Glenn menerima setiap balasan dari makhluk cantik di atasnya, menyambut dan menyelaraskan dengan gerakannya sendiri, bagaimana pun Lala belum ahli melakukan itu semua.
Kemudian Glenn membalik posisi, hingga dirinya berada di atas. Kedua tangganya bertumpu di sisi kanan kiri tubuh itu, agar tidak menimpanya.
Glenn menatap wajah di bawahnya, “Berjanjilah! Kamu tidak akan menceritakan ini semua pada pasanganmu nanti dan aku pun demikian tidak akan bercerita apa pun pada Sabila. Cukup kita berdua yang rasa, dan aku berharap kelak kamu mendapat suami yang baik, asal jangan Alan!”
“Kenapa begitu?” tanya Lala terkejut demi mendengar ucapan terakhir Glenn.
Glenn, beralih merebahkan tubuh besarnya ke sisi sebelah kiri Lala, memandang langit-langit kamar itu, kemudian berucap, “Aku nggak rela,” ucapnya serak.
Lala mengernyitkan kening, kemudian memiringkan tubuhnya, demi bisa melihat ekspresi wajah Glenn. Terusik dengan tatapan Lala Glenn memiringkan tu
“Mama sudah tidak tahu lagi, Glenn! Bagaimana cara membantumu berbicara pada, Papamu. Sebaiknya besok pagi kamu temui dia. Aku nggak yakin, mood dia baik malam ini. Bahkan mama punya pekerjaan baru buat menjelaskan ini semua!”“Jangan khawatir, Mah! Tidak akan ada apa-apa. Ini semua hanya salah paham,”“Sekarang jujurlah pada mama sebagai seorang laki-laki, sebelum pertunangan itu terjadi. Kamu memilih Sabila atau Lala?”“Mama ini aneh! Tentu saja aku memilih Sabila, dia calon tunanganku!”“Oke! Jauhi Lala, dan pecat dia!”“Ma, tapi Ma ....” ucap Glenn bingung.“Kenapa bingung? Kamu tidak bisa memainkan hati dua wanita sekaligus! Jika kamu ragu dengan keputusanmu, mama beri waktu sampai besok pagi! Pikirkan baik-baik malam ini!” ucap Sintia tegas dan meninggalkan Glenn, di kamarnya.Glenn membanting tubuhnya di kasur. Sulit ini akan menjadi sulit bagi
Pagi yang di tunggu sudah tiba, ini lebih menegangkan dari ujian semester, lebih menakutkan dari kemarahan Harjito padanya, lebih seram dari makhluk hitam mengerikan yang pernah ditemui di kamarnya.Semalam Lala hanya pura-pura tidur saja, bahkan Lala tahu saat Glenn memberinya selimut kemudian mengecup dahinya. Setelah Glenn keluar nyaris Lala tidak bisa tidur sama sekali.Tetapi untuk apa takut? Bukankah Lala putri Harjito Pribadi? Tidak sepantasnya menjadi seorang penakut. Bahkan, Lala masih mengingat pesannya dengan baik. Ayahnya itu tidak pernah mendidiknya menjadi seorang pengecut, mudah menyerah dan lari dari masalah.Lala memutuskan bangun. Bertepatan dengan pintu yang terbuka. “Maaf Non, aku mau ambil piring kotor,” ucap Wina tersenyum sopan. Kemudian masuk di kamar itu dan mengambil piring bekas makannya semalam.Lala membalas senyum itu, “Jangan panggil aku Non, Bi! Panggil Lala saja. Aku sama kaya Bibi kok, pembantu bag
“Maaf, Pah. Jangan salah paham. Aku masuk kamar Lala hanya ingin memastikan dia sudah makan atau belum. Meskipun statusnya pembantu tapi karena yang mengajak saya ke sini , maka saya bertanggung jawab.” Glenn mencoba membela diri.Herlambang tertawa mencemooh, demi apa pun dia tidak percaya ucapan Glenn. “Lazimkah seorang majikan menyusul pembantunya dan menutup rapat pintu itu kemudian menguncinya. Satu hal lagi, majikan itu berada di kamar itu lebih dari satu jam! Lucu sekali jika semua itu hanya rasa khawatir jika pembantunya kelaparan,”“Pah, mungkin saja Glenn benar. Setahu mama Glenn jarang berbohong.” Sintia berucap agar bisa membantu Glenn keluar dari jerat tuduhan Herlambang.Herlambang menggeleng tegas. “Kamu laki-laki! Meskipun sejak kecil kita tidak dekat, bagaimana pun kamu keluar dari rahim orang yang aku sayangi. Sehingga kau bisa menyebutku sebagai Papa. Sebagai Papa mu aku tidak suka jika kau plin-plan!
