Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 207. Kasih Ibu  

Share

Bab 207. Kasih Ibu  

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-01 18:17:00

“Ma, Amel penasaran saja. Pelajaran di sekolah bilang, kasih seorang ibu kepada anaknya tidak terbatas. Tapi, Amel tidak pernah merasakan itu. Apa karena terpisah sehingga Amel tidak mendapatkan cinta seperti di buku-buku itu?”

Hati ini langsung terketuk dengan ungkapan polosnya. Di usianya yang sudah remaja, tergulir pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Rasa penasaran tidak menyurutkan keinginannya untuk mengetahui yang sebenarnya.

“Kalau yang dikatakan peribahasa yang harus Amel hapal di sekolah itu benar, seharusnya Mami Dewi membawa Amel, bukan malah meninggalkan Amel bersama Papi dan Eyang. Iya kan, Ma?”

Aku mengangguk sambil berpikir kata-kata yang tertepat untuk menjelaskan kepada Amelia. Ungkapan kritis dari anak seusianya, tidak akan terbungkam sampai mendapatkan jawaban yang masuk akal. Pasti ini menjadi masalah buat suamiku, dan berakhir dengn bentakan dan larangan.

“Sayang, ada banyak alasan kenapa Papi dan Mami berpisah. Tetapi yang harus kamu ingat, kasih sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
mgkn mami dewi sdh sadar .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 208.  Sindiran

    Permintaan Amelia masih membuatku pusing, sekarang ditambah oleh Dewi-mantan Mas Suma sekaligus ibu kandung Amelia. Sebenarnya jengah juga berada di tengah-tengah masalah mereka. Resikonya, aku mendapat celaan dari suami, bahkan mertua. Padahal, ini kan masalah mereka.Huuft!Setelah tarik napas dan mengeluarkan secara perlahan, aku mengangkat panggilan telpon ini. Suara Dewi yang terdengar senang langsung menyambutku.”Selamat siang, Maharani. Maaf aku mengganggu kamu. Pasti kamu sedang sibuk bekerja atau lagi di rumah?”“Selamat siang juga, Mbak Dewi. Ini saya sedang di tempat kerja. Ada apa? Tumben?” tanyaku pura-pura tidak tahu maksudnya dia menghubungiku. Prediksiku pasti berhubungan tentang Amelia.“Gini, Ran. Aku kan menghubungi Amelia untuk liburan panjang di rumahku. Katanya, dia belum dikasih izin sama Kusuma. Makanya Amelia menelponku lagi untuk menghubungi kamu. Supaya bantu ngomong dengan Kusuma.”Tuh, kan benar. Pasti Dewi dan Amelia saling berhubungan. Aku juga harus ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-02
  • Pembantu Rasa Nyonya    Bab 209.  Deal

    Sepertinya ibu kandung Amelia termasuk orang yang tidak peduli dengan pendapat orang lain, dan terlalu asyik dengan pikirannya sendiri. Apa yang aku jelaskan seperti terpental dan tidak masuk di otaknya. Dia tidak menimpali, justru mencurahkan isi hatinya.“Aku tuh ingin menebus hutang kasih sayang kepada Amelia, Ran. Ya jalan satu-satunya bersama, bukan hanya sekadar bertemu. Kadang tuh, kalau aku melihat anak-anakku sekarang, teringat tentang Amelia dulu. Aku tidak tahu perkembangan dia dari kecil sampai sekarang ini. Tolong dimengerti.”Aku mendesah pelan, mengerti perasaannya sebagai seorang ibu. Kita tidak bisa menanyaan kenapa dulu begini dan begitu. Lebih baik sekarang fokus baiknya bagaimana.“Mbak Dewi. Aku akan usahakan membantu bicara dengan Mas Suma. Tapi aku pesan, jangan libatkan Amelia dengan masalah pribadi Mbak Dewi dan papinya. Dalam artian, jangan sekali-kali mencari pembenaran atau menunjuk siapa yang salah. Kalau Mbak Dewi niatnya itu, fokus dengan memberi kasih s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-04
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 210.  Hati ke Hati

