejutan untukku?” “Eeem…. Sudah tahu begitu, masih bertanya,” jawabku sambil mengerjapkan mata, seolah mengiyakan yang ada di pikirannya.Tidak ada pertanyaan lagi. Tertinggal tatapan mata yang tidak terlepas dari diri ini. Keningnya masih berkerut, menandakan otaknya masih memikirkan sesuatu.Hmm…kalau dibiarkan, bisa jadi pemikirannya semakin jauh dan mendapati apa yang aku sembunyikan. Sejujurnya, menyembunyikan sesuatu dari Mas Suma membutuhkan tenaga ekstra.“Tidak ada lagi, kan? Aku mau mandi.” Tanpa menunggu jawabannya aku menutup pintu. Namun, dengan cepat tangannya mencegah n

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 306.  Menentukan

    Kata ‘nanti lagi’ dengan penafsiran yang abigu, hanya berhenti pada piring yang kedua saja. Tidak ada tuntutan ‘nanti lagi’ yang lain, karena Pak Tiok sudah datang dan menyandera waktu Mas Suma.Dia datang seperti janjinya. Dengan dalih menjenguk Mas Suma yang baru keluar dari rumah sakit. Pria yang berbalut pakaian santai dengan rambut panjang yang diikat rapi ini, melakukan tanpa menyinggung namaku.“Sudah makan?”“Barusan dari rumah Kalila. Ini perut sampai kekenyangan.” Dia menunjuk perut dan senyuman yang menyebabkan mata semakin menyipit.Senang rasanya. Akhirnya hubungan mereka mulai dekat. Memang belum ada rencana undangan peresmian, tetapi makan bersama merekatkan hubungan. Dari urusan perut, mengukuhkan perasaan hati.“Sudah mulai yakin, Pak Tiok?” ucapku melontarkan godaan.“Dalam proses. Pingin segera mengejar ketertinggalan,” serunya disambut tawa Mas Suma.Kami bertiga berbincang sebentar. Kemudian aku tinggal untuk menyiapkan minuman dan camilan untuk mereka. Bisa dipa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 307.  Kerja Dalam Diam

    Tidak ada masalah yang diselesaikan dengan dasar kebencian. Kalaupun iya, itu hanya terlihat padam di permukaan saja. Seperti bara di dalam sekam, suatu saat akan berkobar kembali.Aku tidak mau hal itu terjadi.Apapun masalahnya, harus dihentikan sampai di sini. Aku tidak mau anak keturunanku menuai masalah akibat langkahku yang tidak tepat. Karenanya, aku langsung menolak usulan Tiok.“Kita kasih umpan dia supaya menunjukkan diri tanpa diminta. Kemudian serahkan ke pihak berwajib untuk memprosesnya. Beres, kan?” ucapnya dengan diakhiri menengadahkan kedua tangannya. Terdengar mudah, tetapi bisa berakibat panjang.Bagaimana aku menghadapi Dewi, kalau aku yang menjebloskan suaminya. Apalagi mereka sudah mempunyai anak. Apa tidak justru menimbulkan masalah baru? Terus apa yang akan dikatakan oleh orang tua Dewi?“Semua pasti ada akibat yang tidak kita harapkan. Harusnya, itu dipikirkan Patrick sebelum bertindak. Bukan justru Pak Kusuma yang memikirkan keluarganya?”“Benar ucapanmu. Itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 308.  Setuju

    Gila! Itu sebutanku untuk kenekatan Tiok. Aku saja tidak terpikirnya seekstrim itu. Seperti dalam film-film, laki-laki ceking ini membeberkan rencananya.“Apa ini tidak termasuk penculikan?” tanyaku dengan memberikan tatapan kawatir. Niat baik kalau jalannya tidak tepat, sama saja itu tidak benar. Bisa-bisa kita kesasar.“Jangan pakai kosa kata penculikan, Pak. Kita gunakan istilah acara kejutan. Seperti gaya anak sekarang yang memberikan kejutan ulang tahun dengan menutup mata. Tidak jauh beda, kan?”Aku tertawa mendengar ucapannya yang memaksakan persamaan istilah. Aku katakan berbeda, tapi dia bersikukuh kalau itu sama. Ternyata ada orang yang lebih ngeyel dibandingkan aku.“Aku tidak mau ada korban, atau keributan.”“Siap! Kita hanya meminjam waktunya sebentar. Itu pun setelah acara selesai. Saya akan gunakan cara halus. Tidak ada tonjokkan, apalagi tendangan. Semua akan damai seperti harapan Pak Kusuma,” tambahnya sambil tertawa.Ya udah. Aku setujui rencananya. Yang aku butuhkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 309.  Obrolan

    Saat anak kita beranjak dewasa, yang dia butuhkan pada orang tua adalah teman bicara. Dia sudah mampu berpikir dan memutuskan sesuatu. Tidak tepat kalau sebagai orang tua kita mengatur ini dan itu. Walaupun dengan dalih kasih sayang.Sambil berpikir apa dan kemana biduk catur ini dijalankan, kami berbincang santai. Kali saling melontarkan candaan, bahkan ejekan. Terlebih saat aku lontarkan pertanyaan tentang teman perempuan.“Jadi Wisnu sampai sekarang tidak pernah pacaran?” tanyaku dengan tatapan menyelidik. Aku tahu Maharani begitu keras mendidik anaknya, tapi kadang anak laki-laki semakin dilarang justru tergoda untuk melanggar.Dia menggeleng, kemudian mengambil kue kering yang ada di toples.“Beneran? Papi tidak akan bilang Mama. Ini rahasia kita,” desakku sambil mencondongkan tubuh ini ke depan.Dia justru tertawa dan melontarkan tuduhan. “Papi mau jadi mata-mata Mama, ya?’“Untuk apa? Papi Cuma heran, cowok sekeren kamu kok tidak laku.”“Siapa bilang tidak ada yang naksir Wisnu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 310.  Ditungguin

    Waktu itu bersifat relatif. Makanya muncul istilah dilatasi, jarum jam akan terlihat berbeda kecepatan di mata orang yang berbeda aktifitas.Seperti sekarang ini. Aku merasa waktu bergulir dengan cepat. Ngobrol bersama dengan Tiok, kemudian berlanjut nongkrong bareng bersama Wisnu.“Lama sekali?” ucap Maharani yang sudah bergelung dengan selimut. Matanya terlihat berat, dan menatapku sejenak. Kemudian dia tertidur kembali.Syukurlah. Untung saja dia tertidur kembali. Jadi aku terbebas dari cecaran pertanyaan.Aku mendesah pelan. Menatap wajah istriku yang tertidur pulas, melempar ingatanku di masa lalu. Saat memperjuangkan dia untuk menjadi milikku.Saat itu, sempat beberapa orang mencibir. Sebegitu gilanya aku terhadap Maharani yang notabene sebagai pekerja rumah tangga di rumahku. Seperti tidak ada perempuan lain yang layak untuk dinikahi.Bahkan ada lontaran sadis, yang mengatakan Maharani si pembantu rumah tangga menjebak majikan. Slentingan semakin parah saat tahu dia seorang jan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status