Di hari Sabtu yang cerah, matahari pagi menyinari pasir putih yang halus, menciptakan pantulan cahaya yang mempesona di permukaan air biru yang tenang. Ombak yang lembut bergulung ke tepi pantai dengan gemulai, menciptakan suara yang menenangkan. Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, membawa aroma laut yang segar. Pantai yang indah dan romantis itu, menciptakan latar belakang yang sempurna untuk sebuah momen besar, istimewa, dan bersejarah. Dalam balutan pengantin yang eksklusif, William dan Jelita tampak mempesona dan sepadan. Gaun pengantin Jelita begitu anggun, detail rendanya sungguh halus dan kerapiannya amatlah memikat. Sementara itu, William terlihat tampan dengan setelan jas yang sempurna, menampilkan elegansi dan keanggunan. Saat pasangan itu berdiri di pelaminan, semua tamu terpukau akan keindahan dan kesempurnaan mereka. Suasana menjadi khidmat saat mereka saling berjanji setia dan berkomitmen satu sama lain dalam ikatan pernikahan. Sentuhan kehangatan dan cinta antara Willia
Pada suatu pagi yang cerah, suasana di ruang tengah rumah Nyonya Puspa terasa riuh dengan obrolan hangat antara Nyonya Puspa dan teman-teman arisan sosialitanya. Cerita tentang kehidupan mereka yang penuh warna selalu menjadi topik menarik dalam pertemuan-pertemuan mereka. Namun, kali ini, sorotan terutama tertuju pada salah satu anggota arisan, Jelita, calon menantu dari Nyonya Puspa. "Dengarlah, Jeng, calon menantu saya itu juga sedang membangun gedung Happines Kitchen yang baru di Surabaya dan Bali loh," cerita Nyonya Puspa dengan wajah berbinar. "Nanti kalian semua pasti saya undang saat grand openingnya!" Teman-teman arisan yang duduk di sekitar Nyonya Puspa pun tampak terkesan. Mereka serentak memberikan ucapan selamat dan pujian untuk Jelita. Melihat kesuksesan bisnis Jelita yang semakin berkembang, Nyonya Puspa merasa dia juga turut bagian dari kebahagiaan dan kesuksesan calon menantunya itu. Seolah-olah sejak awal dialah yang selalu mendukung dan memberikan semangat pada Je
Bimo merasa kesalahannya semakin membelenggu dirinya ketika Jelita mengirimkan kembali pesan dan video dari Laura kepadanya. Rasa malu yang menyergapnya begitu mendalam, membuat hatinya terasa hancur. Dia menyesali perbuatannya dan menyadari betapa ia telah mengkhianati kepercayaan Jelita. Membuka pesan dan melihat video itu seperti menyaksikan film horor yang menyiksa hati Bimo. Hatinya berdesir dan perasaan malu semakin dalam. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menahan deru rasa sesak yang mengisi dadanya. Ternyata Laura yang telah mengundang Jelita datang ke apartemennya lewat pesan dan video itu. Kini, semua terang benderang di mata Bimo. Permainan berbahaya yang ia lakukan bersama Laura telah membawanya pada ambang kehancuran. Sekarang, pesan dan video itu menjadi saksi bisu atas segala kebohongan dan pengkhianatannya. Jelita telah menyaksikan langsung perbuatan Bimo yang tak bisa diampuni lagi. Pada detik itu juga, hubungan mereka seperti kastil pasir yang hancur oleh hembus
Media online saat ini beramai-ramai memberitakan pernikahan antara Jelita dengan William Subrata yang merupakan pengusaha tampan, sukses, dan terkenal. William Subrata sosok yang kerap mencuri perhatian kaum hawa karena pesonanya yang mirip sekali dengan artis kawakan Danus Nugraha yang memang terkenal karena ketampanan dan kharismanya sejak masa mudanya hingga kini. Netizen yang dulu membanjiri kolom komentar akun media sosial Nyonya Puspa dengan kalimat-kalimat pujian dan iri kepadanya dan juga Bimo yang digadang-gadangnya sebagai calon suami Jelita, kini ramai merundungnya dengan kalimat-kalimat bully yang menyesakkan dada. Mereka menganggap Nyonya Puspa halu dan mengaku-aku. Ada juga netizen yang menuduhnya telah memposting foto-foto dan video yang sudah tidak relevan. ‘@tukang_kepo : Oke-oke. Mungkin emang benar Jelita dan anaknya situ pernah jadian, tapi tahun berapa mereka jadiannya maaak?’’ ‘@lambe_ndower : Jangan ngaku-ngakulah, nggak baeek. Kalau dilihat dari pesta kawinan