    “Hai, Sayang. Capek?” Aku merangkul Amelia yang baru datang. Dia terlihat berwajah kusut, mungkin karena kegiatan di sekolahnya.“Amelia pusing, Ma. Teman-teman itu, lo. Dikasih tugas tapi tidak dikerjakan. Kan Amelia gemes dan jengkel, ya.”Dia mengambil air minum dingin yang aku sodorkan. Kemudian mengikuti langkahku ke lantai atas. Sepanjang langkah menapaki tangga, dia berkeluh kesah tentang kerja panitia perpisahan. Kebetulan dia menjadi ketua seksi acara, jadi bertanggung jawab dan membawahi teman-temannya yang dia ceritakan itu.“Harusnya mereka tahu tugasnya kan, Ma. Amelia sudah jelaskan job deskripsinya. Anak ini tugasnya itu, dan yang lainnya apa. Eh, tetep saja tidak dikerjakan. Masak Amel harus cek terus. Padahal acaranya kurang satu minggu lagi,” celetuknya sambil menghempaskan bokong ke bangku kayu.Dia menselonjorkan kaki yang ditumpukan pada kursi kecil, kemudian memejamkan mata seperti menikmati angin yang bertiup memainkan anak-anak rambutnya.Aku tersenyum mendapat

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-04
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 211.  Kenal Saja Tidak

    Aku tersenyum lega setelah berbincang dengan Amelia. Tidak ada kekawatiran lagi kalau pertemuan dia dengan Dewi akan merubah sikapnya pada keluarga.Cinta dan kasih sayang tanpa diucapkan akan terpancar dengan sendirinya. Kemarahan yang timbul karena cintapun, akan diterima dengan terjemahan kasih sayang. Seperti sikap Mas Suma kepada putrinya. Walaupun sering menimbulkan kekesalan bahkan perselisihan, tapi dalam hati si anak menerima sebagai perwujudan kasih sayang.Sekarang yang harus aku pikirnya, bagaimana caranya bicara dengan Mas Suma. Sebenarnya, aku maju mundur untuk mengupayakan izin Amelia bertemu dengan Dewi. Namun, janji sudah terlanjur terucap dan mau tidak mau aku harus melakukannya.“Semoga berhasil ya, Ma. Amelia dukung dengan doa dari kamar,” bisiknya sambil mencium pipiku, setelah pamit masuk ke kamar.Sekarang, tertinggal aku dan Mas Suma yang menonton televisi. Berita bencana alam di beberapa daerah mengundang perhatian suamiku. Berkali-kali dia mengucapkan kata

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Pembantu Rasa Nyonya    Bab 212.  Kesalahan?

    Pemikiran laki-laki dan wanita itu berbeda. Laki-laki lebih ke logika dengan mengedepankan sebab akibat. Sedangkan wanita lebih bertumpu pada perasaan.Seperti pendapat Mas Suma. Secara logika kalau Amelia tidak mengenal Dewi sebagai seorang ibu dalam arti sesungguhnya, tidak mungkin Amelia mempunyai kerinduan untuk bertemu Dewi. Otak Amelia tidak ada memori sedikitpun tentang sosok seorang ibu. Yang dia kenal hanya Mas Suma sebagai papi dan Nyonya Besar adalah nenek yang melimpahi dia kasih sayang.“Yang Mas Suma katakan benar. Tapi semakin Amelia bertambah besar, pikirannya mulai bergulir dengan sendirinya. Apalagi lingkungan memperlihatkan ada ayah dan ada ibu. Dari situ dia berpikir, seharusnya aku mempunyai ibu. Kemana dia, kok tidak ada?”Mas Suma mulai mengalihkan pandangan dari layar televisi. Dia mengecilkan volume dan mengarahkan duduknya ke hadapanku, pertanda bersiap melakukan pembicaraan serius.Mendapat kesempatan, aku pun berujar kembali.“Amelia pernah curhat kepadaku.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-06
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 213. Aku Takut Dia Membenciku

