Beranda / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 115. Emosi yang Terpatik

Share

Bab 115. Emosi yang Terpatik

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-04 14:12:34

Aku kunci pintu. Sekarang juga, masalah ini harus diselesaikan. Pasti gara-gara foto ini dia marah. Kenapa tidak bertanya kepadaku saja?

Mas Suma kumat ngambeknya, seperti dulu. Aku pikir dia sudah tidak terlalu menaruh curiga, ternyata tidak. Dia masih termakan dengan ulah orang usil ini.

"Mas .... Mas Suma…." Badannya aku goyang pelan, tidak bergerak sedikitpun. Mungkin karena begadang, tidurnya begitu lelap.

"Mas .... Mas Suma," bisikku di telinganya sambil kucium pipinya berkali-kali.

Dia menggeliat, mengercapkan mata dan tersenyum. Tangannya diangkat akan memelukku, tetapi terhenti dan diturunkannya. Dia membalikkan badan memunggungiku.

Fix, dia marah besar. Kumat cemburuannya.

"Mas Suma marah karena ini?" Aku tunjukkan foto-foto yang ada di tanganku. Dia tersentak dan menatapku dengan kesal. Seperti banyak yang akan dilontarkan tetapi tidak tahu mana yang didahulukan. Diam dan kembali posisi semula.

Sabar dan cooling down.

Aku tarik napas dalam-dalam. Ada rasa kesal di hatiku,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Siti Masitoh
ujian cuma foto2 kaya gitu mah cemen ....
goodnovel comment avatar
Ati Husni
salah pahamnya sdh clear....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 116. Mendapat Musuh

    Tring![Aku mendapat kiriman ini. Entah dari siapa][Jangan sampai Pak Kusuma salah paham] Pesan dari Pak Tiok. Dibawahnya ada foto amplop dan isi yang sama dengan yang diterima Mas Suma.Kira-kira siapa yang melakukan pekerjaan iseng ini. Aku tidak punya musuh, kawan saja tidak ada. Selama ini, aku tidak pernah keluar rumah atau berkumpul dengan komunitas atau kelompok arisan. Kegiatanku hanya di rumah mengurus keluarga dan ke gallery mengurus pekerjaan."Mas Suma ... foto itu, Pak Tiok juga dapat kiriman," ucapku dengan menyodorkan ponselku menunjukkan pesan dari Pak Tiok.Mas Suma memperhatikan sebentar, kemudian diam seperti sedang memikirkan sesuatu."Buyer kamu yang dari Dubai, cara mendapatkannya bagaimana?" tanya Mas Suma menatapku dengan serius."Saat itu ada undangan tender untuk proyek ini. Aitu mengirimkan proposal, setelah itu kita terpilih dan sampai tahap sekarang. Memang ada hubungannya dengan mereka?" tanyaku heran. "Tidak dengan buyer. Tetapi ada kemungkinan, ada h

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 117. Teman Main Mas Suma

    Kami berbincang lama bertiga. Tentang bisnis tentunya. Mas Suma dengan semangat menjelaskan strategi dalam perbisnisan yang tidak hanya ada orang baik di sana. Di dunia bisnis seperti berlayar di samudra. Tidak hanya dibutuhkan kemampuan berenang, tetapi kemampuan menaklukkan ombak. Bahkan harus punya strategi untuk menghindari buasnya ikan pemangsa. Walaupun, juga banyak lumba-lumba yang akan menjadi penolong kita. Atau, ikan paus yang bisa dijadikan kendaraan cepat kita. Yang harus diingat, jangan merubah konsentrasi kita selain pada tujuan yang sudah dicanangkan. Masalah dan musuh itu sudah biasa. Anggap saja itu merupakan selingan tanpa mempengaruhi langkah kita. Saat waktu makan siang tiba, Mas Suma menawarkan Pak Tiok untuk makan bersama kami. Aku segera masuk untuk menyiapkannya.Tadi pagi aku sudah siapkan rendang koya, opor ayam dan urap-urap. Bik inah yang membantuku dan meneruskan memasak setelah aku racik semuanya. "Silahkan Pak Tiok. Ala kadarnya, ya," kata Mas Suma.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 118. Wanita Penasaran