“La, maafkan aku!” ucap Glenn menatap lurus Lala. Kedua orang tuanya sudah berangkat ke kantor. Terlihat Lala membereskan travel bag di kamar Glenn. Sepertinya mereka berniat pulang saat ini juga.“Maaf untuk apa? Kita bicara di luar saja. Takut ada yang salah paham lagi,” gadis dengan rambut lurus tergerai sepundak itu menyeret travel bag dan membawanya menyusuri ruangan hingga duduk di ruang tamu. Ruangan di mana pertama kali dia datang.Glenn duduk di sofa sebelah kiri Lala dengan posisi tubuh sedikit miring demi bisa melihat ekspresi wajah Lala. Sementara Lala tampak tenang, duduk dengan posisi kaki menyilang dan tangan di atas pangkuannya.“Mau ngomong apa Glenn? Aku akan dengarkan. Dan aku ingatkan sekali lagi, mulai hari ini aku bukan lagi pembantumu, jadi jangan memerintahku. Perjanjian kita batal, dan 200 hari itu mau tidak mau selesai hari ini.” ucap Lala dengan tatapan lurus ke depan.Glenn seperti bingung da
Tidak ada orang bodoh, yang mau mengorbankan hubungan yang sudah tiga tahun dijalani demi hubungan enam bulan yang tidak jelas statusnya apa.Ya. Sebenarnya status mereka itu apa?Apakah Glenn pernah mengutarakan secara eksplisit perasaannya pada Lala? Atau secara gamblang mengakui jika dirinya sudah jatuh hati padanya? Nyatanya Glenn sendiri juga tidak paham dengan segala kemauannya.Yang dia tahu. Dirinya tidak rela Lala dimiliki laki-laki lain, tetapi bagaimana menjelaskannya pada Lala tentang perasaannya itu?Arghhhh .... Glenn mengerang melampiaskan rasa resah yang kian membuncah. Glenn sudah berada di kamarnya. Selama beberapa jam pria itu mengurung diri. Tidak banyak yang dia lakukan selain mendesah frustasi, berjalan mondar-mandir kesana-kemari sudah seperti seekor anak yang akan ditinggal induknya pergi.Bagaimana dirinya tidak gundah, sepulang dari Singapura Lala begitu irit bicara. Tampaknya, Glenn harus berbuat sesuatu sebelum terlambat
Lala mencengkeram erat tubuh Glenn, dan menghabiskan tangisnya di sana ‘Ini untuk terakhir kalinya’ batinnya tidak ingin membuang kesempatan. Menumpahkan beribu pilu dalam kokohnya tubuh itu. Lala terus membenamkan kepalanya.“Maafkan aku,” ucap Glenn sekali lagi.Lala muak karena hanya kata maaf yang selalu di ucapkan Glenn. Gadis itu melepaskan diri dari rengkuhan laki-laki lagi dengan kecewa. Bukan kata maaf yang terus ingin ia dengar, melainkan sebuah pengakuan yang dia harapkan. Tetapi laki-laki ini hanyalah laki-laki lemah yang tidak berani memperjuangkan sebuah cinta bahkan untuk sekedar mengakuinya.Cinta tapi sakit itu istilah yang menggambarkan mereka berdua. Cinta datang dengan tidak sopannya di waktu yang sangat tidak tepat. Ketika Glenn memperjuangkan cinta sejatinya justru dirinya bertemu dengan cinta yang lain.Tubuh Glenn merosot hingga duduk dan menyandarkannya tubuhnya dinding. Bibirnya sudah kelu sekedar berucap
Sendiri itu tidak menyedihkan. Kenapa tidak? Masih banyak hal yang lebih menarik yang dapat ia lakukan. Meskipun hatinya berkali lipat merasa lebih sakit. Masih mending diputus Alan, setidaknya laki-laki itu pernah begitu mencintainya.Tapi ini.Bahkan Glenn belum pernah mengatakan sayang apalagi menyatakan cinta. Jadi bagaimana Lala bisa menyebut peristiwa ini putus cinta? Sungguh miris bukan?Lala sudah siap hendak ke kampus. Tentu saja harus semangat.“Lala ..., Apakah di lantai atas ada anak kos bernama Lala?” teriak seorang gadis dari bawah. Mungkin dia anak baru jadi tidak mengenal Lala. Atau karena Lala sejak enam bulan terakhir tidak tinggal di situ sehingga mereka tidak mengenal Lala. Maklum saja di kost itu terdapat banyak kamar dan mahasiswa dari fakultas yang berbeda-beda.Merasa di panggil Lala pun menyahut dan menuruni tangga demi bertenu dengan gadis itu,“Iya, ada apa kak?”“Oh ... Anak baru ya ka