    Raut wajah Mas Suma menunjukkan kegusaran. Begitu juga aku yang semakin penasaran.Ternyata ada sesuatu yang dia sembunyikan tentang masa lalunya. Padahal dari awal kita sepakat untuk tidak menutupi apapun terutama tentang masa lalu. Ini supaya tidak ada kesalah pahaman.Sejujurnya, ada rasa kecewa di hati ini. Merasa dikhianati karena aku sudah mengupas tuntas tentang masa laluku. Kenapa dia justru ada yang sengaja tidak diceritakan?“Kita bicara di dalam kamar saja.”Mas Suma beranjak dari duduk dan menarik tangan ini, aku mengikuti dengan memendam rasa kesal dan kepala penuh pertanyaan.Suamiku mendorong tubuh ini masuk ke kamar, kemudian dia melongok ke luar seperti memastikan tidak ada orang. Kemudian perlahan dia menutup pintu dan menguncinya.Sebegitu rahasiakah, sampai dia melakukan ini semua. Aku duduk di tepi ranjang, bersiap mendengar penjelasannya.“Kamu kesal?” tanyanya setelah menarik kursi untuk duduk di depanku.Pasti dia mengerti apa yang kurasakan, dengan melihat waj

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-06
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 214.  Aku Sudah Siap

    “Aku takut Amelia mengetahui kalau aku dulu pun tidak menghendakinya lahir di dunia ini. Sungguh, aku takut sekali.”Bergulatan emosi dalam diri Mas Suma membuatnya tertekan. Rasa penyesalan dan ketakutan berusaha dia tutupi dengan sikap protektif berlebihan terhadap Amelia.Kesalahan di masa lalu disempurnakan dengan sikap tidak dewasa dan berujung kegagalan pernikahan. Tidak bisa berdalih kejadian itu tidak sengaja. Toh mereka memposisikan diri tidak sadar atas kemauannya sendiri. Walaupun tanpa memperhatikan resiko kemungkinan berakhir seperti ini.Semalaman kami berbincang dari hati ke hati. Laki-laki sekuat Mas Suma terlihat ringkih saat membicarakan Amelia kecil dulu. Mas Suma yang biasanya kaku dan tegar, sekarang berurai air mata. “Saat dia bayi pun aku mengabaikannya, Ran. Saat itu aku lebih banyak di apartemen daripada di rumah. Bagiku, dia makhluk yang membuatku tidak bebas melakukan yang aku mau. Aku tidak memedulikan dia, hanya Mami yang mencurahkan kasih sayang untuk A

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 215. Berujung Kasih Sayang

    “Mama kenapa?”Suara Wisnu menyentakkan aku dari pemikiran yang mulai bergulir liar, dan semuanya buruk. Mengingat bagaimana ucapan Dewi saat menelponku. Bukan tidak mungkin, dia juga berkata demikian saat berucap dengan Amelia.“Yang menelpon Mami Dewi. Ibunya Amelia?”Wisnu memberikan tatapan heran. Tatapannya menyelidik seakan mencari tahu apa yang terjadi.“Memang ada apa, Ma. Lagi ada masalah?”Aku mendudukkan diri di sebelah Wisnu, kemudian menarik napas dan mengeluarkan secara perlahan. Menoleh ke arah Wisnu dan terbersit pertanyaan. Apakah Mas Bram juga melakukan apa yang Dewi harapkan?“Kak Wisnu, Mama boleh bertanya? Tapi, kalau nanti Kak Wisnu tidak mau menjawab, Mama tidak apa-apa.”Wisnu tersenyum lebar, sambil mengambil air putih dan meneguknya.“Apaan sih, Ma. Serius amat. Kalau ada pertanyaan untuk Wisnu tanya ajalah. Wisnu tidak masalah. Memang ada apa?”“Hmm… Nanti saja. Ada Papi,” ucapku lirih, kemudian beranjak dari tempat duduk.Melihat Mas Suma yang keluar dari

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status