    POV PRASETYO (Pak Tiok) Memastikan Maharani dalam keadaan bahagia, itu sudah membuatku lega. Mungkin orang lain melihatku adalah laki-laki yang naif dan bodoh, mencintai dan menyayangi seseorang hanya sebatas melihatnya bahagia. Aku seperti penjaga hidupnya. Melindungi dan memastikan dia baik-baik saja dan selalu bersiap ketika ada yang akan membuatnya sakit. Seperti saat ini. Ditanganku ada foto-foto kebersamaan laki-laki dan perempuan. Setiap orang yang melihat pasti yakin bahwa mereka pasangan yang dimabuk asmara. Mereka berjalan bersama dengan si wanitanya menggelendot manja disampingnya. Bahkan ada foto yang terlihat mereka berpelukan. Hatiku berdesir sakit ketika laki-laki itu adalah suaminya, Pak Kusuma. Semakin sakit kala aku memikirkan reaksi Maharani melihat foto di tanganku ini. Rasa tidak rela menyesakkan dadaku ini, tetapi ini seperti foto lama?Badan Pak Kusuma masih terlihat tidak sebesar sekarang. 'Temui saya di Apartemen Anyelir, kamar 113'Tertulis di kertas

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 119. Korban

    POV PRASETYO (Pak Tiok)"Iya, betul. Wanita ini yang saya temui saat itu," ucapku yakin. Pak Kusuma memberiku beberapa foto wanita sebagai tersangka. Laki-laki di depanku ini ternyata mempunyai banyak wanita di sekelilingnya, dan semuanya terlihat bukan orang biasa. Entah, apa yang membuatnya memilih Maharani sebagai teman hidupnya. Namun, melihat kenyataan ini, membuatku semakin yakin kalau wanita yang membuatku jatuh hati itu bukan sekadar ibu rumah tangga."Dia anak rekan kerja orang tua saya. Kami besar bersama, dia sudah aku anggap adik saya sendiri. Setelah saya sadar, dia menginginkan lebih, saya menjauh dari mereka. Mungkin itu yang membuatnya masih penasaran denganku," terang Pak Kusuma.Saat ini, kami di Club sekedar untuk minum sekaligus membicarakan teror fotoku dan Maharani. Kemungkinan besar, ini serangan pertama wanita itu."Namanya Catherine. Sebenarnya saya iba dengan keadaannya. Seharusnya dia bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik," ungkapnya."Kita harus waspa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-06
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 120. Sahabat atau Suami

    "Halo, Bu Rani. Ini Aitu. Saya di rumah sakit dengan Pak Tiok ...."Ucapan Aitu tidak terdengar lagi, bersamaan dengan terkulainya tanganku yang menggenggam ponsel."Mas Tiok ...."***Mas Tiok, Pak Tiok atau apalah sebutannya, dia akan selalu menjadi sahabatku. Kabar ini membuatku gemetaran, aku melihat pesan gambar di ponsel, kemudian membaca pesan tadi. Apakah kejadian ini berhubungan dengan suamiku, Mas Suma?Ah, tidak mungkin!Mas Suma bukan laki-laki yang bersikap curang. Kejadian sebelumnya bergantian muncul di otakku. Seperti film yang diputar berulang kali. Hukum sebab akibat menguatkan kecurigaanku.Foto kami, kemarahan Mas Suma, kepergian mereka bersama dan sikap manisnya tadi pagi yang bisa jadi sebagai alibinya.Aaarrrgg .... Bisa gila, aku!Kalau terjadi apa-apa dengan Pak Tiok, aku tidak akan tinggal diam."Mama ...! Ada apa?!" teriak Amelia.Amelia memgguncang badanku yang terduduk lemas di lantai. Kepalaku seperti berputar dan keringat dingin meluncur dengan sendirin