Meskipun terlahir dari latar belakang orang kaya, Lala sejak kecil terdidik mandiri dan peduli sesama. Orang tuanya tidak pernah mengajarkan kasta apalagi memandang orang sebelah mata. Bekal itulah yang membuatnya kini bisa bertahan hidup mandiri meskipun harta tidak melakat lagi. Ya ... Banyaknya harta hanya soal jumlah sedangkan kebaikan hati tak terhingga sampai di bawa mati. Gadis dengan flatshoes warna gold itu tampak berjalan lebih riang dan sejenak melupakan beban di hati. Sore ini Lala berada di taman kota! Dengan siapa? Tentu saja Lala pergi sendiri dengan menggunakan jasa purple ojeg. Berjalan sendiri, maksud hati mencari inspirasi agar terlepas dari luka yang menggantung di hati. Lala duduk di atas Ayunan. Mengamati anak kecil berlarian. Mengingatkan masa kecilnya tiap sore bersama bermain sekedar menikmati senja bersama. Lala memutuskan menonaktifkan ponselnya demi ketenangan dan kemenangan batinnya. Tampaknya Lala sangat ba
Setelah acara tiup lilin dilanjut acara pemotongan kue. Seperti biasa Lala memberi potongan pertama kue itu untuk Ayahnya. Harjito menerima suapan dari putrinya itu kemudian mengucapkan kalimat selamat diikuti rentetan doa.Acara cukup sederhana tetapi meriah dan keluarga inti datang semua. Setelah potong kue sudah selesai, Adrian yang bertindak seolah-olah menjadi MC. Memberitahukan acara selanjutnya yaitu hiburan yang akan diisi oleh bintang tamu.Lala bingung. Pasti Adrian hanya bercanda. Mana ada bintang tamu? Tetapi pandangan Lala seakan terkesima. Ketika dari pintu depan yang terbuka lebar datanglah rombongan tamu. di barisan paling depan Glenn, Sintia dan Herlambang. Setelah itu nampak Wijaya-Ririn, Alan-Dewi, Rega - Winda. Mereka memasuki ruangan dengan penuh senyum.Tampak para keluarga menyalami mereka sambil tersenyum."Lala maukah kamu menjadi istriku?" tanya Glenn lugas tanpa sedikitpun keraguan di depan keluarga besarnya. Pria itu mengeluarkan kotak berisi cincin yang ak
"Jadi, kamu dari mana saja?" hardik Harjito mengetahui putrinya baru saja pulang. Bahkan Lala baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah. "Euhm ...." "Jangan banyak alasan! Kamu pasti menemui laki-laki pengecut itu kan?" "Namanya Glenn, Yah!" sahut Lala pelan. "Bagiku dia laki-laki nggak punya nama, karena tidak berani menunjukkan nyalinya. Masuk ke dalam kamar dan mulai hari ini kamu di bawah pengawasan, Ayah!" perintah Harjito. "Tapi, Yah!" "Tidak ada tapi! Ayah sudah terlalu banyak memberimu kebebasan! Dan sekarang nggak! Orang yang kesana kemari bersamamu harus orang yang memiliki status jelas! Bukan para pengecut seperti yang sudah-sudah!" putus Harjito. Pria itu telah memantau aktifitas putrinya akhir-akhir ini dan sebagian besar waktunya habis bersama Glenn. Lala masuk ke dalam kamarnya. Dan memberi kabar Glenn bahwa beberapa hari ke depan mereka tidak bisa bertemu. Anehnya Glenn menanggapinya biasa saja. Semua pesan yang ia kirim panjang lebar hanya mendapat jawaban.