Charlotte dan Helena berdiri di luar kamar Laura, mereka bergantian mengetuk pintunya. “Laura, ayo kita berangkat!” kata Helena.“Laura? Kau baik-baik saja?” Charlotte terlihat khawatir karena tak ada sahutan.Biasanya, Laura adalah sosok yang ceria dan menyenangkan, selalu menerangi suasana dengan keriangannya. Namun, belakangan ini, gadis itu lebih banyak mengurung diri di kamarnya.“Kalian duluan saja, nanti aku menyusul.”Kedua orang itu menghela napas lega mendengar sahutan Laura.“Oke, kami duluan!” jawab Helena."Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padanya." Helena berkata sambil geleng-geleng kepala saat melangkah meninggalkan apartemen bersama Charlotte menuju kampus mereka. "Kurasa ada hubungannya dengan Bimo. Mereka tak pernah terlihat bersama lagi, bukan?” katanya lagi.“Maksudmu, hubungan mereka berakhir?” Charlotte sungguh terkejut. “Wah, sulit kupercaya, padahal aku pernah melihat mereka menari bersama di dance floor dengan begitu hot. Kalau kuperhatikan, Bimo
Charlotte dan Helena terbelalak melihat seorang Brian Ashford mendekati sahabatnya, Laura. Bukan hanya mereka bereka berdua saja yang terkejut, tapi hampir semua wanita kini menatap iri melihat Brian duduk di sebelah Laura dan menunjukan perhatiannya secara khusus.“Astaga, kau lihat itu, Helena?” “Charlotte, kurasa Laura akan menjadi perempuan paling beruntung malam ini.” Helena geleng-geleng takjub.Brian Ashford, adalah kakak tingkat mereka di HEC Montreal. Dia anak bungsu dari keluarga Ashford yang sangat berpengaruh dan kaya raya. Keluarganya memiliki bisnis-bisnis besar yang berkembang pesat, dan kekayaan mereka begitu melimpah. Rumah mewah keluarganya yang terletak di daerah elit kota menjadi bukti keberhasilan dan kekayaan mereka. Brian pria yang tampan dengan ciri-ciri klasik yang sempurna dengan iris mata biru yang indah, hidung mancung, rahang yang tegas, tinggi tegap atletis. Matanya berkilauan dengan kecerdasan dan daya tarik yang tak terelakkan. Senyuman lembutnya mamp
Setelah pernikahan indah dan bulan madu yang dilalui dengan romantis, William dan Jelita kini kembali berada di tengah hiruk-pikuk kehidupan di Jakarta. Jelita, yang semakin bersemangat dengan bisnisnya, berniat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan luas. Dia ingin membuat pabrik yang akan memproduksi aneka bumbu instant dan sambal dengan merk "Happines Kitchen" untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi.William tersenyum melihat ketekunan istrinya dalam mengembangkan bisnisnya. "Kamu luar biasa, sayangku. Aku sangat bangga dengan kemajuan bisnismu."Jelita tersenyum bangga. "Terima kasih, Bang. Aku benar-benar ingin menghadirkan cita rasa Happines Kitchen ke seluruh penjuru Indonesia, dan mungkin lebih dari itu suatu hari nanti."William tentu saja mendukungnya. "Aku yakin kamu bisa melakukannya, Sayang. Kamu memiliki bakat yang luar biasa dalam memasak dan menciptakan resep-resep yang unik. Orang-orang pasti akan menyukai produk-produk dari Happines Kitchen."Jeli
Dalam suasana kehangatan keluarga yang riang, Sam tiba-tiba merasakan getaran di tangannya, dia melirik arlojinya yang juga merangkap sebagai alat komunikasi rahasianya. Tanpa menimbulkan kecurigaan, Sam pura-pura ingin ke kamar mandi. Di sana, Sam mengaktifkan alat komunikasi rahasia yang menghubungkan dirinya dengan timnya yang merupakan komplotan pembunuh bayaran profesional yang tersebar di beberapa negara.Suara seorang rekannya terdengar di seberang sambungan, "Target sudah terkunci, John. Saatnya beraksi."Sam kemudian memencet sebuah tombol di arlojinya, dan muncullah sebuah pantulan peta di dinding kamar mandi dengan sebuah titik merah berkedip-kedip, menunjukkan posisi detail targetnya saat ini. Dengan cermat, Sam memandangi pantulan peta di dinding. Titik merah itu menandakan lokasi targetnya saat ini.Peta itu memberikan detail gedung sebuah sebuah hotel berbintang tempat targetnya saat ini berada. Sam menelaah setiap rincian, menghafalnya dengan seksama. Dia harus berger