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 121. Terima Kasih Sudah Kawatir

    "Maaf, Mas Suma. Keadaannya membuatku bingung. Aku sempat berpikir seperti, itu, tetapi aku yakin Mas Suma tidak akan berbuat jauh seperti ini. Maafkan aku, Mas. A-aku takut, kawatir dan bingung."Tangannya mengusap kedua lenganku dan Mas Suma tersenyum yang membuat hati ini lega. Direngkuhnya tubuh ini dalam pelukannya. Penat dan sesak di hatiku mulai berkurang."Aku mengerti. Keadaan seperti ini, baru untukmu. Dunia sering kali tidak ramah kepada kita, walaupun kita di jalan yang benar. Tenang, ya. Jangan kawatir. Aku dan Tiok akan mengurusnya.""Mas Suma, maafkan aku yang sempat meragukanmu. Maaf."TringPesan dari Aitu. Dia memberitahu alamat rumah sakit di mana mereka berada sekarang."Mas Suma, aku ikut ke rumah sakit.""Untuk apa?" Aku menatapnya dan dia sadar akan artinya."Kamu masih belum yakin, kalau itu bukan Tiok?" tanyanya dengan mendekatkan wajahnya ke arahku."Mas, aku hanya ingin memastikan semua baik-baik saja. Hatiku biar tenang, aku ....""Iya, ayok ikut aku," uca

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 122. Kasihan

    Musibah ini membuatku lebih berhati-hati. Membuka mataku bahwa semakin kita berlari, semakin besar resikonya. Semakin tinggi pohon semakin kencang pula, angin yang menerpa.Kasihan Sopir Pak Tiok, tidak tahu apa-apa berakhir di rumah sakit. Beruntung cideranya tidak fatal, hanya butuh beberapa hari di rawat di rumah sakit.Benar kata Mas Suma, aku harus beradaptasi dengan keadaanku sekarang. Mereka, Mas Suma dan Mas Tiok memberikan pengertian kepadaku, walaupun aku penyangkal pada awalnya. Bahwa kita harus hati-hati menghadapi seseorang, siapapun itu. Karena di dalam bisnis, penuh trik dan tipu muslihat untuk mencapai sesuatu. Kebiasaanku yang mudah percaya seseorang harus diubah.Aku sudah mengerti akan hal ini, hanya tidak terfikirkan sampai harus berhubungan dengan kekerasan.Seringkali aku tidak habis pikir, kekuasaan membuat seseorang tidak bersyukur, malah keserakahannya semakin tidak terbatas."Rani, masalah ini sebenarnya masalah pribadiku. Catherine masih penasaran denganku.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 123. Bodyguard Pilihan Amel

    "Papi jadi penasaran," sahut Mas Suma."Siap, Pi. Wisnu akan jelaskan. Presentasinya ada di lap top," ucapnya seraya bersiap berdiri."Stop! Makan sahur dulu. Nanti setelah salat Subuh, diskusinya dilanjutkan," ucapku.Kami melanjutkan makan kembali. Kalau tidak diawasi, mereka akan melanjutkan ngobrol. Apalagi Mas Suma, dia paling bersemangat kalau membahas inovasi ataupun bisnis. Kalau sudah bicara, suka tidak ada remnya.Sahur saat ini, aku menyiapkan sayur capcay kuah, daging bumbu kecap dan ayam goreng. Walaupun ini puasa pertama, kami tetap melakukan aktifitas seperti biasanya. Banyak program dan target yang harus kami kerjakan.Puasa bukanlah penghalang untuk bekerja. Bukankah salah satu tujuan puasa agar kita merasakan laparnya kaum papa? Mereka tetap berkerja keras walaupun dengan perut kosong, bukan malah membentangkan selimut menunggu waktu buka tiba.Setelah salat Subuh berjamaah, Wisnu langsung ditarik Mas Suma untuk meneruskan diskusi yang tertunda tadi. Kami berpindah k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10

Bab terbaru

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status