"Lala, Glenn, angin apa yang membawa kalian hingga sudi mampir ke gubug Bapak?" tanya Wijaya penuh haru seraya mengulurkan tangan pada dua tamunya.Lala segera menyambut uluran tangan Wijaya dan mencium punggung tangannya. Meskipun hubungannya dengan Alan kandas, beliau tetaplah calon mertuanya. Mengingat sekarang Lala menjalin hubungan dengan putranya yang lain.Melihat antusiasnya respon Lala dalam menyambut uluran tangan itu. Glenn pun melakukan hal yang sama. Kemudian Glenn kembali duduk seraya berucap, "Maaf jadi kedatanganku ke sini ingin memohon restu pada, Anda!" ucap Glenn kaku. Diperlakukan demikian Wijaya tidak sakit hati. Mungkin saja Glenn belum bisa mengakui jika dirinya adalah Ayah kandungnya. Wijaya yakin kedatangan putranya kali ini merupakan terbukanya jalan bagi hubungan mereka. Lambat laun pasti Glenn akan menerimanya."Ooh ... Apakah kamu akan menikahi, Lala?" tanya Wijaya. Sedikit banyak Wijaya tahu kisah cinta di antara mereka. "Benar! Saya akan melamarnya, se
Glenn mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dalam hatinya masih bimbang.Dia berpikir apakah keputusannya ini sudah benar? Atau dia hanya seorang robot yang mengiyakan keinginan dua orang yang sangat disayanginya, Lala dan Sintia."Kenapa wajahmu tegang sekali Glenn?" tanya Lala setelah menilik raut muka laki-laki di sampingnya yang begitu serius. Tampak banyak beban di sana sudah seperti mau mengerjakan tugas negara dan jika gagal maka hidup akan menjadi taruhan."Ehmm ... Nggak La, aku hanya bingung mau ngomong apa nanti, jika sudah sampai!" sahut Glenn."Astaga! Kita bukan ingin wawancara kerja! Juga bukan ingin presentasi proposal! Jadi jangan terlalu serius, biarlah dialog mengalir dengan sendirinya, nanti jika sudah sampai juga bakal tahu mau ngomong apa!" sahut Lala."Tapi, La! Aku nggak enak, pasalnya kemarin aku menolak mereka! Jujur saja aku kecewa pada mereka!
"Kalian curang! Aku nggak dipeluk?" Protes Glenn.Sintia melepaskan pelukannya, menatap gadis pilihan putranya itu. Gadis yang sudah mengembalikan putranya untuk lebih semangat untuk hidupnya."Ish ... Cemburu? Lihatlah nanti Mama bahkan lebih sayang sama mantu daripada sama anak sendiri!" ucap Sintia."Terserah Mama, deh! Jadi kapan kita melamar Lala, Ma?" tanya Glenn."Jadi kamu benar-benar mau kawin?!" Sintia terlihat kaget dengan keputusan Glenn."Nikah, Ma, bukan kawin!" protes Glenn."Iya maksud mama Nikah. Apa kalian tidak mau tunangan dulu mungkin. Lagipula Lala kan masih kuliah baru semester satu!" jawab Sintia.Glenn menggeleng tidak setuju dengan usul mamanya. "Nggak Ma, aku nggak yakin bisa menjaga diri!""Sudah kebelet banget ya?" goda Sintia."Bukan, Ma. Maksud ak
"Ma, nanya apaan sih!" sahut Glenn menyelamatkan keadaan. Laki-laki itu kemudian menyerahkan minuman dingin untuk Lala, Lala segera menerimanya karena memang haus."Bisa buka tutupnya nggak?"Glenn meminta kembali menyadari jika Lala sering kesulitan membuka tutup botol minuman dingin.Setelah membukanya Glenn menyerahkan kembali."EHEM!!" deheman Sintia mengusik kegiatan keduanya."Mama apa nggak ada acara pergi ke rumah nenek? Atau pergi ke mall?! Tumben betah amat?" tanya Glenn, sembari memberi kode buat mamanya agar meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.Tetapi sayangnya kode itu tidak diterima dengan baik, "Jadi apa lagi rencana kalian setelah kemarin main pembatu-pembantuan? Apa sekarang ada ide lain untuk mengelabuhi mama agar meninggalkan kalian berdua! Ingat jika sepasang manusia berlainan jenis bersama dalam suatu ruangan maka pihak ketiga adalah setan!" Sintia menegaskan ag
"Kita mau ke mana Glenn?" tanya Lala penasaran. Benar saja, seusai kelas. Glenn sudah gerak cepat untuk menculik Lala. Lelaki itu sepertinya tidak mau hilang kesempatan lagi setelah menyadari perasaannya."Masa iya kamu lupa ini jalan ke mana?" Jawab Glenn sambil terus mengemudikan mobilnya."Ini jalan ke apartemenmu! Tapi mau apa kamu mengajakku ke sana?""Untuk membuat kesapakatan baru!""Kesepakatan apalagi Glenn?""Ingin mengontrakmu menjadi pembantu tuan tampan seumur hidupmu. Jadi maukah Aquilla Anaya Pribadi menjadi pembantu kaya tuan tampan, ha ha ...""Aku nggak mau menjadi pembantumu Glenn, itu namanya menjatuhkan harga diriku, dulu aku mau karena bertanggungjawab. Meskipun bukan sepenuhnya kesalahanku. Tapi kali ini untuk alasan apalagi?""Karena kamu telah bandel masuk dihatiku jadi kamu harus dihukum!"&nbs
Hari ini Lala masuk kuliah untuk yang pertama sejak peristiwa itu. Rasanya malas, karena mau tidak mau akan bertemu Alan dan Dewi. Jujur saja Lala masih sakit hati dengan perbuatan mereka berdua. Apalagi setelah semua itu tidak ada di antara mereka yang berinisiatif untuk datang dan minta maaf. Mungkin saja harga maaf sudah mahal, sehingga mereka tidak mau mengusahakan. Mungkin pula ini perkara harga diri atau rasa malu? Ahhh ... Sepertinya Lala tidak mau menduga-duga karena takut malah jadi prasangka buruk. "La ..." panggil seseorang dan suara itu siapa pemiliknya, bahkan Lala belum lupa. Sahabat yang sudah dianggapnya saudara sendiri sejak Lala berada di kota ini. Lala menoleh tetapi membatalkan senyumnya. "Wi, kamu pucat sekali. Apakah kamu sakit?" tanya Lala menatap wajah Dewi yang begitu pucat. "Nggak, La! Aku hanya kurang tidur," terang Dewi. "Ooh aku kira sakit,"
Lala menyelesaikan kunyahanya. Meletakkan sendok pelan-pelan kemudian meraih jus alpukat di hadapannya. Setelah selesai Lala menatap Glenn."Apa kamu menunggu jawabanku?" tanyanya kemudian."Tentu saja. Ngapain lagi aku menatapmu seperti ini jika tidak menunggu jawabanmu?" Jawab Glenn kesal."Oke, aku akan menjawab pertanyaanmu. Jadi jika ternyata kamu adalah saudara Alan itu sungguh tidak ada hubungannya dengan aku mau jadi pacarmu atau tidak," jawab Lala bijak."Mengapa demikian?""Kita lahir dari rahim siapa, kita lahir di hari apa, jam berapa, di tolongin siapa kemudian ternyata kita lahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan dan ternyata kita adalah saudaranya si a, b dan c. Itu mutlak kuasa Allah. Jadi kita hanya bisa terima dan tidak boleh menolak!""Kesimpulannya kamu tetap mau jadi pasanganku? Meskipun aku bersaudara dengan Alan?" tanya Glenn pen